Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
Novel yang berjudul layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana mengangkat kisah kehidupan dua orang gadis yang penuh lika-liku menjalani hidup. Di dalam cerita novel tersebut banyak mengangkat unsur psikologis tokoh-tokohnya atau konflik batin pada setiap tokohnya.
Yang melatar belakangi saya mengkaji novel sastra ini adalah selain ceritanya menarik untuk di baca, di dalamnya juga banyak di angkat mengenai proses bagaimana menjalani kehidupan serta konflik yang terjadi sepanjang cerita. Tokoh utama yang terdapat dalam cerita ini adalah seorang gadis bernama Tuti,ia mempunyai adik bernama Maria dan Ayahnya yang bernama R. Wiriatmaja,namun ibundanya telah tiada,karena terkena penyakit dan meninggal dunia dua yang lalu. Mereka asli orang Banten,namun sejak kecil mereka di boyong ayahnya untuk tinggal di Jakarta, mereka tinggal di jalan cidengweg, di ujung gang Hauber.
Novel ini juga banyak mengandung nilai-nilai sosial di dalamnya. Terutama pada tokoh utamanya yang mempunyai jiwa sosial tinggi terhadap kaumnya, maka terpanggil hati dan jiwanya untuk membela kaumnya. Oleh karenanya untuk merealisasikan keinginannya itu ia banyak berkecimpung di dalam organisasi wanita (emansipasi wanita) dengan tujuan memerdekakan kaumnya dari segala bentuk penindasan baik itu fisik ataupun moral. Dia selalu berpidato di depan umum menyampaikan aspirasinya mengenai hak perempuan-perempuan negeri ini untuk hidup merdeka dan bebas dari segala macam penindasan, Karena pada masa dahulu perempuan selalu di anggap remeh terutama oleh para lelaki,sehingga mereka selalu di tindas dan di perlakukan dengan tidak adil. Sehingga alur cerita yang coba ingin di bangun oleh penulis di dalamnya adalah alur campuran yang di mana banyak kisah-kisah yang berbentuk cerita di dalam cerita dan penulis berada di luar cerita atau dia sebagai peninjau yang menceritakan satu persatu watak dari tokoh-tokoh yang ada serta alur dan bagian klimaknya.
Di dalam novel ini terdapat beberapa latar tempat kejadian, yakni di Jakarta, di sumatera, sindanglaya dan Bandung. Tempat-tempat ini selain unik, juga banyak menyimpan kekayaan alam yang telah di gambarkan penulis melalui cerita tokoh-tokohnya yang sekali-kali memuji alam semesta tempat ia berkunjung di manapun itu. Inilah yang menjadi daya tarik pembaca untuk memahami betapa indahnya kekayaan alam di negeri ini. Yang menarik juga yaitu kondisi sosial dari masing-masing tokoh yang tentunya berbeda-beda pula.
Oleh karenanya banyak sekali kita dapat memetik sebuah pelajaran dalam novel ini yaitu mengenai bagaimana menjalani sebuah kehidupan, pemikiran dalam memutuskan untuk lepas dari suatu masalah yang melilit kita,membahas mengenai aspek pendidikan yang begitu penting dalam kehidupan ini dan juga lingkungan di sekitar kita yang selau luput dari pandangan kita.
B. Rumusan masalah
Bagaimana mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin antar tokoh yang terdapat dalam novel berjudul Layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana.
C. Tujuan penelitian
Mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin yang terkandung dalam novel Layar terkembang karya St. Takdir Alisjhabana.
D. Landasan teori
1) Teori struktural yaitu unsur-unsur fiksi karya sastra yang di bangun penulis melaluin unsure-unsur psikologis dari setiap tokoh-tokohnya. Di dalam kajian ini di angkat berbagai alur, latar, pelukisan tokoh, dan niali-nilai psikologis atau konflik bantin antar tokoh.
2) Di dalam makalah ini di gunakan pendekatan instristik dan ekstrinstik mengenai kondisi psikologis, karena dalam novel ini banyak mengandung unsur-unsur kejiwaan dan konflik batin antar tokohnya.
Bab II Pembahasan
A. Unsur-unsur instristik novel Layar terkembang.
1) Alur ( Plot )
Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini di awali dengan tahap perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh utama) : mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat di antara mereka.
Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia-nyiakan amanah yang di berikan adiknya serta kesempatan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai kehidupan yang akan di jalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan ingin menjadi istrinya.
2) Penokohan (pelukisan tokoh)
Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a) Tuti (tokoh utama) mempunyai usia 25 tahun, ia seorang guru pada sekolah H.I.S. Arjuna di petojo. anak tertua dari dua bersaudara, Ia mempunyai watak yang kuat, pendirian yang tegas, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, segala sesuatunya selalu di pertimbangkan dengan matang-matang sebelum di kerjakannya. Pendidikan selalu di utamakan termaksud organisasi eman spasi wanita yang di gelutinya. Namun ia baik hati, pengertian, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah terharu atau sedih pada saat di timpa masalah. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama.
b) Maria adiknya baru berusia 20 tahun. ia tengah mengemban pendidikan di H.B.S. Carpentier Alting Stichting kelas . Ia memiliki watak yang periang, baik hati kepada siapapun, selalu bertindak sesuai perasaannya sehinnga ia mudah tersinggung, mudah terharu hingga menangis pada saat di timpa masalah. Perbedaan yang sangat bertolak belakang dengan kakaknya. seperti tampak pada kutipan berikut: “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.
c) R. Wiriaatmaja adalah ayah Maria dan Tuti. Pensiunan wedana Banten ini, kini hidup dengan pensiunannya bersama kedua anaknya di Jakarta, ia memboyong kedua anaknya itu sejak ia pensiun. Wataknya baik, sayang pada keluarga, dan selalu memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka masing-masing, terutama Tuti yang sedikit keras pendiriannya di banding adiknya. Seperti pada kutipan berikut : “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
d) Yusuf adalah pemuda yang di kenal Tuti dan Maria pada saat mengunjungi akuarium. Ia telah hampir lima tahun belajar pada sekolah Tabib Tinggi atau kedokteran dan ia juga putra Demang Munaf di Martapura Sumatera utara. Wataknya baik hati, tidak sombong, dan mudah bergaul dengan siapapun.
e) Partadiharja adalah ipar dari R. Wiriaatmaja (paman Tuti dan Maria). Memiliki watak yang kuat, mudah di kecewakan, namun hatinya baik sehingga ia mau membiayai pendidikan adiknya hingga bekerja. Seperti tampak pada kutipan berikut : “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
f) Istri partadiharta adalah adik kandung R.Wiriaatnaja yang berusia 32 tahun. Seorang ibu rumah tangga, ia memberikan tiga anak kepada suaminya yakni iskandar yang berusia 10 tahun, Ningsih 9 tahun dan Rukmini yang masih Balita. Memiliki watak baik hati dan tidak mudah marah.
g) Rukamah adalah saudara sepupu Tuti dan Maria. Wataknya baik hati dan sangat akrab dengan Tuti dan Maria, namun orangnya sedikit jail,suka ngerjain orang. Seperti tampak pada kutipan berikut : “….Maria,Maria itu ia datang!” kata Rukamah Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
h) Saleh dan Ratna adalah saudara sepupu dan teman Tuti yang kini tinggal di desa Sindanglaya. Kini mereka hidup bersahaja, tidak lagi hidup mewah seperti dahulu di kota yang suka berfoya-foya. Seperti pada kutipan berikut : “Alanhkah banyaknya Ratna berubah Nampak kepadanya dalam setahu sejak ia bersuami.”
3) Latar/setting (fisik dan sosial)
Di dalam novel layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di Jakarta, yang merupakan ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedung-gedung tinggi, padat kendaraan, dan memiliki penduduk yang cukup padat. R.Wiriaatmaja dan kedua anaknya tinggal di jalan Cidenweeg,gang hauber. Kedua di sumatera, tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf yang kini tinggal di Jakarta, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana alam Martapura sangat nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di penuhi oleh pohon-pohon dan pegunungan yang indah serta belum terusik oleh tangan manusia. Ketiga di Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena terkena penyakit dan harus di rawat di sana. Sindanglaya juga tempat kediaman Saleh dan Ratna yang kini hidup bersahaja dan bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cerita ini berlangsung selama dua tahun, karena pada saat kisah di ceritakan Maria baru berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya ia berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.
4) Sudut pandang pengarang
Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut.
B. Nilai-nilai psikologis (konflik batin antar tokoh) dalam novel layar terkembang.
1) Kekecewaan Maria terhadap keadaan sekitarnya. Terlihat pada Kutipan berikut : “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.”
2) Ketegaran hati Tuti terhadap keadaan sekitar yag tidak mudah kecewa. Tampak pada Kutipan berikut : Bukankah lebih baik serupa itu?” sahut kakaknya dengan suara yang tidak peduli , dan agak tetap sedikit disambungnya,”sekarang kita dapat melihat segalanya sekehendak hati kita, tak diusik-usik orang.”
3) Rasa pengertian dan tanggung jawab Tuti terhadap diri dan keluarganya, setelah di tinggal ibundanya. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama. Bagi Maria sendiri yang masih anak burung mengepak-ngepakkan sayap, belum dapat tempat bertengger, pimpinan Tuti yang tiada dinyatakan benar kepadanya itu terasa sebagai aman.”
4) Kondisi psiklogis pikiran yang dialami Tuti pada saat mereka tengah berada di perjalan rumah mereka dipenuhi oleh kongres putri sedar yang diketuainya ini menandakan bahwa Tuti adalah orang yang aktif baik itu sebagai guru maupun dalam berorganisasi.Tampak pada kutipan berikut. “………telah berhari-hari ia tiada pernah diam. Kalau tiada berjalan untuk mengunjungi orang-orang yang lain yang harus mengurus kongres itu, ia asyik membaca dan menulis dirumah untuk menyiapkan pidatonya…..”
5) Pemikirkan Tuti yang selalu terfokus pada masyarakat khususnya para perempuan-perempuan dinegerinya,untuk tidak selalu menurut kehendak laki-laki, mereka harus berjuang dan mempertahankan dirinya untuk menyetarakan dirinya dengan kaum laki-laki. Hal ini tampak pada kutipan berikut : …..“ia yakin benar-benar, bahwa keadaan perempuan bangsanya amat buruk. Dalam segala hal manusia yang tiada mempunyai kehendak dan keyakinan, manusia yang terikat oleh berates-ratus ikatan, manusia yang hanya harus menurut kehendak laki-laki.” Ini menandakan hati dan pikiran Tuti sudah benar-benar kuat dan penuh keteguhan untuk membela dan mempertahankan harga diri kaumnya dari segala bentuk penindasan kaum pria untuk tidak tunduk dibawah telapak tangannya dan harus mandiri serta bisa bertahan hidup tanpa mereka.
6) Kebijaksanaan R.Wiriaatmaja dalam mendidik anak-anaknya, ia memberikan kebebasan sepenuhnya dalam pergaulan. Namun masih ada sedikit beban pikiran terhadap anaknya khususnya Tuti yang sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya dengan Maria adiknya. Perbedaan itu tampak pada kutipan berikut: “……..ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. Sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,…….” “…….. terutama payah sekali ia mengkaji sikap dan pendirian Tuti yang lain benar kepadanya dari Maria. Apakah gunanya ia sebagai perempuan siang-malam membuang tenaga dan waktu untuk perkumpulan, .….” “….dan sampai sekarang belum dapat ia menduga, mengapa Tuti memutuskan pertunangannya dengan Hambali,…….”
7) Tanggapan sikap Tuti terhadap pertanyaan ayahnya. Kutipan berikut : “…….sering ia mencoba berbicara dengan Tuti untuk mengetahui kata hatinya, tetapi hal itu sedikit tak menjadi terang baginya : ia tiada mengerti apa tujuan ucapan Tuti yang mengatakan, bahwa tiap-tiap harus menjalankan penghidupannya sendiri,…….”
8) Kepasrahan R.Wiriaatmaja terhadp sikap dan pendirian Tuti yang benar-benar kuat dan tak bisa di ubah lagi. Tampak pada kutipan: “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkat-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
9) R.Wiriaatmaja menyimpan rasa percaya, hormat, dan menghargai segala sikap dan pendirian Tuti dengan apa yang selalu dikerjakannya. Mungkin semua itu adalah pilihan hidup yang harus dijalaninya. Semua itu tampak pada kutipan berikut : “….dan hal itu mendamaikan hatinya sebagai ayah terhadap kepada berbagai-bagai pekerti dan perbuatan anaknya itu yang tidak sesuai dengan pikirannya. Dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan percaya, yang lahir oleh perasaan kuasa untuk menunjukkan yang lebih baik,”Ah, Tuti tentu tahu sendiri, apa yang baik bagi dirinya.”
10) Setelah pertemuan dan perkenalan mereka di Akuarium pasar ikan tadi ternyata pikiran Yusuf terpaut pada salah satu dari kedua bersaudara itu yaitu Maria. Seperti pada kutipan berikut: “…… perkenalan yang sebentar itu meninggalkan jejak yang dalam di kalbunya…..” tetapi tidak ,tertutama sekali menarik hatinya ialah Maria. Mukanya lebih berseri-seri, matanya menyinarkan kegirangan hidup dan bibirnya senantiasa tersenyum menyingkapkan giginya yang putih.”
11) Keakrapan dan rasa kagum Yusuf terhadap Maria. Tampak pada kutipan : “….sebentar Yusuf mengikuti Maria dengan matanya dan hainya timbul lagi pengakuan akan kecantikan gadis itu.”…….sepanjang jalan bahkan sepagi-pagi itu perawan jelita yang baru dikenalnya itu tiada meninggal-ninggalkan pikirannya lagi. Sekali-sekali nikmat ganjil rasa perasaannya, seolah-olah seluruh dirinya dilanggar gelora perasaan yang belum pernah dirasanya seumur hidupnya.” Jelas bahwa Yusuf kini telah terpaut hatinya pada Maria karena perasaan yang tak karuan ketika berjumpa dengan gadis itu. Ia baru merasakan hal tersebut seumur hidupnya dan kini perasaan itu telah timbul setelah bersua dengan Maria si gadis periang itu.
12) Kekecawaan dan kekesalan hati parta terhadap adiknya tersebut yang telah menyia-nyiakan masa depannya tersebut dengan meninggalkan pekerjaan yang cukup baik itu. Tampak parta yang belum menerima keputusan adinya itu untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Tampak pada kutipan berikut: “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
13) Konflik antar Tuti dengan Pamannya. Tuti tak sependapat dengan Pamannya,ia lebih cenderung sepadan dengan sikap dan pendirian Saleh yang memilih keluar dari pekerjaannya tersebut. Pamannya pun tak terima dan menyela semua pendapat yang disampaikan Tuti. Tampak pada kutipan berikut: “…..kalau pendapat Saleh itu paman anggap omong kosong semata-mata, kalau Paman tidak dapat merasakan perasaan dan perjuangan di dalam hatinya, tentulah Paman tidak dapat mengerti akan perbuatanya…”parta pun menimpa,”Ya, engkau mudah berkata saja, tetapi engkau tidak tahu, betapa kesalnya hati saya…..”
14) Sikap Ayahnya yang pasrah akan sikap dan perilaku anak-anak muda sekarang dan kedua putrinya. Tampak pada kutipan berikut: “Ya, payah benar kita dengan anak-anak muda sekarang,”kata wiriaatmaja sebagai seorang yang menerima akan nasibnya.”Mereka hendak menurut kehendak hatinya saja, sering tambak dikerasi, tambah payah. Kita orang tua-tua tiada diacuhkannya.”
15) Keprihatin Tuti terhadap perempuan-perempuan sekarang tidak berharga sedikit jua pun di mata masyarakat. Maka dengan suara yang nyaring keluar dari mulutnya selaku protes : “…dan dari perempuan yang telah dimatikan semangatnya serupa itu, orang masih berani berharap lahirnya keturunan yang kuat. Adakah, saudara-saudara, permintaan yang lebih gila dari pada itu?”
16) Tuti memberikan suntikan semangat terhadap semua kaum hawa di gedung tersebut untuk tidak terlindas oleh orang-orang yang ingin memperdaya dan mempermainkan mereka. Seperti pada kutipan pidatonya: “…tetapi lebih-lebih dari segalanya haruslah kaum perempuan sendiri insaf aka dirinya dan berjuang untuk mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih layak. Ia tiada boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan yang lain ,apalagi golongan laki-laki yang merasa akan kerugian, apabila ia harus melepaskan kekuasaannya yang telah beradap-adap dipertahankannya.”
17) Kegelisahan hati dan pikirannya Yusuf yang tengah berlibur di kampung halamanya yang selalu tertuju ke Jakarta. Seperti kutipan berikut: “…senantiasa ia gelisah, pikirannya berbalik-balik ke Jakarta juga, seakan-akan ada sesuatu yang menariknya di sana. Tetapi sekarang tentulah ia belum dapat kembali ke Jakarta sebab ibunya yang amat sayang kepadanya karena ia anak tunggal, pasti tiada akan melepaskannya selekas itu meninggalkan pula.”
18) Yusuf selalu termenung ketika membaca surat dari Maria. seperti kutipan berikut:”….setelah habis surat itu dibacanya, termenunglah ia beberapa lamanya menurutkan arus pikiran dan kenang-kenangannya yang tak tentu arah…”
19) Perasaan Yusuf yang ingin sekali berjumpa dengan Maria di Bandung tempat Maria sekarang. seperti kutipan berikut: “…di dasar jiwanya terdengar kepadanya Bandung memanggil…”
20) Yusuf mengungkapkan isi hatinya kepada Maria yang tak mampu lagi ia bendung. Semua itu terlontar seperti pada kutipan berikut: “….pada mata Maria Nampak kepadanya berlinang air mata dan mesra dan meminta menggemetarlah suaranya untuk pertama kali seumur hidupnya,” Maria,Maria,tahukah engkau aku cinta padamu?”
21) Maria tak bisa menolak hati Yusuf yang kini sudah berada dalam pelukannya tampah pasrah Maria dengan ciuman yang diberikan Yusuf. “Badan Maria jatuh melemah ke tangan Yusuf dan seraya menengadah dengan pandangan penyerahan, keluar dari mulutnya bisik lesu hampir-hampir tiada kedengaran,”Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu….”
22) Jadilah mereka sepasang kekasih yang begitu mesra dan Maria adalah cinta pertama Yusuf begitupun sebaliknya Yusuf adalah cinta pertama bagi Maria. Kutipan :“…..tak bisa lagi ia meneruskan ucapannya sebab Yusuf menunduk menutupkan bibirnya ke atas bibir Maria. Dan dalam curahan cinta pertama, yang mengemetarkan badan mereka yang muda remaja itu, menjauh mengaburlah keinsafan akan tempat dan waktu.”
23) Kekecewaan Maria kepada Rukamah dengan mengerjainya yang menurutnya sungguh tega dan susah untuk ditolerir lagi kutipan. “….Maria,Maria itu ia datang!” Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
24) Permintaan maaf Rukamah terhadap maria. Kutipan : “….lalu didekatinya Maria dan dibelai-belainya rambutnya seraya berkata,” jangan marah Maria, tidak sekali-kali maksud saya menyakiti hatimu. Saya terlanjur dan kurang pikir tadi. Diamlah! Tidak lagi saya akan mengganggu serupa itu.”
25) Konflik antar Tuti dan Maria, Tuti protes terhadap sikap Maria. Tampak pada Kutipa : “…Maria mengapa engkau sebodoh itu? Rukamah hanya berolok-olok. Masakan oleh serupa itu saja sudah menangis, engkau bukan anak-anak lagi!”
26) Sikap pembelaan Maria terhadap protes kakaknya. Tampak pada kutipan : “cinta engkau barangkali cinta perdagangan, buruk-baik hendak engkau timbang sampai semiligram. Patutlah pertunanganmu dengan Hambali putus.” “patutlah putus, patutlah putus….”
27) Tekanan batin yang di alami Tuti ketika mengingat kata-kata Maria yang mengejeknya, selalu terbayang di dalam pikirannya, sehingga membuatnya teringat kembali akan putusnya hubungan tunangannya bersama Hambali dulu. Kutipan : “…..itu perselisihan yang pertama! Hambali tidak pernah senang, apalagi ia datang di Jakarta. Katanya, Tuti sedikit benar memperdulikannya, ia selalu saja bekerja untuk perkumpulannya. Perhubungan mereka tiada sedikit juga pun seperti perhubungan orang bertunangan.” Ini membuatnya tak bisa berkonsentrasi dalam mempersiapkan pidatonya dalam kongres putri sedar.
28) Perasaan kagum Tuti terhadap sandiwara teater di dalam kongres pemuda yang di ikuti yusuf dan Maria sebagai pemeran utamanya. Tampak pada kutipan : “…indah benar,belum pernah saya melihat pertunjukan seindah ini,” keluar dengan tulus dari mulut Tuti yang jarang memuji itu. “Engkau berdua baik benar bermain. Terutama percakapan Damar Wulan dan Wisynu sangat meresap ke dalam hati saya. Bagus benar percakapan-percakapan sandiwara itu tadi.”
29) Sedikit ketidak puasan Tuti terhadap cerita tersebut, sehingga menimbulkan konflik antar Maria. Tampak pada kutipan: “…sandiwara tadi bagus, sebenarnya bagus. Tetapi kebagusannya itu melemahkan hati dan tenaga….” Ujar Tuti, ,…”melemahkan hati? Ada-ada saja pikiranmua. Tak pernah engkau melihat perbuatan orang yang tiada tercela. Coba engkau menyusun sendiri sandiwara, supaya engkau puas benar….”, “kalau tiada mengerti,baiklah engkau diam saja, Maria….” Tetapi Maria tiada gentar dan menjawab,”baikku bagus, ya bagus, tidak banyak cincong seperti engkau!”
30) Kekesalan Maria terhadap kakaknya yang terus saja memprotes akan pertunjukan yamg mereka perankan. Kutipan: “…Ya suruh Tuti membuatnya,”kata Maria yang sebenarnya agak mulai mengerti mendengar maksud kakaknya itu,tetapi masih juga hendak melepaskan panas hatinya akan celaan saudaranya itu.”
31) Perasaan was-was hati Tuti mengenai Supomo rekan kerjanya yang selalu mendekati dan menarik perhatiannya. Kutipan : “Dalam arus pikiran dan perasaannya itu, tiba-tiba terkilat pertanyaan dalam hatinya. Bagaimanakah kalau pada suatu hari Supomo memintanya menjadi istrinya? Adakah hatinya tertarik kepada teman sekerjanya itu?”
32) Perasaan Tuti yang terkejut pada saat Supomo yang baru saja mengatakan cinta padanya. Selalu terpikir dalam hati dan benaknya, dan menanti jawabannya. Kutipan : “….tetapi meskipun demikian, ketika perkataan yang penting itu keluar dari mulut Supomo tadi, ia terkejut tiada dapat berkata-kata. Perkataan itu tiada dijawabnya,teidak terjawab olehnya, meskipun berulang-ulang Supomo menyatakannya dan meminta jawaban darinya.”
33) Dilema yang terjadi pada Tuti. Memikirkan jawaban yang akan di berikan terhadap pertanyaan Supmo nanti. kutipan “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selam-lamanya.”
34) konflik batin di jiwa Tuti tentang perasaannya terhadap Supomo. Apakah ia akan menerima atau menolak cinta Yusuf. Terjadi gejolak jiwa pada perasaan Tuti yang tak karuan dan tak menentu itu. Kutipan: “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selama-lamanya.”
35) Pikiran Tuti yang masih bimbang akan cintanya kepada Supomo. Apakah kalau ia menerimanya hanya sebagai pelarian karena mengingat usianya yang sudah du puluh tujuh tahun itu. Kutipan: ”Berlalu-lalu datang pertanyaan membanjiri pikirannya; sekejap terkilap kepadanya, bahwa kenikmatan pergaulannya dengan Supomo waktu yang akhir ini ialah usaha jiwanya melarikan dirinya dari perasaan kengerian akan usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun.” “….kalau ia menjadi istrinya, maka perbuatan itu bukanlah oleh cintanya kepada Supomo, tetapi untuk melarikan dirinya dari perasaan kehampaan dan kesepian.
36) Jawaban cinta Supomo di jawab Tuti melalui sepucuk surat dan Keputusan Tuti menolak cintanya. Kutipan : “….sedih saya memikirkan saya mesti menolak cinta yang semulia dan susuci cintamu, tetapi saya tiada boleh menipu dirimu dan diri saya sendiri.” Tampak bahwa Tuti mengambil keputusan yang sudah benar. Kalau ia harus memaksa hatinya menerima Supomo, maka ia akan akan amat durhaka membohongi Supomo dan terhadap hati dan perasaannya sendiri. Tuti tak mau mengambil resiko yang amat besar tersebut, maka ia pun harus menolak cinta Supomo dan semua itu ia tidak akan menyesalinya, bahkan ia mengucapkan syukur akan keputusannya tersebut. Karena ia telah jujur akan hati dan perasaanya.
37) Kerinduaan Maria terhadap keluarga dan orang yang di kasihinya selama ia di rawat di rumah sakit Pacet. Kutipan : “….Dan apabila orang-orang sedang berjalan-jalan sekitar rumah sakit itu, melayanglah pikirannya kepada sekalian orang yang dikasihinya: kekasihnya,ayah, dan saudaranya….”
38) Perasaaan takut Maria akan kematian mulai menghampirinya ketika ia ingat akan ibunya yang telah meninggal dunia karena menderita penyakit yang serupa dengannya kini. Kutipan: “….kadang-kadang teringat ia akan bundanya yang telah beberapa tahun berpulang. Dalam waktu yang demikian amat terasalah kepadanya kemalangan dirinya di rumah sakit yang sepi di lereng gunung itu.”
39) Pikirkan Tuti terhadap kongres yang baru di tinggalkan guna menjenguk adiknya yang tinggal sendiri kesepian di rumah sakit. Kutipan: “…sedang kereta api berjalan Tuti terus melamun tentang cita-citanya tentang perkumpulannya, tentang kongres tahunan yang baru ditinggalkannya…”tetapi tidak,liburnya tinggal hanya seminggu lagi dan yang seminggu itu hendak dipakainya utnuk menggirangkan hati Maria…..”
40) Rasa kasihan Tuti terhadap adiknya yang tinggal kesepian di rumah sakit dan jauh dari keluarga serta teman-temannya. Kutipan: “Kasihan kepada Maria! Alangkah ingin hatinya hendak bersua dengan adiknya yang hanya seorang itu. Ia tidak menyesal meninggalkan kongres, meskipun masih sebanyak itu soal yang penting-penting akan dicakapkannya.” Tuti yang tampaknya telah membuang egonya demi saudara satu-satunya itu. Ia telah membuat keputusan yang benar, karena begitu pentingnya saudara dari pada kegiatan apapun yang dijalaninya.
41) Perasaan Maria yang teringat kembali akan kenangan-kenangan bersama Yusuf dulu. Pada saat Yusuf mencurahkan kasih sayangnya kepada dia. Semua itu terasa bahagia apabila terbayang kembali di dalam pikirannya yang tak mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Kutipan : “Nampak lagi kepadanya masa bahagianya, ketika ia mulai bertunangan dengan Yusuf. Perjalanan mereka ke Dago, ketika mereka mencrahkan kasih mesra yang telah lama terkadung di dalam hati.”
42) Dorongan semangat yang di berikan Yusuf kepada Maria melaui surat untuk lekas cepat sembuh dan berjanji kelak apabila ia menjadi dokter ia sendiri yang akan menyembuhkannya dan dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi ia akan meraih semua itu. Kutipan: “Maria, engkau harus baik, lekas baik. Tiga bulan lagi akan selesai sekolah saya. Saya sendiri akan menjaga kekasihku. Sejak dari sekarang saya akan memepelajari penyakit tbc sedalam-dalamnya. Sebab kekasihku harus saya sembuhkan sendiri.”
43) Kesungguhan hati Yusuf yang ingin membahagiakan Maria. Bahagialah hati Maria mendengar semua yang di sampaikan Yusuf itu. Ia merasa bahwa Yusuf adalah kekasih yang setia dan tidak salah pilih ia menjadikan Yusuf sebagai kekasihnya. Namun sekilas terbayang dibenaknya, apakah ia bisa menunggu selama tiga bulan kekasihnya menjadi seorang dokter? Apakah ia bisa bertahan selama itu? Pertanyaan ini bukan tidak beralasan mengingat kondisinya sekarang makin hari makin menurun saja. Kutipan: “….Dalam perasaan bahagia sekejap itu cepat gembira naik-turun dadanya. Tetapi datang sendiri bantahan dari dalam hatinya,”Tiga bulan lagi… masih dapatkan ia menanti selama itu? Mungkinkan sebelum itu ia telah…..” Keraguan tampak di dalam hatinya yang tak bisa bertahan selama itu. Itulah yang selalu terbayang di dalam pikiran dan hatinya. Maka hilanglah perasaan bahagia didalam hatinya.
44) Kekagetan hati Maria yang melihat Tuti datang secara tiba-tiba, karena yang di jadwalkan kepadanya bahwa ia akan datang pada hari rabu. Senanglah hati Maria sekejap karena kedatangan kakaknya itu. Kutipan: “…Melihat Tuti yang tiada disangka-sangkanya itu berdiri di hadapannya itu terlompat dari mulut Maria,”Hai, Tuti, engkau datang pula.”
45) Keheranan Tuti melihat adiknya itu yang makin hari makin menurun saja keadaan kondisi pisiknya. Ia tidak menyangka penyakit itu ternyata telah memakan seluruh badanya. Tampak kekawatiran di dalam hati Tuti, ia merasa kasihan terhadap adiknya itu. “…Tetapi dalam ia berbicara itu tiada berhenti-henti mengamat-amati rupa adiknya itu. Jika dibandingkan dengan dua bulan yang lalu, jangankan ia agak sembuh, badannya bertambah kurus dan mukanya bertambah pucat.”
46) Pertanyaan kepada adiknya mengenai perasaannya sekarang yang di jawabnya dengan pasrah yang tak kuasa ia menahan rasa kesebalan hatinya memikirkan keadaannya. Kutipan: “Berbagai-bagai pertanyaan Maria kepada Tuti tentang hal rumah, tentang hal kenal-kenalannya di Jakarta. Segala yang kecil-kecil penting baginya. Bagaimana keadaan taman-tamannya, siapa yang menggantikannya pada sekolah Muhamdiyah.” O, alangkah inginya ia pulang ke Jakarta, akan melihat rumahnya, akan bertemu denganbteman-temannya.” Tampak Maria yang merasa rindu akan rumah,teman, dan tanamanya yang telah di tinggalkanya selama ia sakit. Maria yang tak sabar ingin pulang ke Jakarta. Membuatnya semakin ingin lekas sembuh secepatnya, namun apa dayanya penyakit TBC yang menggerogoti seluruh badannya.
47) Kecemasan da kekawatiran Tuti dan Yusuf melihat kondisi Maria yang makin hari makin menurun saja. Kutipan : “….Tuti menahan hatinya lagi dan berkatalah ia kepada Yusuf, “Yusuf, bagaimanakah pikiranmu, masih adakah harapan Maria akan sembuh? Rupanya sangat mencemaskan. Saya sesungguhnya takut…..”
48) Keinsafan hati,jiwa dan pikiaran Tuti terhadap kehidupan yang di jalaninya membuatnya kini mulai berubah pandangan. Kutipan : “perlahan-lahan, hampir tiada di ketahuinya tumbulah keinsafan di dalam hatinya,.” Tuti merasa dirinya menjadi manusia yang baru yang lebih lapang hati dan pikirannya.”
49) Tuti dan Yusuf memberikan dorongan semangat terhadap kekasihnya, agar ia tidak patah semangat dalam melawan penyakit dan cepat lekas sembuh. Kutipan: “sekali lagi Tuti dan yusuf memberikan nasihat kepada Maria, sekali lagi mereka mengatakan, bahwa ia mesti sembuh,”
50) Kesedihan dan kekawatiran Yusuf dan Tuti akhirnya terjadi juga. Maria meninggal dunia di usia 22 tahun. Kutipan : “Maria…Januari 193…usia 22 tahun. Maka selaku terpekurlah berdiri kedua-duanya memandang ke makam itu, tiada menggerak-gerakkan dirinya.”
51) Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf karena mereka telah bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Maka dari itu sebelum mereka melangsungkan pernikahan, terlebuh dahulu mereka berziarah ke makam Maria untuk menghormati pengorbanan dan keikhlasannya merelakan Yusuf bersanding bersama Tuti yang notabene kakak kandungnya sendiri. Kutipan : “lima hari lagi akan berlangsung perkawinan mereka di Jakarta. Sebelum perkawinan mereka berlangsung, pergi dahulu mereka ziarah ke kuburan orang yang sama-sama di cintainya.”…’’Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaannya yang berkecamuk dalam hatinya, katanya mesra berbisik sebagai menyambung. “tetapi Yusuf, hidup kita adalah kerja.” Maka mereka meninggalakan tempat itu kembali pulang.
Selasa, 02 Agustus 2011
Jumat, 15 Juli 2011
drama singkat "umar bin khatab"
Judul drama : Umar Bin Khattab
Sutradara/penulis skenario : Hasbun.H
Para pelaku :
1) Hasbun.H sebagai Umar Bin Khattab
2) Devi sintia sebagai Fatimah
3) Aliyudin sebagai Zaid
4) Murni Sebagai kawan 1
5) Raslian sebagai kawan 2
6) Suprayogi sebagai Malaikat
Kisah ini menceritakan tentang Umar bin khattab yang awalnya menentang ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama islam. Namun, berkat perjuangan Fatimah , Zaid dan kawan-kawannya, akhirnya Umar pun sadar.
(Fatimah,Zaid dan dua orang kawannya sedang mengaji,tiba-tiba Umar muncul)
Umar : Fatimah….!!! Apa yang kau lakukan disini?
Bukankah sudah kukatakan,tak perlu kau mengikuti ajaran Muhammad, terkutuklah kau Fatimah karena telah meninggalkan ajaran Latta dan Uzza.
Fatimah : sadarlah, Umar tak perlu kau marah seperti itu tidakkah kau lihat kami sedang mengaji. Jangan kau berkata seperti itu. Ajaran Muhammad adalah ajaran yang paling benar.
Umar : tidak, cukup . . . cukup. Aku tak mau mendengar semua itu.
(lalu meninggalkan tempat tersebut )
Fatimah : Ya Allah, yang maha pengampun dan maha penyayang ampunilah dosa kakakku, Umar. Bukankah pintu hatinya, agar ia memilih jalan yang benar ysitu sgsms ysng diridhoi.
Zaid : sudalah, Fatimah …. Serahkan semua kepada Allah sekarang, lebih baik kita mencari tempat lain yang aman untuk beribadah.
Kawan 1 dan
kawan 2 : (serempak) benar Fatimah
(keluar,tak lama kemudian ,masuk kembali)
(Fatimah , zaid dan dua orang kawan wanitanya sedang mengaji, umar muncul lagi )
Umar : kenapa lagi kalian berada disini?
Buku apa yang kau baca itu Fatimah?
Fatimah : ini bukan buku Umar, tapi ini adalah kitab suci Al’Quran, merupakan kalamullah dari Allah dan jika kau ingin membacanya , maka kau harus membersihkan diri terlebih dahulu yaitu berwudhu.
Umar : demi Latta dan Uzza, Tuhan nenek moyangku. Aku tak tertarik dengan semua itu, buat apa membersihkan diri hanya untuk membaca sebuah buku.
(sementar itu Fatimah dan kawan-kawannya masih mengaji, mereka tak memperdulikan Umar)
Umar : Fatimah hentikan…..!!! dasar orang-orang bodoh yang melampaui batas.
Kawan 1: Astagfirullahaladzim, sadar umar . kau yang telah melampaui batas kau tersesat Umar, tersesat!
Umar : apa…? Berani kau yaa…!! (menampar)
(zaid berusaha menahan tapi terlambat )
Zaid : Umar, sadar…sadar…!!! Dia adalah kawan adikmu, tak sepantasnya kau berbuat seperti itu kepadanya.
Fatimah : Umar, kakakku ingat…!! Meskipu kau bunuh aku sekalipun, aku ikhlas. Aku akan melepaskan keyakinanku. Aku akan terus mengikuti ajaran Muhammad. Mudah-mudahan kau segera mendapatkan hidayah, Umar
Kawan 2 : benar Umar, kami takkan mengikuti ajaran nenek moyangmu itu…hanya hidayah Allah yang akan menolongmu.
Fatimah : (Fatimah mengaji surat Tooha : 1-7)
(Terdengar suara dari langit menggema)
Malaikat : wahai Umar, sadarlah engkau!
Umar : Fatimah…! Zaid…! Suara apa itu? Apakah kalian mendengarnya?
Malaikat : Umar, segerahlah bertaubat. Bukankah telah dating peringatan padamu untuk tidak menyekutukanNya, tapi mengapa kau menyia-nyia peringatan itu Allah itu Maha Esa, ia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tak ada satupun yang menyamainya. Janganlah kau berpaling, sesungguhnya Allah Maha penyayang lagi maha pengampun.
(umar ketakutan dan terduduk lemas sambil berdoa)
Umar : Ya Tuhan, ampunilah aku yang hina dan sombong ini hamba melampaui batas. Selam ini hamba telah menyekutukanmu.
Selesai


OLEH
KELOMPOK 6 :
1) HASBUN.H
2) SUPRAYOGI
3) DEVI SINTIA
4) ALIYUDIN
5) MURNI
6) RASLIAN
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
2010/2011
teori motivasi belajar
TEORI MOTIVASI
Mengenal Teori Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi pekerja.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
1. Teori Motivasi Douglsa McGregor ( X dan Y )
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
2. Teori Motivasi - Higiene
Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:
· - prestasi (achievement)
· - Pengakuan (recognition)
· - Tanggung Jawab (responsibility)
· - Kemajuan (advancement)
· - Pekerjaan itu sendiri ( the work itself)
· - Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
3. Teori Motivasi kebutuhan McClelland
Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu :
· - prestasi (achievement)
· - Kekuasaan (power)
· - Afiliasi (pertalian)
4. Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom
Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu tersebut.Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
5. Teori Motivasi Keadilan
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi
6. Reinforcement theory
Teori motivasi ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam proses pembelajaran.Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu, maka akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
7.Menurut Hilgard dan Atkinson, tidaklah mudah untuk menjelaskan motifasi sebab :
1) Pernyataan motif antar orang adalah tidak sama, budaya yang berbeda akan menghasilkan ekspresi motif yang berbeda pula.
2) Motif yang tidak sama dapat diwujudkan dalam berbagai prilaku yang tidak sama.
3) Motif yang tidak sama dapat diekspresikan melalui prilaku yang sama.
4) Motif dapat muncul dalam bentuk-bentuk prilaku yang sulit dijelaskan
5) Suatu ekspresi prilaku dapat muncul sebagai perwujudan dari berbagai motif.
Berikut ini dikemukakan huraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai factor pendorong dari prilaku manusia :
• Motif Kekuasaan
Merupakan kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain melalui keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa motif kekuasaan dapat berfifat negatif atau positif. Motif kekuasaan yang bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan seseorang. Sedangkan motif kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan kekuasaan social (power yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok
• Motif Berprestasi
Merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap orang mempunyai kadar n Ach (needs for achievement) yang berlainan. Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n Ach yang tinggi (high achiever) adalah :
1) Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu resiko secara moderat
2) Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah cenderung memilih tugas yang segera dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan tujuan, cenderung memilih tugas-tugas yang mempunyai criteria performansi yang spesifik.
3) Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan yang dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.
4) Pemilihan tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah di pilih secara tuntas dengan usaha maiksimum sesuai dengan kemampuannya
• Motif Untuk Bergabung
Menurut Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk berada bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari studinya yang mempelajari hubungan antara rasa takut dengan kebutuhan berafiliansi.
• Motif Keamanan (Security Motive)
Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang akan mengancam keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara untuk menjaga agar para karyawan merasa aman di hari tuanya kelak, adalah dengan memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan sebagainya
• Motif Status (Status Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status seseorang yaitu :
1) Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di lingkungannya.
2) kualitas perseorangan yang termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain karakteristik fisik, usia, jenis kelamin, kepribadian.
3) Prestasi yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya,pekerja yang berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
4) Aspek materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam lingkungannya.
Misalnya, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
5) Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu-individu yang ada di bawahnya.
Selain dari teori-teori di atas, Teori Motivasi itu juga dapat dirumuskan kembali
menjadi 3 kelompok, yaitu :
A. Teori Kepuasan ( Content Theory )
B. Teori Proses ( Process Theory )
C. Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory )
B. Teori Proses ( Process Theory )
C. Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory )
Teori Belajar Behavioristik
1. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
|
2. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
3. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
4 Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
5. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
6. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
· Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
· Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
· Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
TEORI MOTIVASI DAN BELAJAR
OLEH:
SUPRAYOGI
209 502 038
PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI-TEORI MOTIFASI DAN BELAJAR
OLEH :
SUPRAYOGI
209 502 038
PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2009/2010
Langganan:
Postingan (Atom)