Sabtu, 05 Mei 2012

SASTRA BANDINGAN

1. Perbandingan karya sastra yang berupa cerita rakyat Rajapala dan Jaka tarub. Dari kedua cerita rakyat Rajapala dan Jaka Tarub dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari kedua isi cerita yang di angkat. Dalam sastra bandingan tentunya bukan hanya sekedar melihat dari sisi keduanya. Tentunya masih banyak yang harus di bandingkan, perbandingan-perbandingan itu dapat dilihat sebagai berikut: A. Karya dasar (Hipogram) Cerita Raja pala dan Jaka tarub adalah berupa karangan atau biasa disebut mitos, karena merupakan cerita yang melegenda dari mulut ke mulut sejak zaman dahulu kala. Jadi yang mendasari dari pengangkatan cerita rakyat tersebut ialah adanya kepercayaan masyarakat dari kedua daerah tersebut mengenai kebenaran mitos cerita bahwa memang cerita tersebut benar-benar terjadi di zaman dahulu kala. Sehingga kedua cerita itu masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Namun kesamaan dari kedua cerita tersebut adalah ide, alur, tema, dan peristiwa. Yang menjadi Perbedaan dari kedua cerita tersebut adalah tokoh, penokohan, gaya bahasa serta daerah tempat kejadiannya. B. Unsur-Unsur instristik 1) Perbandingan tema Dari kedua cerita tersebut memiliki kesamaan tema yakni kesetiaan. Mereka sama-sama menikahi seorang bidadari yang turun dari surga atau kahyangan dan mandi di sebuah telaga. Mereka mencuri selendang terbang dari bidadari tersebut. Pada cerita Rajapala, ia mencuri selendang dan tidak mau mengembalikan selendang bidadari itu kecuali ia mau menikah dengannya, lalu Ken sulasih menerimanya tapi dengan syarat jika kelak nanti mereka mempunyai anak, maka ia harus mengembalikan kembali selendangnya dan mengizinkannya kembali ke surga. Rajapala memiliki istri yang setia hingga persyaratan yang di berikan istrinya terpenuhi, Rajapala dan Ken sulasih di karuniai seorang bayi laki-laki yang di beri nama Dumar. Persyaratannya telah selesai barulah Ken sulasih meninggalkan suami dan anaknya kembali ke surga. Pada cerita Jaka tarub, ia mencuri selendang bidadari yang bernama Nawang wulan, ia berjanji apabila ada yang memberikan pakaian kepadanya, maka ia bersedia menjadi istrinya. Setelah mendengar perkataan tersebut, maka keluarlah Jaka tarub menolong bidadari itu tapi disini tidak berkata jujur bahwa ialah yang mengambil selendangnya dan keluar seperti orang yang tidak tahu apa-apa dan seolah-olah ia penolong yang menyelamatkan bidadari itu. Mereka pun menikah dan di karuniai seorang bayi perempuan yang di beri nama Nawangsih. walaupun Nawang wulang sudah di bohongi oleh suaminya, tapi ia tetap setia. Hingga suatu peristiwa malapetaka terjadi Jaka tarub melanggar amanat istrinya, namun ia tetap setia dan sampailah ia menemukan kembali selendangnya dan kembali kekahyangan. Pada kedua cerita ini jelaslah bahwa tema yang di angkat adalah mengenai kesetiaan pasangan masing-masing walaupun harus berpisah dengan kesedihan, tapi mereka tetap setia pada pasangan dan tidak menikah lagi sepeninggal istri mereka. 2) Perbandingan Latar/setting Tempat kejadian cerita Rajapala di sebuah kerajaan wana keling, di hutan, telaga dan surga. Latar suasananya meliputi kebingungan Ken sulasih mencari selendangnya yang hilang, dan kesedihan Rajapala di tinggal istrinya. Latar waktunya tidak begitu jelas di ceritakan. Sedangkan Kidang telengkas terjadi di sebuah desa Tarub, oleh sebab itu ia di beri nama Jaka tarub, di telaga dan kahyangan. Latar waktu tidak begitu jelas, tapi pada waktu Nawang wulan datang dan pergi menyusui Nawangsih di ceritakan pada malam hari. Latar suasana adalah kesedihan hati Nawang wulan pada saat kehilangan selendang, alangkah senangnya ketika ada seorang pemuda tampan datang menolongnya kemudian mereka pun menikah, kesedihan hati Nawang wulan yang termenung dan merasa tersiksa tinggal di bumi karena harus bekerja keras dan puncaknya kemarahan terhadap suaminya karena melanggar pesannya dan di akhiri kesedihan Jaka tarub yang hanya bisa melihat Nawang wulan datang dan pergi di setiap malam untuk menyusui Nawangsih. Berdasarkan kedua cerita diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan menyangkut latarnya. Kesamaanya yakni tempat kejadiannya sama-sama di hutan dan telaga. Latar waktu sama-sama tidak di tunjukkan kapan terjadinya namun pada Jaka Tarub ada waktu yang di sebutkan yakni pada malam hari. Latar suasananya memiliki kesamaan yakni sama-sama di awali dengan kebingungan kedua bidadari yang di curi selendangnya, namun pada cerita Rajapala ia mengakui bahwa ia yang mencuri selendangnya tapi tidak mau mengembalikannya dengan syarat. Pada cerita Jaka tarub, ia tidak mengakui perbuatannya dan hingga suatu saat ia pun menyesal dan kesedihan terus melandanya karena di tinggal sang istri. 3) Perbandingan bentuk Pada kedua cerita Rajapala dan Jaka tarub adalah dalam bentuk dongeng. Karena kedua cerita rakyat itu penyebarluaannya melalui mulut ke mulut sehingga tidak di tahu siapa pengarangnya, banyak beranggapan bahwa cerita ini benar-benar terjadi dan sebagai hiburan atau sebagai pesan moral. 4) Perbandingan tokoh/penokohan Pada kedua cerita di atas tentunya banyak memiliki perbedaan tokohnya. Pada cerita Rajapala terdapat tokoh Rajapala sebagai tokoh utama yang memiliki watak pembohong tetapi penyayang, Ken sulasih sebagai bidadari memiliki watak baik hati dan penyayang dan istri Rajapala, Durma sebagai anak Rajapala dan Raja Wana keling yang baik hati. Pada cerita Jaka tarub, terdapat tokoh Jaka tarub sebagai tokoh utama memiliki watak pembohong tetapi baik hati, Nawang wulan sebagai bidadari dan istri Jaka tarub memiliki watak sabar,baik hati dan penyayang, Nawangsih sebagai anak mereka dan ibunda Jaka tarub. 5) Gaya bahasa Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami karena melihat dari stuktur dan diksi yang dipakai tidak menggunakan majas-majas yang biasa digunakan penyair dalam menulis sebuah karya sastra. 6) Perbandingan plot (alur) Pada cerita Rajapala, di mulai pada tahap perkenalan Rajapala dengan Ken sulasih,kemudian di lanjutkan dengan pernikahan mereka dan di karuniai seorang anak lelaki yang di beri nama Durma hingga klimaksnya pada saat perpisahan mereka dan di akhiri dengan petualangan Durma ke kerajaan Wana keling dan menjadi anggota kerajaan itu. Pada cerita Jaka tarub, di mulai dengan tahap perkenalan, dilanjutkan tahap permasalahan, kemudian pernikahan dan di karuniai seorang anak perempuan yang di beri nama Nawangsih dan klimaksnya pada saat Nawang wulan mememukan kembali selendangnya dan kembali ke kahyangan dan berakhir pada saat Jaka Tarub hanya bisa melihat datang dan perginya setiap malam Nawang wulan turun ke bumi untuk menyusui Nawangsih. 7) Perbandingan amanat Dalam cerita Rajapala dan Jaka tarub memiliki kesamaan pesan yang ingin disampaikan yakni mengandung pesan tentang menjaga janji setia dan kejujuran, setia pada kata-kata, setia pada perbuatan dan pikiran. Kemudian akibat yang di timbulkan ketika melanggar janji itu adalah penyesalan dan kesedihan yang begitu besar, tergambar jelas pada cerita Jaka tarub yang tidak jujur pada Nawang wulan dan melanggar amanat/pesan Nawang wulan dan ia pun sangat sedih dan menyesali perbuatannya seumur hidup. 8) Kesimpulan dari kedua cerita Dari kedua cerita tersebut merupakan cerita rakyat berupa dongeng. Unsur-unsur masing-masing cerita sama persis, mulai dari tema, latar, amanat, dan bentuknya. walaupun ada perbedaan tapi itu hanya dari segi penokohan dan alur cerita. Namun ini menyingkap bahwa dari kedua dongeng tersebut mengutamakan pesan-pesan yang ingin di angkat dalam cerita tersebut mengenai pesan moral tentang kesetiaan dan ujung dari sebuah amanah yang di langgar dan kebohongan yang tersembunyi pasti akan terbuka kelak dan di penghujungnya pun penyesalan seumur hidup. Inilah yang perlu di perhatikan dalam kedua cerita atau dongeng Rajapala dan Jaka tarub. C. Pengarang/tahun terbit/penerbitnya. Pada cerita rakyat yang berupa mitos yakni cerita yang belum tentu kebenarannya adalah cerita hasil karangan orang-orang atau nenek moyang zaman dahulu yang tersebar melalui mulut ke mulut kemudian ditulis oleh beberapa orang yang sesuai dengan pemahaman masing-masing. Ini terbukti bahwa disetiap daerah memiliki versi cerita masing-masing sesuai dengan kebudayaan mereka. Kesimpulannya bahwa cerita rakyat Rajapala dan Jaka tarub tidak diketahui siapa pengarang,tahun terbit karangannya dan penerbitnya. 2. Perbandingan novel Laskar pelangi karya Andrea hirata dengan Film laskar pelangi karya Riri riza. A. Latar belakang lahirnya karya sastra laskar pelangi dan film laskar pelangi 1) Bentuk novel Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan, jadi jumlah merekan menjadi 11 orang. Andrea Hirata, lahir di Belitong 24 Oktober 1982. Ia sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan.Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains dan sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom. Hobinya naik komidi putar. Jadi yang melatar belakangi lahirnya karya sastra novel laskar pelangi adalah berawal dari ketertarikan Andrea Hirata dalam bidang sastra, kemudian kejadian-kejadian yang nyata atau pengalaman-pengalaman hidup yang dialaminya dan yang terjadi dilingkungannya yaitu pulau belitong tempat kelahirannya, sehingga ia menulis sebuah karya yang diberi judul laskar pelangi. Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi- berdasarkan isi cerita. Buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah. 2) Bentuk Film Naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah film tahun 2008 yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Menurut Andrea Hirata, dengan diadaptasi menjadi sebuah film, pesan-pesan yang terkandung di bukunya diharapkan dapat lebih menyebar ke khalayak lebih luas. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, dari penggunaan dialek Belitung sampai aktor-aktor yang menjadi anggota Laskar Pelangi juga adalah anak-anak asli Belitung. Lokasi syuting juga di Pulau Belitong dan biaya produksinya mencapai Rp 8 Miliar. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah anak bangsa yang menggambarkan perjuangan guru dan 10 siswa di Belitong untuk sebuah pendidikan. Ide pembuatan film ini berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku Produser dan Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2004. “Buku Laskar Pelangi sanggup membuat kita tiba-tiba merasa bangga jadi orang Indonesia dan memompa semangat serta optimisme kebangsaan, dengan hadirnya karakter anak-anak Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan,” ucap Mira Lesmana selaku Produser film ini. Selaku sutradara film Laskar Pelangi, Riri Riza mengungkapkan: “Laskar Pelangi memiliki cerita yang unik dan penuh dinamika dengan hadirnya 10 siswa dengan kararkter yang sangat kuat dan seorang guru ambisius yang mempunyai cita-cita besar dan luhur dan Andrea Hirata adalah faktor yang sangat penting kenapa kami ingin memfilmkan buku Laskar Pelangi ini. Saat pertama kali ketemu dengan Andrea, ada antusiasme yang terlihat di dirinya. Bertemu Andrea Hirata seperti melihat matahari yang bersinar keras sekali dan sangat inspiring.” sehingga lahirlah film laskar pelangi. Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomenal “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang mengambil setting di akhir tahun 70-an. Bagi sang penulis, Andrea Hirata, bukan hal yang mudah untuk mengijinkan karya sastra pertamanya ini untuk difilmkan. Jelas Andrea mempunyai alasan khusus kenapa ia mempercayakan penggarapan film Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. “Ada beberapa alasan kenapa saya rela menyerahkan cerita Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. Pertama, Mira dan Riri adalah sineas yang memiliki integritas, yang tidak semata melihat keinginan pasar dalam membuat karyanya. Kedua, Mira dan Riri mempunyai talent yang langka dalam membuat sebuah karya seni. Mereka bisa membuat film box office, tapi tetap bermutu. Dan setelah lama bergaul dengan mereka, saya semakin yakin kalau kedua sineas ini mempunyai indra keenam dalam membuat sebuah karya dan mempunyai perspektif yang unik,” ungkap Andrea. Adapun keinginan Rira dan Mira untuk menampilkan anak-anak asli Belitong agar chemistry antara cerita dan para pemain muncul secara real dan natural. “Sejak awal kami memang tidak terpikirkan untuk menggunakan pemain di luar kota Belitong untuk tokoh-tokoh anak Laskar Pelangi. Jadi proses hunting dan casting pemain pun sudah kami lakukan sejak awal persiapan produksi,” ujar Riri. “Meskipun anak-anak ini belum berpengalaman dan awam dengan dunia akting, tapi mereka ini adalah anak-anak yang sangat berbakat, punya keberanian, mau mencoba, dan yang terpenting, mereka bisa mempresentasikan tokoh-tokoh utama di film ini,” lanjut Mira. Maka lahirlah film fenomenal laskar pelangi. B. Fenomena-fenomena yang terjadi di dalam film maupun novel Laskar pelangi dibagi menjadi beberapa aspek yakni: 1) Aspek ekonomi Didalam novel maupun film bahwa kekayaan alam Belitong dirampas perusahaan tambang timah bermerk, dan rakyat disitu tidak mendapat menikmati hasilnya, SD PN timah menggunakan meja-meja baru dipoles dengan pensil yang selalu baru diserut dengan kontras gubuknya SD Muhammadiyah. Kontras ini dipertajam dengan SD Timah selalu memakai seragam yang baru dijahit dan memakai batik hari Senin, dan murid-murid SD Muhammadiyah, dipakaikan baju satu-satunya. Namun, himpitan ekonomi tidak membuat anak-anak laskar pelangi menyerah begitu saja, mereka tetap semangat dalam belajar dan mengejar cita-cita hingga mereka berhasil dan salah satu muridnya yaitu Lintang berhaasil meraih cita-citanya pergi ke Paris,Prancis untuk studi di sana. 2) Aspek sosial Hidup terkadang getir dan laskar pelangi adalah kegetiran itu. Rumah kayu reyot sampai penerangan lampu minyak tanah, sepeda rongsokan,isi rumah yang muram,sekolah yang hampir roboh dan anak-anak kumal yang ke sekolah bertelanjang kaki. Ksegetiran itu dihadapkan secara kontras sampai kemakmuran mereka yang berada di dalam tembok PN Timah. Sekolah yang lebih bagus dan lengkap fasilitasnya,anak-anak di dalam tembok yang bermain sepatu roda. Sementara di balik kawat teralis anak-anak miskin hanya bisa menyaksikan sampai menahan air liur untuk kemudian petugas keamanan akan mengusirnya. Kekontrasan itu kemudian disatukan dalam sebuah adegan saat anak-anak SD Muhammadiyah harus mengikuti ujian di SD PN Timah. Kekontrasan itu semakin menohok saat anak-anak kumal mesti berada dalam satu ruangan sampai anak-anak SD PN Timah yang jauh lebih "bersih". Pandangan aneh yang menyergap saat anak-anak kumal itu ke sekolah tanpa berseragam dan mengenakan sandal, kekikukan yang tak mampu ditutupi di wajah Bu Guru Muslimah-diperankan secara apik oleh Cut Mini Theo- dan pandangan meremehkan dari guru-guru pengawas ujian. Ada sebuah nilai yang barangkali mesti kita petik, saat kita lebih suka menilai orang dari apa yang dikenakannya. Saat kita menjadi minder dan tidak percaya diri di saat berada dalam hal ini. Ini merupakan bentuk ketidak setaraan sosial didalam hidup bermasyarakat, yang dimana para murid-murid SD Muhammadiyah yang kumal-kumal dipandang rendah oleh sebagian murid-murid SD PN Timah. Namun, dibalik itu mereka punya kecerdasan otak yang tidak dimiliki oleh urid-murid SD PN Timah. 3) Aspek budaya Kebudayaan yang diangkat dalam novel maupun film adalah karena letaknya di pulau belitong maka cerita tersebut menggunakan budaya melayu, hal ini tampak juga pada dialek yang digunakan ketika dalam berkomunikasi. 4) Aspek politik Politisi dalam pemerintahan pulau belitong yakni pemerintah lebih mengutamakan pengusaha dari pada rakyat mereka yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam hal pendidikan pemerintah juga lebih condong ke sekolah yang dibangun oleh PT PN timah yankni SD PN Timah yamg memiliki sarana prasarana lengkap serta guru-guru yang berkualitas di zamannya. Jelas ini berbanding terbalik dengan SD Muhammadiyah yang notabene sekolah tertua di pulau belitong, yang dibiarkan begitu saja rusak dan tidak mendapat bantuan sama sekali bahkan telah mendapat surat dari Dinas pendidikan dan budaya, bahwa apabila mereka tidak mencukupi sepuluh orang dalam satu kelas maka sekolah tersebut akan ditutup. Ini merupakan politisasi dalam pendidikan, yang dimana pemerintah tidak mau ada yang menyaingi sekolah PN Timah. 5) Aspek agama Pada cerita Laskar pelangi jelas bahwa agama yang dianut adalah islam, hal ini tampak pada penamaan sekolah mereka yakni SD Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi islam yang dibangun oleh KH.Ahmad dahlan. Didalam novel maupun film pun ketika pak Harfan dan bu Muslimah mengajar, mereka tidak pernah lepas dalam membimbing anak-anak muridnya untuk tetap berpegang teguh dan kokoh dalam ajaran agama islam. C. Pesan/amanat Kita dapat mengambil pelajaran untuk kondisi dulu hingga zaman sekarang bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kejeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel maupun film tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya. Beberapa poin yang dapat kita simpulkan seperti sebagai berikut: 1. Janganlah menyerah dan jangan hiraukan orang yang menggangumu, teruslah berjalan jika sudah sesuai dengan tuntunan syarit islam, walaupun banyak yang tidak suka padamu. 2. Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit. 3. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku maupun novel ini Ikal, akan menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri. • Biografi Penulis Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja. Penulis Andrea Hirata Negara Indonesia Bahasa Indonesia Genre Roman Penerbit Bentang Pustaka (Yogyakarta) Tanggal terbit 2005 Halaman xiv, 529 halaman ISBN ISBN 979-3062-79-7 Kata pengantar assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, karena berkat rahmat Allah Swt, saya dapat menyelesaikan Resensi dan Analisis Sastra bandingan yang mengkaji cerita rakyat dengan judul Rajapala dan Jaka Tarub. Di lanjutkan kajian bandingan sastra novel Laskar Pelangi dan film laskar pelangi yang di adaptasi dari novel karya Andrea Hirata yang di sutradarai oleh Riri Riza dan di bantu oleh Mira lesmana. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi yang membacanya. Amien. Penulis, Suprayogi 209 502 038 TUGAS FINAL OLEH : SUPRAYOGI 209 502 038 A/V PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAKIDENDE UNAAHA 2012

2 komentar: