Sabtu, 05 Mei 2012
CERPEN "BAGANG"
CERPEN Bagang Karya: Suprayogi
Laut semua sama, ada deburan ombaknya, ikannya, butiran pasirnya, dan juga lambaian anginnya. Tapi tiap kali aku injakkan kaki disini, aku merasa ada yang unik, entah itu airnya, pasirnya atau mungkin juga nyiuran melambainya. Yang pasti inilah waktunya aku menikmati panorama di pesisir pantai Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata dan sungguh menakjubkan senja sore di ufuk barat, matahari mulai hendak beristirahat di pelabuhannya.
Pukul 17.30 lewat, Kami mulai mempersiapkan alat-alat penangkap ikan. Setelah semua perlengkapan siap, waktunya berangkat. Gemuruh mesin mulai memecah air, lambat laun kapal mengendap-ngendap, teriakan kanak-kanak jungkir balik ke air, menambah riuhnya suasana dan semakin bersemangatnya untuk beroleh hasil yang maksimal. Kami bertiga pun fokus menyeimbangkan kapal yang kian rentah ini. Sepanjang perjalanan, bidikan lensa hapeku tak pernah lepas dari indahnya pemandangan disekitar laut yang sejauh mata memandang hanya gunung dan langit yang membatasinya. Perjalanan yang hanya memakan waktu kurang lebih sepuluh menit, sampailah kami di tempat penangkapan ikan. Tak membuang-buang waktu, kami langsung bergegas memasang peralatan penangkapan ikan dibawah laut, kurang lebih memakan waktu satu hingga dua jam untuk mempersiapkan semuanya. Jaring yang membentuk persegi empat yang cukup lebar dan luas yang dipasangi pemberat dimasing-masing sudut, dengan tujuan agar jaring tidak terbawah oleh arus dibawah air dan tak lupa dipasangi lampu diatas permukaan air guna memancing ikan untuk berkumpul dibawah cahaya lampu tersebut dan akhirnya semua telah usai terpasang. Menunggu dan menunggu, yang ternyata waktunya cukup lama untuk mengumpulkan ikan, tetap sabar dan sabar. Akhirnya tiba saatnya mengangkat jaring dan Allhamdulillah meski hasilnya agak kurang, tak seperti hari-hari biasa namun, semua itu tak membuat kami putus asa untuk memasangnya lagi. Sembari menunggu, saya dan sepupuku memutuskan untuk mengambil perahu dan pergi memancing, walaupun ini bukan salah satu hobiku, tapi aku harus mencobanya,dan sebelum turun kami mengisi perut terlebih dahulu. Pancing-memancing, ikan yang kami dapat lumayan banyak dan ternyata memancing itu ada asyiknya juga, apalagi disaat tarik-menarik dengan ikan yang besar, wah! cukup melelahkan tapi bisa dicoba untuk kali kedua. Tak terasa malam semakin larut, bulan mulai memancarkan keindahan sinarnya, yang tadinya ditutupi oleh awan gelap disertai hujan deras dan angin keras. seiring itu, kantuk pun mulai menyerang, yang ternyata jam sudah menunjukkan pukul 01.00, aku dan sepupuku memutuskan untuk beristirahat didalam rumah mini tepat ditengah bagang yang bisa menampung dua hingga tiga orang saja, tapi pamanku tetap menjaga jaring, takut terjadi yang tidak diinginkan. Satu, dua, tiga jam telah berlalu, aku tersadarkan oleh desiran air yang bergelombang, aku langsung bergegas keluar ternyata pamanku tengah menggulung jaring untuk kali kedua, kami pun seraya membantunya. Jaring telah sampai kepermukaan, nampaklah ikan loncat sana-sini. Lagi-lagi ikan yang kami dapatkan tidak begitu banyak, namun lebih banyak ketimbang yang pertama tadi. Yaa…!!! ini semua patut disyukuri. Walaupun mengecewakan, kami tetap bersemangat menyambut pagi yang cerah. Matahari pun mulai mengintip di balik gunung, memancarkan sinarnya yang menyilaukan mata, ini menandakan peristirahatannya telah usai. Untuk menambah hasil tangkapan, kami melanjutkan memancing. Tak menunggu lama, setelah memasang umpan, aku langsung mengulur tali pancing ke laut, semenit berlalu ikan langsung menyambar pancingku, wah! ternyata ikan super besar yang memakannya, karena ikan tersebut terlalu besar dan tidak sesuai dengan pancing yang aku gunakan dan alhasil ikan tersebut memakan hingga putus dan membawanya lari entah kemana, terpaksa aku harus menggulungnya dan memperbaiki pancing yang rusak. Dua menit berselang, Paman saya ternyata strike, Wah!!! luar biasa paman dengan keahliannya yang sudah terbiasa menghadapi situasi tersebut, saling tarik-menarik dengan ikan, yang ternyata tak mau menyerah begitu saja dan finaly Paman pun memenangkan duel tersebut, ikan merah pun menyerah dan naik dengan perlahan-lahan kepermukaan air. Belum selesai ikan di taruh ke ember, sepupu saya juga strike kali ini ia meminta bantuan, karena tubuhnya yang masih kecil sehingga ia belum bisa berduel dengan ikan-ikan besar. Ikan kembali menyerah, ikan pun kembali harus merelakan dirinya bersandar di penampungan.
Pukul 08.00 pagi lewat, kami bergegas pulang. Tapi, sebelum pulang, Paman terlebih dahulu memindahkan bagang ke tempat yang lebih banyak lagi ikannya. Namun, naas mesin kapal tak mau berbunyi, sejam diutak-atik tapi mesin tak kunjung bersahabat. Terpaksa kapal harus di dayung hingga ke tempat yang dituju. Lelah tampak pada raut wajah paman, tak tega tapi ini sudah resiko pekerjaan, dibantu dengan ombak disertai angin, kapal pun perlahan-lahan berjalan, sambil di arahkan oleh paman sang pengemudi. Matahari mulai setengah memuncak, bagang di bantu kapal telah sampai ke tempat yang dituju. Sebelum melanjutkan perjalanan, paman terlebih dahulu melepaskan kepenatan dan meregangkan otot-otot yang tak kurang dari sejam mendayung dan mengarahkan kapal yang menarik bagang. Setelah beristirahat, Paman kembali mengecek mesin, siapa tahu kali ini, dia telah kembali ingin bersahabat lagi, dan ternyata si diesel tak kunjung membaik, mau tak mau kami harus mendayung pulang. Di dalam perjalanan pulang, lagi-lagi aku tak melepaskan bidikan lensa kamera hapeku dari indahnya pemandangan di sepanjang perjalanan. Biru laut, burung terbang kian kemari, serta bisingan kapal besar yang lalu lalang, menambah riuhnya panorama. Jarak tempuh kian dekat, dermaga kecil telah nampak di pelupuk mata, sesampai di dermaga, kami di sambut oleh sekelompok anak-anak kecil yang tak lain adalah anak-anak paman. Bergegas kami bawa peralatan dan hasil tangkapan kami semalam ke rumah untuk sebagian disantap dan dijual ke pasar, atau kadangkala ada tetangga yang hendak menawarnya. Sehabis bersih-bersih badan, ikan pun kini siap dihidangkan, aromanya begitu terasa sedap hingga menusuk hidung, maklum ikan hasil usaha sendiri begitu berbeda dengan ikan yang dihargai dengan rupiah.
Tak terasa, seminggu lebih aku disini. Semua keluarga telah kukunjungi untuk bersilaturahim. Kini tiba saatnya aku kembali ke Unaaha, karena masa liburanku kini telah usai. Pamit terlebih dahulu kepada keluarga paman merupakan hal yang wajib, kuda besi telah dipanasi, cek sana-sini telah usai, persiapkan konsentrasi, mengingat perjalanan yang akan memakan waktu kurang lebih dua hingga tiga jam itu, tentunya membutuhkan stamina yang cukup, agar bisa tetap fokus disepanjang perjalanan “Assalamualaikum dan sampai jumpa lagi dilain waktu”, jawabku kepada mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar