Minggu, 17 Juni 2012
analisis kesalahan berbahasa dalam media cetak
I. PENGANTAR
Dalam setiap media, baik itu cetak maupun elektronik dalam menginformasikan setiap berita, pastinya menggunakan yang namanya tulisan, dan tidak sedikit dari tulisan itu ternyata setelah diteliti banyak sekali terjadi kesalahan-kesalahan yang melanggar kaidah-kaidah yang berlaku pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pada dasarnya ejaan ialah kaidah yang mengandung bahasa tulis sehingga diperoleh tulisan. Dengan demikian tulisan yang tidak memperhatikan ejaan berarti tidak dijamin kebenarannya. Dengan kata lain penulisan yang menyimpang dari tataran aturan atau kaidah ejaan yang berlaku atau yang diterapkan maka hasilnya belum tentu merupakan tulisan yang baku. Melihat dari kesalahan yang berulang-ulang ini menandakan kurangnya pemahaman yang dimiliki oleh setiap penulis atau Jurnalis dalam penulisan berita dalam media, baik itu cetak maupun elektronik. Setiap junalis hendaknya menguasai kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan huruf, khususnya pada huruf miring yang terkhusus dibahasa pada makalah yang sederhana ini.
Kesalahan-kesalahan ini tak bisa ditolerir lagi, karena dari tahun ke tahun tak ada perubahan yang signifikan, entah para penulis yang acuh tak acuh dengan aturan yang berlaku atau memang adalah hanya sebuah kekeliruan atau mungkin juga ini merupakan kesalahan yang mesti ada perbaikan khusus oleh para pelaku tulis menulis. Adapun tujuan dan manfaat dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
Tujuannya: Mengevaluasi atau memperbaiki setiap kesalahan-kesalahan yang terjadi pada penulisan huruf kapital dan huruf miring pada media cetak Menginformasikan kepada khalayak umum, bahwa setiap penulisan huruf itu ada aturan-aturan yang berlaku di dalamnya untuk dipatuhi, tidak semena-menanya saja dalam menulis, Menginformasikan kepada para jurnalis khususnya dalam menulis, agar memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku pada EYD bahasa Indonesia. Manfaatnya: Mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam EYD, khususnya penulisan huruf kapital dan huruf miring dan Mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis atau jurnalis dalam penulisan berita pada media cetak.
II. DATA
III. SAMPEL KESALAHAN
1) Bocah Pemalak Beraksi di Pomalaa.
2) Harian Kendari Ekspres
3) Nyawa Melayang
4) Kendari Ekspres
5) Pandang Bulu
6) Convention Center (JCC)
7) Dept Store
8) California Fried Chicken (CFC)
9) Sriwijaya Promotion Center
10) Cambridge University
11) Orexin
IV. IDENTIFIKASI KESALAHAN
Kesalahan penulisan huruf miring.
1) Huruf miring dalam penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam sebuah karangan atau tulisan.
a) Harian Kendari Ekspres
b) Kendari Ekspres
2) Huruf miring mempertegas, memperjelas, menekankan, atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata (Frase) untuk lebih menonjolkan bagian kata dengan kata lainnya sesudah atau sebelumnya.
a) Bocah Pemalak Beraksi di Pomalaa.
b) Pandang Bulu
c) Nyawa Melayang
3) Huruf miring dalam menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah diserap dan disesuaikan ejaannya dengan ejaan Indonesia).
a) Orexin
b) Cambridge University
c) Sriwijaya Promotion Center
d) California Fried Chicken (CFC)
e) Dept Store
f) Convention Center (JCC)
V. PERINGKAT KESALAHAN
a) Harian Kendari Ekspres
b) Kendari Ekspres
c) Bocah Pemalak Beraksi di Pomalaa.
d) Pandang Bulu
e) Nyawa Melayang
f) Orexin
g) Cambridge University
h) Sriwijaya Promotion Center
i) California Fried Chicken (CFC)
j) Dept Store
k) Convention Center (JCC)
VI. PENJELASAN KESALAHAN
Melihat dari secara keseluruhan kata diatas menunjukkan bahwa penulisan huruf miring pada Media Cetak, jelas bahwa penulis tidak tahu kaidah-kaidah yang berlaku pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) terlihat pada semua penulisan huruf miring. Berdasarkan kaidah yang berlaku jelas bahwa hal-hal tersebut adalah suatu kesalahan. Ada tiga kaidah yang ditentukan dalam EYD yakni huruf miring dalam penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam sebuah karangan atau tulisan, contoh: “Ada perbedaan tampilan Harian Kendari Ekspres sekarang…….” Pada kata Harian Kendari Ekspres mestinya dicetak miring, karena kata ini merupakan kutipan dari sebuah surat kabar. “Tolak Ajakan Pesta Miras, Nyawa Melayang”. Nyawa Melayang disini mestinya dicetak miring karena huruf miring pada tulisan ini adalah dengan tujuan mempertegas, memperjelas, menekankan, atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata (Frase) untuk lebih menonjolkan bagian kata dengan kata lainnya sesudah atau sebelumnya, dan Huruf miring dalam menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah diserap dan disesuaikan ejaannya dengan ejaan Indonesia) salah satu contohnya adalah “memicu keluarnya kandungan orexin” mestinya pada kata orexin dicetak miring karena ini merupakan kata ilmiah yang belum diserap oleh EYD.
VII. EVALUASI KESALAHAN
Kesalahan dan perbaikan penulisan huruf miring.
a) Huruf miring dalam penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam sebuah karangan atau tulisan.
a) Harian Kendari Ekspres = Harian Kendari Ekspres
b) Kendari Ekspres = Kendari Ekspres
b) Huruf miring mempertegas, memperjelas, menekankan, atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata (Frase) untuk lebih menonjolkan bagian kata dengan kata lainnya sesudah atau sebelumnya.
a) Bocah Pemalak Beraksi di Pomalaa = Bocah Pemalak Beraksi di Pomalaa
b) Pandang Bulu = Pandang Bulu
c) Nyawa Melayang = Nyawa Melayang
d) Huruf miring dalam menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah diserap dan disesuaikan ejaannya dengan ejaan Indonesia).
a) Orexin = Orexin
b) Cambridge University = Cambridge University
c) Sriwijaya Promotion Center = Sriwijaya Promotion Center
d) California Fried Chicken (CFC) = California Fried Chicken (CFC)
e) Dept Store = Dept Store
f) Convention Center (JCC) = Convention Center (JCC)
VIII. PREDIKSI KESALAHAN
Ada beberapa poin yang harus diperbaiki dalam penulisan huruf miring pada media cetak yakni sebagai berikut:
• Melihat dari kesalahan-kesalahan yang ada, bahwa setiap kata-kata selalu terjadi kesalahan yang sama secara terus menerus. Ini menandakan sebuah kesalahan sang penulis berita yang tidak mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan huruf miring, terutama cara penempatannya pada kalimat.
• Agar kejadian ini tidak terulang lagi, sebaiknya sebelum menulis sebuah berita atau artikel di dalam sebuah media cetak ataupun elektronik, semestinya penulis harus tahu dulu dan memperhatikan dengan cermat kaidah-kaidah yang berlaku, agar tulisannya tidak hanya sebagai sumber berita, tapi juga sebagai rujukan dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
TUGAS FINAL
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
“PENULISAN HURUF MIRING PADA MEDIA CETAK”
OLEH:
SUPRAYOGI
209 502 038
A/VI
Program studi bahasa dan sastra Indonesia
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas lakidende
Unaaha
2012
SUMBER DATA
Harian Kendari Ekspres
Surya Post
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB I)
Sabtu, 05 Mei 2012
SASTRA BANDINGAN
1. Perbandingan karya sastra yang berupa cerita rakyat Rajapala dan Jaka tarub.
Dari kedua cerita rakyat Rajapala dan Jaka Tarub dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari kedua isi cerita yang di angkat. Dalam sastra bandingan tentunya bukan hanya sekedar melihat dari sisi keduanya. Tentunya masih banyak yang harus di bandingkan, perbandingan-perbandingan itu dapat dilihat sebagai berikut:
A. Karya dasar (Hipogram)
Cerita Raja pala dan Jaka tarub adalah berupa karangan atau biasa disebut mitos, karena merupakan cerita yang melegenda dari mulut ke mulut sejak zaman dahulu kala. Jadi yang mendasari dari pengangkatan cerita rakyat tersebut ialah adanya kepercayaan masyarakat dari kedua daerah tersebut mengenai kebenaran mitos cerita bahwa memang cerita tersebut benar-benar terjadi di zaman dahulu kala. Sehingga kedua cerita itu masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Namun kesamaan dari kedua cerita tersebut adalah ide, alur, tema, dan peristiwa. Yang menjadi Perbedaan dari kedua cerita tersebut adalah tokoh, penokohan, gaya bahasa serta daerah tempat kejadiannya.
B. Unsur-Unsur instristik
1) Perbandingan tema
Dari kedua cerita tersebut memiliki kesamaan tema yakni kesetiaan. Mereka sama-sama menikahi seorang bidadari yang turun dari surga atau kahyangan dan mandi di sebuah telaga. Mereka mencuri selendang terbang dari bidadari tersebut. Pada cerita Rajapala, ia mencuri selendang dan tidak mau mengembalikan selendang bidadari itu kecuali ia mau menikah dengannya, lalu Ken sulasih menerimanya tapi dengan syarat jika kelak nanti mereka mempunyai anak, maka ia harus mengembalikan kembali selendangnya dan mengizinkannya kembali ke surga. Rajapala memiliki istri yang setia hingga persyaratan yang di berikan istrinya terpenuhi, Rajapala dan Ken sulasih di karuniai seorang bayi laki-laki yang di beri nama Dumar. Persyaratannya telah selesai barulah Ken sulasih meninggalkan suami dan anaknya kembali ke surga. Pada cerita Jaka tarub, ia mencuri selendang bidadari yang bernama Nawang wulan, ia berjanji apabila ada yang memberikan pakaian kepadanya, maka ia bersedia menjadi istrinya. Setelah mendengar perkataan tersebut, maka keluarlah Jaka tarub menolong bidadari itu tapi disini tidak berkata jujur bahwa ialah yang mengambil selendangnya dan keluar seperti orang yang tidak tahu apa-apa dan seolah-olah ia penolong yang menyelamatkan bidadari itu. Mereka pun menikah dan di karuniai seorang bayi perempuan yang di beri nama Nawangsih. walaupun Nawang wulang sudah di bohongi oleh suaminya, tapi ia tetap setia. Hingga suatu peristiwa malapetaka terjadi Jaka tarub melanggar amanat istrinya, namun ia tetap setia dan sampailah ia menemukan kembali selendangnya dan kembali kekahyangan. Pada kedua cerita ini jelaslah bahwa tema yang di angkat adalah mengenai kesetiaan pasangan masing-masing walaupun harus berpisah dengan kesedihan, tapi mereka tetap setia pada pasangan dan tidak menikah lagi sepeninggal istri mereka.
2) Perbandingan Latar/setting
Tempat kejadian cerita Rajapala di sebuah kerajaan wana keling, di hutan, telaga dan surga. Latar suasananya meliputi kebingungan Ken sulasih mencari selendangnya yang hilang, dan kesedihan Rajapala di tinggal istrinya. Latar waktunya tidak begitu jelas di ceritakan. Sedangkan Kidang telengkas terjadi di sebuah desa Tarub, oleh sebab itu ia di beri nama Jaka tarub, di telaga dan kahyangan. Latar waktu tidak begitu jelas, tapi pada waktu Nawang wulan datang dan pergi menyusui Nawangsih di ceritakan pada malam hari. Latar suasana adalah kesedihan hati Nawang wulan pada saat kehilangan selendang, alangkah senangnya ketika ada seorang pemuda tampan datang menolongnya kemudian mereka pun menikah, kesedihan hati Nawang wulan yang termenung dan merasa tersiksa tinggal di bumi karena harus bekerja keras dan puncaknya kemarahan terhadap suaminya karena melanggar pesannya dan di akhiri kesedihan Jaka tarub yang hanya bisa melihat Nawang wulan datang dan pergi di setiap malam untuk menyusui Nawangsih. Berdasarkan kedua cerita diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan menyangkut latarnya. Kesamaanya yakni tempat kejadiannya sama-sama di hutan dan telaga. Latar waktu sama-sama tidak di tunjukkan kapan terjadinya namun pada Jaka Tarub ada waktu yang di sebutkan yakni pada malam hari. Latar suasananya memiliki kesamaan yakni sama-sama di awali dengan kebingungan kedua bidadari yang di curi selendangnya, namun pada cerita Rajapala ia mengakui bahwa ia yang mencuri selendangnya tapi tidak mau mengembalikannya dengan syarat. Pada cerita Jaka tarub, ia tidak mengakui perbuatannya dan hingga suatu saat ia pun menyesal dan kesedihan terus melandanya karena di tinggal sang istri.
3) Perbandingan bentuk
Pada kedua cerita Rajapala dan Jaka tarub adalah dalam bentuk dongeng. Karena kedua cerita rakyat itu penyebarluaannya melalui mulut ke mulut sehingga tidak di tahu siapa pengarangnya, banyak beranggapan bahwa cerita ini benar-benar terjadi dan sebagai hiburan atau sebagai pesan moral.
4) Perbandingan tokoh/penokohan
Pada kedua cerita di atas tentunya banyak memiliki perbedaan tokohnya. Pada cerita Rajapala terdapat tokoh Rajapala sebagai tokoh utama yang memiliki watak pembohong tetapi penyayang, Ken sulasih sebagai bidadari memiliki watak baik hati dan penyayang dan istri Rajapala, Durma sebagai anak Rajapala dan Raja Wana keling yang baik hati. Pada cerita Jaka tarub, terdapat tokoh Jaka tarub sebagai tokoh utama memiliki watak pembohong tetapi baik hati, Nawang wulan sebagai bidadari dan istri Jaka tarub memiliki watak sabar,baik hati dan penyayang, Nawangsih sebagai anak mereka dan ibunda Jaka tarub.
5) Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami karena melihat dari stuktur dan diksi yang dipakai tidak menggunakan majas-majas yang biasa digunakan penyair dalam menulis sebuah karya sastra.
6) Perbandingan plot (alur)
Pada cerita Rajapala, di mulai pada tahap perkenalan Rajapala dengan Ken sulasih,kemudian di lanjutkan dengan pernikahan mereka dan di karuniai seorang anak lelaki yang di beri nama Durma hingga klimaksnya pada saat perpisahan mereka dan di akhiri dengan petualangan Durma ke kerajaan Wana keling dan menjadi anggota kerajaan itu. Pada cerita Jaka tarub, di mulai dengan tahap perkenalan, dilanjutkan tahap permasalahan, kemudian pernikahan dan di karuniai seorang anak perempuan yang di beri nama Nawangsih dan klimaksnya pada saat Nawang wulan mememukan kembali selendangnya dan kembali ke kahyangan dan berakhir pada saat Jaka Tarub hanya bisa melihat datang dan perginya setiap malam Nawang wulan turun ke bumi untuk menyusui Nawangsih.
7) Perbandingan amanat
Dalam cerita Rajapala dan Jaka tarub memiliki kesamaan pesan yang ingin disampaikan yakni mengandung pesan tentang menjaga janji setia dan kejujuran, setia pada kata-kata, setia pada perbuatan dan pikiran. Kemudian akibat yang di timbulkan ketika melanggar janji itu adalah penyesalan dan kesedihan yang begitu besar, tergambar jelas pada cerita Jaka tarub yang tidak jujur pada Nawang wulan dan melanggar amanat/pesan Nawang wulan dan ia pun sangat sedih dan menyesali perbuatannya seumur hidup.
8) Kesimpulan dari kedua cerita
Dari kedua cerita tersebut merupakan cerita rakyat berupa dongeng. Unsur-unsur masing-masing cerita sama persis, mulai dari tema, latar, amanat, dan bentuknya. walaupun ada perbedaan tapi itu hanya dari segi penokohan dan alur cerita. Namun ini menyingkap bahwa dari kedua dongeng tersebut mengutamakan pesan-pesan yang ingin di angkat dalam cerita tersebut mengenai pesan moral tentang kesetiaan dan ujung dari sebuah amanah yang di langgar dan kebohongan yang tersembunyi pasti akan terbuka kelak dan di penghujungnya pun penyesalan seumur hidup. Inilah yang perlu di perhatikan dalam kedua cerita atau dongeng Rajapala dan Jaka tarub.
C. Pengarang/tahun terbit/penerbitnya.
Pada cerita rakyat yang berupa mitos yakni cerita yang belum tentu kebenarannya adalah cerita hasil karangan orang-orang atau nenek moyang zaman dahulu yang tersebar melalui mulut ke mulut kemudian ditulis oleh beberapa orang yang sesuai dengan pemahaman masing-masing. Ini terbukti bahwa disetiap daerah memiliki versi cerita masing-masing sesuai dengan kebudayaan mereka. Kesimpulannya bahwa cerita rakyat Rajapala dan Jaka tarub tidak diketahui siapa pengarang,tahun terbit karangannya dan penerbitnya.
2. Perbandingan novel Laskar pelangi karya Andrea hirata dengan Film laskar pelangi karya Riri riza.
A. Latar belakang lahirnya karya sastra laskar pelangi dan film laskar pelangi
1) Bentuk novel
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan, jadi jumlah merekan menjadi 11 orang. Andrea Hirata, lahir di Belitong 24 Oktober 1982. Ia sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan.Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains dan sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom. Hobinya naik komidi putar. Jadi yang melatar belakangi lahirnya karya sastra novel laskar pelangi adalah berawal dari ketertarikan Andrea Hirata dalam bidang sastra, kemudian kejadian-kejadian yang nyata atau pengalaman-pengalaman hidup yang dialaminya dan yang terjadi dilingkungannya yaitu pulau belitong tempat kelahirannya, sehingga ia menulis sebuah karya yang diberi judul laskar pelangi. Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi- berdasarkan isi cerita. Buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
2) Bentuk Film
Naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah film tahun 2008 yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Menurut Andrea Hirata, dengan diadaptasi menjadi sebuah film, pesan-pesan yang terkandung di bukunya diharapkan dapat lebih menyebar ke khalayak lebih luas. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, dari penggunaan dialek Belitung sampai aktor-aktor yang menjadi anggota Laskar Pelangi juga adalah anak-anak asli Belitung. Lokasi syuting juga di Pulau Belitong dan biaya produksinya mencapai Rp 8 Miliar. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah anak bangsa yang menggambarkan perjuangan guru dan 10 siswa di Belitong untuk sebuah pendidikan. Ide pembuatan film ini berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku Produser dan Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2004. “Buku Laskar Pelangi sanggup membuat kita tiba-tiba merasa bangga jadi orang Indonesia dan memompa semangat serta optimisme kebangsaan, dengan hadirnya karakter anak-anak Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan,” ucap Mira Lesmana selaku Produser film ini.
Selaku sutradara film Laskar Pelangi, Riri Riza mengungkapkan: “Laskar Pelangi memiliki cerita yang unik dan penuh dinamika dengan hadirnya 10 siswa dengan kararkter yang sangat kuat dan seorang guru ambisius yang mempunyai cita-cita besar dan luhur dan Andrea Hirata adalah faktor yang sangat penting kenapa kami ingin memfilmkan buku Laskar Pelangi ini. Saat pertama kali ketemu dengan Andrea, ada antusiasme yang terlihat di dirinya. Bertemu Andrea Hirata seperti melihat matahari yang bersinar keras sekali dan sangat inspiring.” sehingga lahirlah film laskar pelangi. Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomenal “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, yang mengambil setting di akhir tahun 70-an. Bagi sang penulis, Andrea Hirata, bukan hal yang mudah untuk mengijinkan karya sastra pertamanya ini untuk difilmkan. Jelas Andrea mempunyai alasan khusus kenapa ia mempercayakan penggarapan film Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. “Ada beberapa alasan kenapa saya rela menyerahkan cerita Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. Pertama, Mira dan Riri adalah sineas yang memiliki integritas, yang tidak semata melihat keinginan pasar dalam membuat karyanya. Kedua, Mira dan Riri mempunyai talent yang langka dalam membuat sebuah karya seni. Mereka bisa membuat film box office, tapi tetap bermutu. Dan setelah lama bergaul dengan mereka, saya semakin yakin kalau kedua sineas ini mempunyai indra keenam dalam membuat sebuah karya dan mempunyai perspektif yang unik,” ungkap Andrea.
Adapun keinginan Rira dan Mira untuk menampilkan anak-anak asli Belitong agar chemistry antara cerita dan para pemain muncul secara real dan natural. “Sejak awal kami memang tidak terpikirkan untuk menggunakan pemain di luar kota Belitong untuk tokoh-tokoh anak Laskar Pelangi. Jadi proses hunting dan casting pemain pun sudah kami lakukan sejak awal persiapan produksi,” ujar Riri. “Meskipun anak-anak ini belum berpengalaman dan awam dengan dunia akting, tapi mereka ini adalah anak-anak yang sangat berbakat, punya keberanian, mau mencoba, dan yang terpenting, mereka bisa mempresentasikan tokoh-tokoh utama di film ini,” lanjut Mira. Maka lahirlah film fenomenal laskar pelangi.
B. Fenomena-fenomena yang terjadi di dalam film maupun novel Laskar pelangi dibagi menjadi beberapa aspek yakni:
1) Aspek ekonomi
Didalam novel maupun film bahwa kekayaan alam Belitong dirampas perusahaan tambang timah bermerk, dan rakyat disitu tidak mendapat menikmati hasilnya, SD PN timah menggunakan meja-meja baru dipoles dengan pensil yang selalu baru diserut dengan kontras gubuknya SD Muhammadiyah. Kontras ini dipertajam dengan SD Timah selalu memakai seragam yang baru dijahit dan memakai batik hari Senin, dan murid-murid SD Muhammadiyah, dipakaikan baju satu-satunya. Namun, himpitan ekonomi tidak membuat anak-anak laskar pelangi menyerah begitu saja, mereka tetap semangat dalam belajar dan mengejar cita-cita hingga mereka berhasil dan salah satu muridnya yaitu Lintang berhaasil meraih cita-citanya pergi ke Paris,Prancis untuk studi di sana.
2) Aspek sosial
Hidup terkadang getir dan laskar pelangi adalah kegetiran itu. Rumah kayu reyot sampai penerangan lampu minyak tanah, sepeda rongsokan,isi rumah yang muram,sekolah yang hampir roboh dan anak-anak kumal yang ke sekolah bertelanjang kaki. Ksegetiran itu dihadapkan secara kontras sampai kemakmuran mereka yang berada di dalam tembok PN Timah. Sekolah yang lebih bagus dan lengkap fasilitasnya,anak-anak di dalam tembok yang bermain sepatu roda. Sementara di balik kawat teralis anak-anak miskin hanya bisa menyaksikan sampai menahan air liur untuk kemudian petugas keamanan akan mengusirnya.
Kekontrasan itu kemudian disatukan dalam sebuah adegan saat anak-anak SD Muhammadiyah harus mengikuti ujian di SD PN Timah. Kekontrasan itu semakin menohok saat anak-anak kumal mesti berada dalam satu ruangan sampai anak-anak SD PN Timah yang jauh lebih "bersih". Pandangan aneh yang menyergap saat anak-anak kumal itu ke sekolah tanpa berseragam dan mengenakan sandal, kekikukan yang tak mampu ditutupi di wajah Bu Guru Muslimah-diperankan secara apik oleh Cut Mini Theo- dan pandangan meremehkan dari guru-guru pengawas ujian. Ada sebuah nilai yang barangkali mesti kita petik, saat kita lebih suka menilai orang dari apa yang dikenakannya. Saat kita menjadi minder dan tidak percaya diri di saat berada dalam hal ini. Ini merupakan bentuk ketidak setaraan sosial didalam hidup bermasyarakat, yang dimana para murid-murid SD Muhammadiyah yang kumal-kumal dipandang rendah oleh sebagian murid-murid SD PN Timah. Namun, dibalik itu mereka punya kecerdasan otak yang tidak dimiliki oleh urid-murid SD PN Timah.
3) Aspek budaya
Kebudayaan yang diangkat dalam novel maupun film adalah karena letaknya di pulau belitong maka cerita tersebut menggunakan budaya melayu, hal ini tampak juga pada dialek yang digunakan ketika dalam berkomunikasi.
4) Aspek politik
Politisi dalam pemerintahan pulau belitong yakni pemerintah lebih mengutamakan pengusaha dari pada rakyat mereka yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam hal pendidikan pemerintah juga lebih condong ke sekolah yang dibangun oleh PT PN timah yankni SD PN Timah yamg memiliki sarana prasarana lengkap serta guru-guru yang berkualitas di zamannya. Jelas ini berbanding terbalik dengan SD Muhammadiyah yang notabene sekolah tertua di pulau belitong, yang dibiarkan begitu saja rusak dan tidak mendapat bantuan sama sekali bahkan telah mendapat surat dari Dinas pendidikan dan budaya, bahwa apabila mereka tidak mencukupi sepuluh orang dalam satu kelas maka sekolah tersebut akan ditutup. Ini merupakan politisasi dalam pendidikan, yang dimana pemerintah tidak mau ada yang menyaingi sekolah PN Timah.
5) Aspek agama
Pada cerita Laskar pelangi jelas bahwa agama yang dianut adalah islam, hal ini tampak pada penamaan sekolah mereka yakni SD Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi islam yang dibangun oleh KH.Ahmad dahlan. Didalam novel maupun film pun ketika pak Harfan dan bu Muslimah mengajar, mereka tidak pernah lepas dalam membimbing anak-anak muridnya untuk tetap berpegang teguh dan kokoh dalam ajaran agama islam.
C. Pesan/amanat
Kita dapat mengambil pelajaran untuk kondisi dulu hingga zaman sekarang bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kejeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel maupun film tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya. Beberapa poin yang dapat kita simpulkan seperti sebagai berikut:
1. Janganlah menyerah dan jangan hiraukan orang yang menggangumu, teruslah berjalan jika sudah sesuai dengan tuntunan syarit islam, walaupun banyak yang tidak suka padamu.
2. Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.
3. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku maupun novel ini Ikal, akan menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri.
• Biografi Penulis
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.
Penulis Andrea Hirata
Negara
Indonesia
Bahasa
Indonesia
Genre Roman
Penerbit
Bentang Pustaka (Yogyakarta)
Tanggal terbit 2005
Halaman xiv, 529 halaman
ISBN
ISBN 979-3062-79-7
Kata pengantar
assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, karena berkat rahmat Allah Swt, saya dapat menyelesaikan Resensi dan Analisis Sastra bandingan yang mengkaji cerita rakyat dengan judul Rajapala dan Jaka Tarub. Di lanjutkan kajian bandingan sastra novel Laskar Pelangi dan film laskar pelangi yang di adaptasi dari novel karya Andrea Hirata yang di sutradarai oleh Riri Riza dan di bantu oleh Mira lesmana. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi yang membacanya. Amien.
Penulis,
Suprayogi
209 502 038
TUGAS FINAL
OLEH :
SUPRAYOGI
209 502 038
A/V
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2012
MUTU PENGGUNAAN BAHASA PADA MEDIA CETAK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Media massa adalah sarana informasi dan komunikasi untuk umum dalam bentuk cetak, elektronik, atau bentuk lain. Media massa merupakan sarana publikasi berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, bahasa media massa akan mencakup berbagai bidang kehidupan. Media massa sering dijadikan sebagai barometer dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat. Namun, pada kenyataannya belum seluruh media massa dapat dijadikan sebagai contoh dalam penggunaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guna mendorong peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia di media massa, khususnya media massa cetak, akan dilakukan penilaian terhadap penggunaan bahasa Indonesia di media massa cetak. Penilaian itu juga dilakukan untuk memperoleh pemeringkatan media massa cetak yang menggunakan bahasa Indonesia terbaik. Bahasa menunjukkan bangsa. Bagi pekerja pers, terutama media massa cetak seperti surat kabar harian, tabloid, maupun majalah, bahasa menunjukkan citra media. Majalah Tempo, Kompas dan Media Indonesia memiliki kekhasan penggunaan bahasa yang terkenal lugas, singkat, padat, dan mudah dipahami.
2. Rumusan masalah
Beberapa masalah yang harus diungkap seputar mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa, baik elektronik maupun cetak adalah sebabai berikut:
2.1.Bagaimana peran media massa dalam perkembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia
2.2 Bagaimana Pengembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
2.3 Bagaimana Pembinaan untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
3. Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai seputar mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa akan coba diungkap pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
3.1.Untuk mengethui seberapa besar peran media masa dalam perkembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia.
3.2. Untuk mengetahui peran penting media massa dalam perkembangan bahasa Indonesia.
3.3.Untuk mengatahui bagimana perkembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
3.3. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
4. Manfaat
Dalam pembahasan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa tentunya banyak manfaat yang dapat kita peroleh seperti sebagai berikut:
4.1. Bagi para jurnalis/wartawan/pers ketika menulis sebuah jurnal di dalam media massa harus lebih teliti lagi dalam menggunakan bahasa Indonesia baik dari segi kosa kata maupun strukturnya yang harus disesuaikan dengan kidah yang ada, agar para pembaca tidak merasa bosan ketika membaca atau menonton sebuah berita yang disajikan.
4.2. Bagi para sastrawan dapat lebih jeli lagi ketika melakukan penelitian bahasa Indonesia diberbagai media massa yang ada baik dari segi kosa kata maupun stukturnya.
4.3. Bagi para guru atau calon guru bahasa Indonesia ketika melakukan penelitian dalam media massa harus lebih teliti lagi untuk menjaga agar penggunaan bahasa Indonesia sudah sesuai kaidah yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Media Massa Berperan Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia.
Media massa (cetak ataupun elektronik) setiap hari mengunjungi masyarakat dengan menggunakan sarana bahasa Indonesia. Oleh karena itu, media massa memiliki fungsi yang amat strategis dalam upaya pengembangan ataupun pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan, sering terjadi media massa dijadikan acuan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Mengingat fungsi yang begitu strategis, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia perlu memanfaatkan media massa, baik cetak maupun elektronik.
Ketua Pusat Bahasa, Dendy Sugono mengatakan Media Massa selain jadi guru juga mempunyai peranan penting dalam perkembangan bahasa. Untuk itu pihaknya mengharapkan media massa dapat mengembangkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. "Peranan media massa saat ini sangat penting dalam pengembangan bahasa", ungkapnya kepada Pelita setelah mengadakan konferensi pers Kongres Bahasa Indonesia VIII di Hotel Indonesia Jakarta, Selasa (7/10).
Menurut Dendy, mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa sangat bervariasi. Baru beberapa media massa yang menunjukkan tingkat penggunaan bahasa secara baik dan benar, selebihnya masih dapat dikategorikan berantakan, bahkan membuat bahasa atau istilah baru yang justeru tidak ada di dalam kamus bahasa Indonesia.
Kondisi ini menunjukkan penggunaan bahasa Indonesia di media massa semakin menurun, maka untuk Kongres Bahasa Indonesia ke VIII yang akan diadakan di Hotel Indonesia mengambil tema "Peran Media Massa Dalam Kehidupan Berbahasa dan Peran Sastra Dalam Kehidupan Masyarakat." Jadi media massa mendapat tempat yang istimewa untuk dibahas dan diperbaharui (didiskusikan) kedudukannya sebagai mitra kerja Pusat Bahasa.
Dengan harapan kondisi ini dapat diperbaiki karena media massa sangat berpengaruh terhadap cara berbahasa masyarakat awam. Baik buruknya bahasa media massa sangat berpengaruh terhadap bahasa masyarakat. Selain itu media massa juga berperan sebagai guru karena beritanya dipercaya dan bahasanya ditiru atau dicontoh oleh masyarakat.
Namun menurut Dendy media massa juga membawa dampak negatif bagi masyarakat, karena memiliki ekspresi sehingga lupa akan ketentuan berbahasa, seperti menggunakan kosakata baru yang inkonvensional, misalnya kosakata gaul ataupun kosakata asing. Bahkan mempopulerkan istilah-istilah baru yang pada dasarnya tidak ada di dalam kamus bahasa Indonesia.
2.2. Pengembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
Media massa merupakan sarana publikasi berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, bahasa media massa akan mencakup berbagai bidang kehidupan. Sumbangan bahasa daerah terhadap pengembangan bahasa Indonesia melalui media massa terpulang kepada para penguasa media massa itu sendiri. Dalam pemanfaatan bahasa daerah tersebut perlu dipertimbangkan kaidah penyerapan yang tertuang dalam prosedur pembentukan istilah. Kosakata bahasa daerah yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia perlu dipertimbangkan menjadi warga kosakata bahasa Indonesia melalui proses penyerapan tersebut. Untuk itu, perlu digali potensi kosakata bahasa daerah di Nusantara ini demi memperkaya kosakata bahasa Indonesia melalui penelitian kosakata bahasa daerah. Sementara itu, pemantapan sistem atau kaidah pembentukan kata dan kalimat harus lebih selektif karena bahasa-bahasa daerah memiliki sistem tersendiri. Dalam hubungan dengan pengembangan bahasa Indonesia media massa dapat mengambil peran dalam penggalian dan penyebarluasan kosakata dari khazanah budaya daerah.
Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat. Perkembangan kosakata dapat diketahui dari pertambahan kata yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia. Kamus W.J.S. Poerwadarminta yang terbit tahun 1953 memuat sekitar 23.000 lema bahasa Indonesia. Pada tahun 1976 kamus itu diolah kembali oleh Pusat Bahasa dan ditambahkan 1.000 lema baru. Gambaran itu memperlihatkan dalam kurun waktu 29 tahun seolah-olah hanya terjadi penambahan 1.000 kata saja. Sementara dalam waktu 12 tahun berikutnya, tepatnya tahun 1988, telah terjadi penambahan 49.000 kata baru yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama. Kini kamus itu telah mernuat 78.000 lema (kata umum) dan dalam pengembangan istilah telah diperoleh 265.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu. Kondisi itu menunjukkan bahwa perkembangan kosakata bahasa Indonesia amatlah cepat, terutama dalam waktu 25 tahun menjelang pergantian abad ke-20. Meskipun demikian, kekurangan kosakata bahasa Indonesia masih saja terasakan jika digunakan untuk mengungkapkan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi melalui media massa. Pengembangan kosakata dalam berbagai bidang itu lebih didominasi oleh sumber bahasa asing, terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini. Sumber pengembangan kosakata itu perlu diimbangi dengan pemanfaatan bahasa daerah. Keragaman bahasa daerah (726 bahasa) merupakan kekayaan yang perlu digali sebagai sumber pengayaan kosakata bahasa Indonesia.
Penggalian budaya daerah ke dalam bahasa Indonesia itu akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia yang sekaligus mengimbangi laju pertumbuhan kosakata bahasa Indonesia dari penyerapan kosakata bahasa asing. Selama pengungkapan budaya daerah tersebut belum terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia, pengambilan kosakata bahasa daerah dalam pengungkapan budaya daerah tersebut akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Misalnya, kata kaharingan, ganihut, dan mandau adalah contoh pengangkatan kosakata bahasa daerah yang memperkaya bahasa Indonesia. Kata ngaben, pura, galungan, dan subak adalah kata-kata bahasa Bali yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, media massa memiliki peran yang amat penting dalam pengayaan kosakata bahasa Indonesia sekaligus penyebarluasannya ke masyarakat Indonesia di luar wilayah bahasa daerah yang bersangkutan, bahkan ke penutur di luar Indonesia.
2.3. Pembinaan untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
Pembinaan ditujukan pada upaya peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia. Upaya itu dilakukan melalui perbaikan pengunaan bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk tulisan. Selain itu, pembinaan dapat menyangkut masyarakat penutur. Untuk itu, perlu intenisif dilakukan pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar ke seluruh lapisan masyarakat. Apapun yang dilakukan dalam pengembangan kosakata, kalau hasilnya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, upaya itu akan sia-sia. Untuk itu, peran media massa menjadi sangat penting dalam memasyarakatkan hasil pengembangan kosakata, termasuk yang bersumber dari bahasa daerah.
Media massa menyampaikan berita, informasi, opini, artikel, dan sebagainya ke masyarakat pembaca atau pemirsanya dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarananya. Secara tidak langsung media massa merupakan media pendidikan bagi warga masyarakat dalam berbahasa Indonesia. Kata anda, yang digunakan untuk memperkaya kata ganti orang kedua diperkenalkan tahun 1952, tanpa peran wartawan memuat kata itu dalam media massa tidak akan populer kata itu di lingkungan penutur bahasa Indonesia.
Di lingkungan pendidikan persekolahan media massa memiliki peran yang strategis pula dalam pengungkapan berita hangat, opini masyarakat, informasi, dan artikel yang akan memperkaya wawasan peserta didik. Melalui pemuatan hal-hal tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia, peserta didik secara tidak langsung memiliki wawasan bahasa media massa yang memiliki kekhasan tersendiri. Hal itu akan ikut membentuk kepribadian peserta didik dalam berpikir, berekspresi, dan berkomunikasi secara efektif dan efisien yang akan menuntun mereka bertindak dengan jujur, sopan, dan sportif. Pengungkapan dengan menemukan jawaban atas pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana merupakan contoh konkret pengetahuan yang diperoleh dari wartawan.
BAB III
Penutup
A. Kesimpuan
Dari gambaran di atas tampak bahwa media massa memiliki peran yang strategis dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia melalui ‘penggalian kosakata dari budaya’ daerah. Dalam pembinaan, media massa menjadi guru bagi masyarakat pembacanya, baik di lingkungan persekolahan karena pengembangan bahan ajar kini mengambil media massa sebagai salah satu sumber belajar, maupun masyarakat luas. Media massa memainkan peran dalam pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia. Mengingat peran yang strategis itu, media massa diharapkan menggunakan bahasa yang baik dan benar dengan kekhasan laras bahasa media massa, yang tentu saja tidak disamakan dengan penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah ataupun dalam karya sastra.
B. Saran
Dalam peningkaan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa yang harus diperhatikan oleh para penulis baik itu jurlanis/wartawan/pers dan semua pihak yang turut terlibat dalam penggarapan sebuah karya tulis adalah struktur dan kosa kata bahasa Indonesia dalam penggunaannya yang sesuai dengan kaidah yang berlaku pada KBBI agar ketika sebuah karya tulis yang disajikan kepada pembaca atau penonton tidak mengalami kerancuan sehingga membuat para pembaca atau penonton tidak mengalami kesulitan dalam mencerna dan memahami berita atau karya tulis yang disajikan kepada khalayak umum. Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa selain memberi keterangan yang jelas kepada masyarakat luas tentang struktur dan kosa kata bahasa Indonesia juga bisa meningkatkan bahasa Indonesia itu sendiri baik dari segi kosa katanya yang akan terus bertambah seiring perkembangan media massa yang sudah begitu pesat.
Daftar Pustaka
Aiwi, Hasan dan Dendy Sugono (Ed.). 2000. Polilik Bahasa. Progress.
Amarinza, Ediruslan Pe. 2000. “Sumbangan Bahasa Daerah terhadap Bahasa Indonesia: Sebuah Tinjauan.” Dalam Dendy Sugono dan A Rozak Zaidan (Ed.). 2001. Bahasa Daerah dan Otonomi Daerah, Jakarta: Pusat Bahasa.
Astraatmadja, Atmakusumah. 1997. “Pengamatan atas Penggunaan Bahasa
Indonesia dalam Media Pers Dewasa Ini“. Dalam Dendy Sugono (Ed.). 2003. Bahasa Indonesia menuju Masyarakat Madani. Jakarta Progress
Jumariam dkk. 1995. Senarai Kala Serapan dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PusatPerbukuan.
Hadi, Parni. 1997. “Bahasa Indonesia dalam Media Massa Cetak (Dalam Dendy Sugono. 2003. Bahasa Indonesia menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Progress.
Sugono, Dendy (Ed.). Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani Jakarta: Progess.
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 1
3. Tujuan 2
4. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Bagaimana peran media massa dalam perkembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia 3
2.2. Pengembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. 4
2.3. Pembinaan untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa . 6
BAB III PENUTUP 7
A. Kesimpulan 7
B. Saran 7
Daftar pustaka iii
TUGAS
Mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa
OLEH :
SUPRAYOGI
209 502 038
A/V
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2012
Kata pengantar
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Dalam makalah ini yang membahas tentang mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
Materi yang disajikan dan dibahas dalam makalah ini ada beberapa poin yang penting sebagai berikut : Bagaimana peran media massa dalam perkembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengembangan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa., dan pembinaan untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa.
Dalam makalah ini, saya menyadari bahwa penyusunannya banyak terdapat kekurangan terutama dari segi materi yang disajikan. Hal tersebut merupakan keterbatasan saya sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Mudah-mudahan makalah ini dapat menjadi pedoman kita semua khususnya guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas maupun luar kelas. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien
Unaaha, Januari 2012
penulis
Suprayogi
209 502 038
CERPEN "BAGANG"
CERPEN Bagang Karya: Suprayogi
Laut semua sama, ada deburan ombaknya, ikannya, butiran pasirnya, dan juga lambaian anginnya. Tapi tiap kali aku injakkan kaki disini, aku merasa ada yang unik, entah itu airnya, pasirnya atau mungkin juga nyiuran melambainya. Yang pasti inilah waktunya aku menikmati panorama di pesisir pantai Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata dan sungguh menakjubkan senja sore di ufuk barat, matahari mulai hendak beristirahat di pelabuhannya.
Pukul 17.30 lewat, Kami mulai mempersiapkan alat-alat penangkap ikan. Setelah semua perlengkapan siap, waktunya berangkat. Gemuruh mesin mulai memecah air, lambat laun kapal mengendap-ngendap, teriakan kanak-kanak jungkir balik ke air, menambah riuhnya suasana dan semakin bersemangatnya untuk beroleh hasil yang maksimal. Kami bertiga pun fokus menyeimbangkan kapal yang kian rentah ini. Sepanjang perjalanan, bidikan lensa hapeku tak pernah lepas dari indahnya pemandangan disekitar laut yang sejauh mata memandang hanya gunung dan langit yang membatasinya. Perjalanan yang hanya memakan waktu kurang lebih sepuluh menit, sampailah kami di tempat penangkapan ikan. Tak membuang-buang waktu, kami langsung bergegas memasang peralatan penangkapan ikan dibawah laut, kurang lebih memakan waktu satu hingga dua jam untuk mempersiapkan semuanya. Jaring yang membentuk persegi empat yang cukup lebar dan luas yang dipasangi pemberat dimasing-masing sudut, dengan tujuan agar jaring tidak terbawah oleh arus dibawah air dan tak lupa dipasangi lampu diatas permukaan air guna memancing ikan untuk berkumpul dibawah cahaya lampu tersebut dan akhirnya semua telah usai terpasang. Menunggu dan menunggu, yang ternyata waktunya cukup lama untuk mengumpulkan ikan, tetap sabar dan sabar. Akhirnya tiba saatnya mengangkat jaring dan Allhamdulillah meski hasilnya agak kurang, tak seperti hari-hari biasa namun, semua itu tak membuat kami putus asa untuk memasangnya lagi. Sembari menunggu, saya dan sepupuku memutuskan untuk mengambil perahu dan pergi memancing, walaupun ini bukan salah satu hobiku, tapi aku harus mencobanya,dan sebelum turun kami mengisi perut terlebih dahulu. Pancing-memancing, ikan yang kami dapat lumayan banyak dan ternyata memancing itu ada asyiknya juga, apalagi disaat tarik-menarik dengan ikan yang besar, wah! cukup melelahkan tapi bisa dicoba untuk kali kedua. Tak terasa malam semakin larut, bulan mulai memancarkan keindahan sinarnya, yang tadinya ditutupi oleh awan gelap disertai hujan deras dan angin keras. seiring itu, kantuk pun mulai menyerang, yang ternyata jam sudah menunjukkan pukul 01.00, aku dan sepupuku memutuskan untuk beristirahat didalam rumah mini tepat ditengah bagang yang bisa menampung dua hingga tiga orang saja, tapi pamanku tetap menjaga jaring, takut terjadi yang tidak diinginkan. Satu, dua, tiga jam telah berlalu, aku tersadarkan oleh desiran air yang bergelombang, aku langsung bergegas keluar ternyata pamanku tengah menggulung jaring untuk kali kedua, kami pun seraya membantunya. Jaring telah sampai kepermukaan, nampaklah ikan loncat sana-sini. Lagi-lagi ikan yang kami dapatkan tidak begitu banyak, namun lebih banyak ketimbang yang pertama tadi. Yaa…!!! ini semua patut disyukuri. Walaupun mengecewakan, kami tetap bersemangat menyambut pagi yang cerah. Matahari pun mulai mengintip di balik gunung, memancarkan sinarnya yang menyilaukan mata, ini menandakan peristirahatannya telah usai. Untuk menambah hasil tangkapan, kami melanjutkan memancing. Tak menunggu lama, setelah memasang umpan, aku langsung mengulur tali pancing ke laut, semenit berlalu ikan langsung menyambar pancingku, wah! ternyata ikan super besar yang memakannya, karena ikan tersebut terlalu besar dan tidak sesuai dengan pancing yang aku gunakan dan alhasil ikan tersebut memakan hingga putus dan membawanya lari entah kemana, terpaksa aku harus menggulungnya dan memperbaiki pancing yang rusak. Dua menit berselang, Paman saya ternyata strike, Wah!!! luar biasa paman dengan keahliannya yang sudah terbiasa menghadapi situasi tersebut, saling tarik-menarik dengan ikan, yang ternyata tak mau menyerah begitu saja dan finaly Paman pun memenangkan duel tersebut, ikan merah pun menyerah dan naik dengan perlahan-lahan kepermukaan air. Belum selesai ikan di taruh ke ember, sepupu saya juga strike kali ini ia meminta bantuan, karena tubuhnya yang masih kecil sehingga ia belum bisa berduel dengan ikan-ikan besar. Ikan kembali menyerah, ikan pun kembali harus merelakan dirinya bersandar di penampungan.
Pukul 08.00 pagi lewat, kami bergegas pulang. Tapi, sebelum pulang, Paman terlebih dahulu memindahkan bagang ke tempat yang lebih banyak lagi ikannya. Namun, naas mesin kapal tak mau berbunyi, sejam diutak-atik tapi mesin tak kunjung bersahabat. Terpaksa kapal harus di dayung hingga ke tempat yang dituju. Lelah tampak pada raut wajah paman, tak tega tapi ini sudah resiko pekerjaan, dibantu dengan ombak disertai angin, kapal pun perlahan-lahan berjalan, sambil di arahkan oleh paman sang pengemudi. Matahari mulai setengah memuncak, bagang di bantu kapal telah sampai ke tempat yang dituju. Sebelum melanjutkan perjalanan, paman terlebih dahulu melepaskan kepenatan dan meregangkan otot-otot yang tak kurang dari sejam mendayung dan mengarahkan kapal yang menarik bagang. Setelah beristirahat, Paman kembali mengecek mesin, siapa tahu kali ini, dia telah kembali ingin bersahabat lagi, dan ternyata si diesel tak kunjung membaik, mau tak mau kami harus mendayung pulang. Di dalam perjalanan pulang, lagi-lagi aku tak melepaskan bidikan lensa kamera hapeku dari indahnya pemandangan di sepanjang perjalanan. Biru laut, burung terbang kian kemari, serta bisingan kapal besar yang lalu lalang, menambah riuhnya panorama. Jarak tempuh kian dekat, dermaga kecil telah nampak di pelupuk mata, sesampai di dermaga, kami di sambut oleh sekelompok anak-anak kecil yang tak lain adalah anak-anak paman. Bergegas kami bawa peralatan dan hasil tangkapan kami semalam ke rumah untuk sebagian disantap dan dijual ke pasar, atau kadangkala ada tetangga yang hendak menawarnya. Sehabis bersih-bersih badan, ikan pun kini siap dihidangkan, aromanya begitu terasa sedap hingga menusuk hidung, maklum ikan hasil usaha sendiri begitu berbeda dengan ikan yang dihargai dengan rupiah.
Tak terasa, seminggu lebih aku disini. Semua keluarga telah kukunjungi untuk bersilaturahim. Kini tiba saatnya aku kembali ke Unaaha, karena masa liburanku kini telah usai. Pamit terlebih dahulu kepada keluarga paman merupakan hal yang wajib, kuda besi telah dipanasi, cek sana-sini telah usai, persiapkan konsentrasi, mengingat perjalanan yang akan memakan waktu kurang lebih dua hingga tiga jam itu, tentunya membutuhkan stamina yang cukup, agar bisa tetap fokus disepanjang perjalanan “Assalamualaikum dan sampai jumpa lagi dilain waktu”, jawabku kepada mereka.
Selasa, 02 Agustus 2011
analisis novel layar terkembang karya st.Takdir Alisjhabana
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
Novel yang berjudul layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana mengangkat kisah kehidupan dua orang gadis yang penuh lika-liku menjalani hidup. Di dalam cerita novel tersebut banyak mengangkat unsur psikologis tokoh-tokohnya atau konflik batin pada setiap tokohnya.
Yang melatar belakangi saya mengkaji novel sastra ini adalah selain ceritanya menarik untuk di baca, di dalamnya juga banyak di angkat mengenai proses bagaimana menjalani kehidupan serta konflik yang terjadi sepanjang cerita. Tokoh utama yang terdapat dalam cerita ini adalah seorang gadis bernama Tuti,ia mempunyai adik bernama Maria dan Ayahnya yang bernama R. Wiriatmaja,namun ibundanya telah tiada,karena terkena penyakit dan meninggal dunia dua yang lalu. Mereka asli orang Banten,namun sejak kecil mereka di boyong ayahnya untuk tinggal di Jakarta, mereka tinggal di jalan cidengweg, di ujung gang Hauber.
Novel ini juga banyak mengandung nilai-nilai sosial di dalamnya. Terutama pada tokoh utamanya yang mempunyai jiwa sosial tinggi terhadap kaumnya, maka terpanggil hati dan jiwanya untuk membela kaumnya. Oleh karenanya untuk merealisasikan keinginannya itu ia banyak berkecimpung di dalam organisasi wanita (emansipasi wanita) dengan tujuan memerdekakan kaumnya dari segala bentuk penindasan baik itu fisik ataupun moral. Dia selalu berpidato di depan umum menyampaikan aspirasinya mengenai hak perempuan-perempuan negeri ini untuk hidup merdeka dan bebas dari segala macam penindasan, Karena pada masa dahulu perempuan selalu di anggap remeh terutama oleh para lelaki,sehingga mereka selalu di tindas dan di perlakukan dengan tidak adil. Sehingga alur cerita yang coba ingin di bangun oleh penulis di dalamnya adalah alur campuran yang di mana banyak kisah-kisah yang berbentuk cerita di dalam cerita dan penulis berada di luar cerita atau dia sebagai peninjau yang menceritakan satu persatu watak dari tokoh-tokoh yang ada serta alur dan bagian klimaknya.
Di dalam novel ini terdapat beberapa latar tempat kejadian, yakni di Jakarta, di sumatera, sindanglaya dan Bandung. Tempat-tempat ini selain unik, juga banyak menyimpan kekayaan alam yang telah di gambarkan penulis melalui cerita tokoh-tokohnya yang sekali-kali memuji alam semesta tempat ia berkunjung di manapun itu. Inilah yang menjadi daya tarik pembaca untuk memahami betapa indahnya kekayaan alam di negeri ini. Yang menarik juga yaitu kondisi sosial dari masing-masing tokoh yang tentunya berbeda-beda pula.
Oleh karenanya banyak sekali kita dapat memetik sebuah pelajaran dalam novel ini yaitu mengenai bagaimana menjalani sebuah kehidupan, pemikiran dalam memutuskan untuk lepas dari suatu masalah yang melilit kita,membahas mengenai aspek pendidikan yang begitu penting dalam kehidupan ini dan juga lingkungan di sekitar kita yang selau luput dari pandangan kita.
B. Rumusan masalah
Bagaimana mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin antar tokoh yang terdapat dalam novel berjudul Layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana.
C. Tujuan penelitian
Mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin yang terkandung dalam novel Layar terkembang karya St. Takdir Alisjhabana.
D. Landasan teori
1) Teori struktural yaitu unsur-unsur fiksi karya sastra yang di bangun penulis melaluin unsure-unsur psikologis dari setiap tokoh-tokohnya. Di dalam kajian ini di angkat berbagai alur, latar, pelukisan tokoh, dan niali-nilai psikologis atau konflik bantin antar tokoh.
2) Di dalam makalah ini di gunakan pendekatan instristik dan ekstrinstik mengenai kondisi psikologis, karena dalam novel ini banyak mengandung unsur-unsur kejiwaan dan konflik batin antar tokohnya.
Bab II Pembahasan
A. Unsur-unsur instristik novel Layar terkembang.
1) Alur ( Plot )
Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini di awali dengan tahap perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh utama) : mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat di antara mereka.
Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia-nyiakan amanah yang di berikan adiknya serta kesempatan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai kehidupan yang akan di jalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan ingin menjadi istrinya.
2) Penokohan (pelukisan tokoh)
Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a) Tuti (tokoh utama) mempunyai usia 25 tahun, ia seorang guru pada sekolah H.I.S. Arjuna di petojo. anak tertua dari dua bersaudara, Ia mempunyai watak yang kuat, pendirian yang tegas, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, segala sesuatunya selalu di pertimbangkan dengan matang-matang sebelum di kerjakannya. Pendidikan selalu di utamakan termaksud organisasi eman spasi wanita yang di gelutinya. Namun ia baik hati, pengertian, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah terharu atau sedih pada saat di timpa masalah. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama.
b) Maria adiknya baru berusia 20 tahun. ia tengah mengemban pendidikan di H.B.S. Carpentier Alting Stichting kelas . Ia memiliki watak yang periang, baik hati kepada siapapun, selalu bertindak sesuai perasaannya sehinnga ia mudah tersinggung, mudah terharu hingga menangis pada saat di timpa masalah. Perbedaan yang sangat bertolak belakang dengan kakaknya. seperti tampak pada kutipan berikut: “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.
c) R. Wiriaatmaja adalah ayah Maria dan Tuti. Pensiunan wedana Banten ini, kini hidup dengan pensiunannya bersama kedua anaknya di Jakarta, ia memboyong kedua anaknya itu sejak ia pensiun. Wataknya baik, sayang pada keluarga, dan selalu memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka masing-masing, terutama Tuti yang sedikit keras pendiriannya di banding adiknya. Seperti pada kutipan berikut : “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
d) Yusuf adalah pemuda yang di kenal Tuti dan Maria pada saat mengunjungi akuarium. Ia telah hampir lima tahun belajar pada sekolah Tabib Tinggi atau kedokteran dan ia juga putra Demang Munaf di Martapura Sumatera utara. Wataknya baik hati, tidak sombong, dan mudah bergaul dengan siapapun.
e) Partadiharja adalah ipar dari R. Wiriaatmaja (paman Tuti dan Maria). Memiliki watak yang kuat, mudah di kecewakan, namun hatinya baik sehingga ia mau membiayai pendidikan adiknya hingga bekerja. Seperti tampak pada kutipan berikut : “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
f) Istri partadiharta adalah adik kandung R.Wiriaatnaja yang berusia 32 tahun. Seorang ibu rumah tangga, ia memberikan tiga anak kepada suaminya yakni iskandar yang berusia 10 tahun, Ningsih 9 tahun dan Rukmini yang masih Balita. Memiliki watak baik hati dan tidak mudah marah.
g) Rukamah adalah saudara sepupu Tuti dan Maria. Wataknya baik hati dan sangat akrab dengan Tuti dan Maria, namun orangnya sedikit jail,suka ngerjain orang. Seperti tampak pada kutipan berikut : “….Maria,Maria itu ia datang!” kata Rukamah Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
h) Saleh dan Ratna adalah saudara sepupu dan teman Tuti yang kini tinggal di desa Sindanglaya. Kini mereka hidup bersahaja, tidak lagi hidup mewah seperti dahulu di kota yang suka berfoya-foya. Seperti pada kutipan berikut : “Alanhkah banyaknya Ratna berubah Nampak kepadanya dalam setahu sejak ia bersuami.”
3) Latar/setting (fisik dan sosial)
Di dalam novel layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di Jakarta, yang merupakan ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedung-gedung tinggi, padat kendaraan, dan memiliki penduduk yang cukup padat. R.Wiriaatmaja dan kedua anaknya tinggal di jalan Cidenweeg,gang hauber. Kedua di sumatera, tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf yang kini tinggal di Jakarta, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana alam Martapura sangat nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di penuhi oleh pohon-pohon dan pegunungan yang indah serta belum terusik oleh tangan manusia. Ketiga di Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena terkena penyakit dan harus di rawat di sana. Sindanglaya juga tempat kediaman Saleh dan Ratna yang kini hidup bersahaja dan bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cerita ini berlangsung selama dua tahun, karena pada saat kisah di ceritakan Maria baru berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya ia berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.
4) Sudut pandang pengarang
Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut.
B. Nilai-nilai psikologis (konflik batin antar tokoh) dalam novel layar terkembang.
1) Kekecewaan Maria terhadap keadaan sekitarnya. Terlihat pada Kutipan berikut : “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.”
2) Ketegaran hati Tuti terhadap keadaan sekitar yag tidak mudah kecewa. Tampak pada Kutipan berikut : Bukankah lebih baik serupa itu?” sahut kakaknya dengan suara yang tidak peduli , dan agak tetap sedikit disambungnya,”sekarang kita dapat melihat segalanya sekehendak hati kita, tak diusik-usik orang.”
3) Rasa pengertian dan tanggung jawab Tuti terhadap diri dan keluarganya, setelah di tinggal ibundanya. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama. Bagi Maria sendiri yang masih anak burung mengepak-ngepakkan sayap, belum dapat tempat bertengger, pimpinan Tuti yang tiada dinyatakan benar kepadanya itu terasa sebagai aman.”
4) Kondisi psiklogis pikiran yang dialami Tuti pada saat mereka tengah berada di perjalan rumah mereka dipenuhi oleh kongres putri sedar yang diketuainya ini menandakan bahwa Tuti adalah orang yang aktif baik itu sebagai guru maupun dalam berorganisasi.Tampak pada kutipan berikut. “………telah berhari-hari ia tiada pernah diam. Kalau tiada berjalan untuk mengunjungi orang-orang yang lain yang harus mengurus kongres itu, ia asyik membaca dan menulis dirumah untuk menyiapkan pidatonya…..”
5) Pemikirkan Tuti yang selalu terfokus pada masyarakat khususnya para perempuan-perempuan dinegerinya,untuk tidak selalu menurut kehendak laki-laki, mereka harus berjuang dan mempertahankan dirinya untuk menyetarakan dirinya dengan kaum laki-laki. Hal ini tampak pada kutipan berikut : …..“ia yakin benar-benar, bahwa keadaan perempuan bangsanya amat buruk. Dalam segala hal manusia yang tiada mempunyai kehendak dan keyakinan, manusia yang terikat oleh berates-ratus ikatan, manusia yang hanya harus menurut kehendak laki-laki.” Ini menandakan hati dan pikiran Tuti sudah benar-benar kuat dan penuh keteguhan untuk membela dan mempertahankan harga diri kaumnya dari segala bentuk penindasan kaum pria untuk tidak tunduk dibawah telapak tangannya dan harus mandiri serta bisa bertahan hidup tanpa mereka.
6) Kebijaksanaan R.Wiriaatmaja dalam mendidik anak-anaknya, ia memberikan kebebasan sepenuhnya dalam pergaulan. Namun masih ada sedikit beban pikiran terhadap anaknya khususnya Tuti yang sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya dengan Maria adiknya. Perbedaan itu tampak pada kutipan berikut: “……..ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. Sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,…….” “…….. terutama payah sekali ia mengkaji sikap dan pendirian Tuti yang lain benar kepadanya dari Maria. Apakah gunanya ia sebagai perempuan siang-malam membuang tenaga dan waktu untuk perkumpulan, .….” “….dan sampai sekarang belum dapat ia menduga, mengapa Tuti memutuskan pertunangannya dengan Hambali,…….”
7) Tanggapan sikap Tuti terhadap pertanyaan ayahnya. Kutipan berikut : “…….sering ia mencoba berbicara dengan Tuti untuk mengetahui kata hatinya, tetapi hal itu sedikit tak menjadi terang baginya : ia tiada mengerti apa tujuan ucapan Tuti yang mengatakan, bahwa tiap-tiap harus menjalankan penghidupannya sendiri,…….”
8) Kepasrahan R.Wiriaatmaja terhadp sikap dan pendirian Tuti yang benar-benar kuat dan tak bisa di ubah lagi. Tampak pada kutipan: “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkat-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
9) R.Wiriaatmaja menyimpan rasa percaya, hormat, dan menghargai segala sikap dan pendirian Tuti dengan apa yang selalu dikerjakannya. Mungkin semua itu adalah pilihan hidup yang harus dijalaninya. Semua itu tampak pada kutipan berikut : “….dan hal itu mendamaikan hatinya sebagai ayah terhadap kepada berbagai-bagai pekerti dan perbuatan anaknya itu yang tidak sesuai dengan pikirannya. Dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan percaya, yang lahir oleh perasaan kuasa untuk menunjukkan yang lebih baik,”Ah, Tuti tentu tahu sendiri, apa yang baik bagi dirinya.”
10) Setelah pertemuan dan perkenalan mereka di Akuarium pasar ikan tadi ternyata pikiran Yusuf terpaut pada salah satu dari kedua bersaudara itu yaitu Maria. Seperti pada kutipan berikut: “…… perkenalan yang sebentar itu meninggalkan jejak yang dalam di kalbunya…..” tetapi tidak ,tertutama sekali menarik hatinya ialah Maria. Mukanya lebih berseri-seri, matanya menyinarkan kegirangan hidup dan bibirnya senantiasa tersenyum menyingkapkan giginya yang putih.”
11) Keakrapan dan rasa kagum Yusuf terhadap Maria. Tampak pada kutipan : “….sebentar Yusuf mengikuti Maria dengan matanya dan hainya timbul lagi pengakuan akan kecantikan gadis itu.”…….sepanjang jalan bahkan sepagi-pagi itu perawan jelita yang baru dikenalnya itu tiada meninggal-ninggalkan pikirannya lagi. Sekali-sekali nikmat ganjil rasa perasaannya, seolah-olah seluruh dirinya dilanggar gelora perasaan yang belum pernah dirasanya seumur hidupnya.” Jelas bahwa Yusuf kini telah terpaut hatinya pada Maria karena perasaan yang tak karuan ketika berjumpa dengan gadis itu. Ia baru merasakan hal tersebut seumur hidupnya dan kini perasaan itu telah timbul setelah bersua dengan Maria si gadis periang itu.
12) Kekecawaan dan kekesalan hati parta terhadap adiknya tersebut yang telah menyia-nyiakan masa depannya tersebut dengan meninggalkan pekerjaan yang cukup baik itu. Tampak parta yang belum menerima keputusan adinya itu untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Tampak pada kutipan berikut: “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
13) Konflik antar Tuti dengan Pamannya. Tuti tak sependapat dengan Pamannya,ia lebih cenderung sepadan dengan sikap dan pendirian Saleh yang memilih keluar dari pekerjaannya tersebut. Pamannya pun tak terima dan menyela semua pendapat yang disampaikan Tuti. Tampak pada kutipan berikut: “…..kalau pendapat Saleh itu paman anggap omong kosong semata-mata, kalau Paman tidak dapat merasakan perasaan dan perjuangan di dalam hatinya, tentulah Paman tidak dapat mengerti akan perbuatanya…”parta pun menimpa,”Ya, engkau mudah berkata saja, tetapi engkau tidak tahu, betapa kesalnya hati saya…..”
14) Sikap Ayahnya yang pasrah akan sikap dan perilaku anak-anak muda sekarang dan kedua putrinya. Tampak pada kutipan berikut: “Ya, payah benar kita dengan anak-anak muda sekarang,”kata wiriaatmaja sebagai seorang yang menerima akan nasibnya.”Mereka hendak menurut kehendak hatinya saja, sering tambak dikerasi, tambah payah. Kita orang tua-tua tiada diacuhkannya.”
15) Keprihatin Tuti terhadap perempuan-perempuan sekarang tidak berharga sedikit jua pun di mata masyarakat. Maka dengan suara yang nyaring keluar dari mulutnya selaku protes : “…dan dari perempuan yang telah dimatikan semangatnya serupa itu, orang masih berani berharap lahirnya keturunan yang kuat. Adakah, saudara-saudara, permintaan yang lebih gila dari pada itu?”
16) Tuti memberikan suntikan semangat terhadap semua kaum hawa di gedung tersebut untuk tidak terlindas oleh orang-orang yang ingin memperdaya dan mempermainkan mereka. Seperti pada kutipan pidatonya: “…tetapi lebih-lebih dari segalanya haruslah kaum perempuan sendiri insaf aka dirinya dan berjuang untuk mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih layak. Ia tiada boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan yang lain ,apalagi golongan laki-laki yang merasa akan kerugian, apabila ia harus melepaskan kekuasaannya yang telah beradap-adap dipertahankannya.”
17) Kegelisahan hati dan pikirannya Yusuf yang tengah berlibur di kampung halamanya yang selalu tertuju ke Jakarta. Seperti kutipan berikut: “…senantiasa ia gelisah, pikirannya berbalik-balik ke Jakarta juga, seakan-akan ada sesuatu yang menariknya di sana. Tetapi sekarang tentulah ia belum dapat kembali ke Jakarta sebab ibunya yang amat sayang kepadanya karena ia anak tunggal, pasti tiada akan melepaskannya selekas itu meninggalkan pula.”
18) Yusuf selalu termenung ketika membaca surat dari Maria. seperti kutipan berikut:”….setelah habis surat itu dibacanya, termenunglah ia beberapa lamanya menurutkan arus pikiran dan kenang-kenangannya yang tak tentu arah…”
19) Perasaan Yusuf yang ingin sekali berjumpa dengan Maria di Bandung tempat Maria sekarang. seperti kutipan berikut: “…di dasar jiwanya terdengar kepadanya Bandung memanggil…”
20) Yusuf mengungkapkan isi hatinya kepada Maria yang tak mampu lagi ia bendung. Semua itu terlontar seperti pada kutipan berikut: “….pada mata Maria Nampak kepadanya berlinang air mata dan mesra dan meminta menggemetarlah suaranya untuk pertama kali seumur hidupnya,” Maria,Maria,tahukah engkau aku cinta padamu?”
21) Maria tak bisa menolak hati Yusuf yang kini sudah berada dalam pelukannya tampah pasrah Maria dengan ciuman yang diberikan Yusuf. “Badan Maria jatuh melemah ke tangan Yusuf dan seraya menengadah dengan pandangan penyerahan, keluar dari mulutnya bisik lesu hampir-hampir tiada kedengaran,”Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu….”
22) Jadilah mereka sepasang kekasih yang begitu mesra dan Maria adalah cinta pertama Yusuf begitupun sebaliknya Yusuf adalah cinta pertama bagi Maria. Kutipan :“…..tak bisa lagi ia meneruskan ucapannya sebab Yusuf menunduk menutupkan bibirnya ke atas bibir Maria. Dan dalam curahan cinta pertama, yang mengemetarkan badan mereka yang muda remaja itu, menjauh mengaburlah keinsafan akan tempat dan waktu.”
23) Kekecewaan Maria kepada Rukamah dengan mengerjainya yang menurutnya sungguh tega dan susah untuk ditolerir lagi kutipan. “….Maria,Maria itu ia datang!” Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
24) Permintaan maaf Rukamah terhadap maria. Kutipan : “….lalu didekatinya Maria dan dibelai-belainya rambutnya seraya berkata,” jangan marah Maria, tidak sekali-kali maksud saya menyakiti hatimu. Saya terlanjur dan kurang pikir tadi. Diamlah! Tidak lagi saya akan mengganggu serupa itu.”
25) Konflik antar Tuti dan Maria, Tuti protes terhadap sikap Maria. Tampak pada Kutipa : “…Maria mengapa engkau sebodoh itu? Rukamah hanya berolok-olok. Masakan oleh serupa itu saja sudah menangis, engkau bukan anak-anak lagi!”
26) Sikap pembelaan Maria terhadap protes kakaknya. Tampak pada kutipan : “cinta engkau barangkali cinta perdagangan, buruk-baik hendak engkau timbang sampai semiligram. Patutlah pertunanganmu dengan Hambali putus.” “patutlah putus, patutlah putus….”
27) Tekanan batin yang di alami Tuti ketika mengingat kata-kata Maria yang mengejeknya, selalu terbayang di dalam pikirannya, sehingga membuatnya teringat kembali akan putusnya hubungan tunangannya bersama Hambali dulu. Kutipan : “…..itu perselisihan yang pertama! Hambali tidak pernah senang, apalagi ia datang di Jakarta. Katanya, Tuti sedikit benar memperdulikannya, ia selalu saja bekerja untuk perkumpulannya. Perhubungan mereka tiada sedikit juga pun seperti perhubungan orang bertunangan.” Ini membuatnya tak bisa berkonsentrasi dalam mempersiapkan pidatonya dalam kongres putri sedar.
28) Perasaan kagum Tuti terhadap sandiwara teater di dalam kongres pemuda yang di ikuti yusuf dan Maria sebagai pemeran utamanya. Tampak pada kutipan : “…indah benar,belum pernah saya melihat pertunjukan seindah ini,” keluar dengan tulus dari mulut Tuti yang jarang memuji itu. “Engkau berdua baik benar bermain. Terutama percakapan Damar Wulan dan Wisynu sangat meresap ke dalam hati saya. Bagus benar percakapan-percakapan sandiwara itu tadi.”
29) Sedikit ketidak puasan Tuti terhadap cerita tersebut, sehingga menimbulkan konflik antar Maria. Tampak pada kutipan: “…sandiwara tadi bagus, sebenarnya bagus. Tetapi kebagusannya itu melemahkan hati dan tenaga….” Ujar Tuti, ,…”melemahkan hati? Ada-ada saja pikiranmua. Tak pernah engkau melihat perbuatan orang yang tiada tercela. Coba engkau menyusun sendiri sandiwara, supaya engkau puas benar….”, “kalau tiada mengerti,baiklah engkau diam saja, Maria….” Tetapi Maria tiada gentar dan menjawab,”baikku bagus, ya bagus, tidak banyak cincong seperti engkau!”
30) Kekesalan Maria terhadap kakaknya yang terus saja memprotes akan pertunjukan yamg mereka perankan. Kutipan: “…Ya suruh Tuti membuatnya,”kata Maria yang sebenarnya agak mulai mengerti mendengar maksud kakaknya itu,tetapi masih juga hendak melepaskan panas hatinya akan celaan saudaranya itu.”
31) Perasaan was-was hati Tuti mengenai Supomo rekan kerjanya yang selalu mendekati dan menarik perhatiannya. Kutipan : “Dalam arus pikiran dan perasaannya itu, tiba-tiba terkilat pertanyaan dalam hatinya. Bagaimanakah kalau pada suatu hari Supomo memintanya menjadi istrinya? Adakah hatinya tertarik kepada teman sekerjanya itu?”
32) Perasaan Tuti yang terkejut pada saat Supomo yang baru saja mengatakan cinta padanya. Selalu terpikir dalam hati dan benaknya, dan menanti jawabannya. Kutipan : “….tetapi meskipun demikian, ketika perkataan yang penting itu keluar dari mulut Supomo tadi, ia terkejut tiada dapat berkata-kata. Perkataan itu tiada dijawabnya,teidak terjawab olehnya, meskipun berulang-ulang Supomo menyatakannya dan meminta jawaban darinya.”
33) Dilema yang terjadi pada Tuti. Memikirkan jawaban yang akan di berikan terhadap pertanyaan Supmo nanti. kutipan “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selam-lamanya.”
34) konflik batin di jiwa Tuti tentang perasaannya terhadap Supomo. Apakah ia akan menerima atau menolak cinta Yusuf. Terjadi gejolak jiwa pada perasaan Tuti yang tak karuan dan tak menentu itu. Kutipan: “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selama-lamanya.”
35) Pikiran Tuti yang masih bimbang akan cintanya kepada Supomo. Apakah kalau ia menerimanya hanya sebagai pelarian karena mengingat usianya yang sudah du puluh tujuh tahun itu. Kutipan: ”Berlalu-lalu datang pertanyaan membanjiri pikirannya; sekejap terkilap kepadanya, bahwa kenikmatan pergaulannya dengan Supomo waktu yang akhir ini ialah usaha jiwanya melarikan dirinya dari perasaan kengerian akan usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun.” “….kalau ia menjadi istrinya, maka perbuatan itu bukanlah oleh cintanya kepada Supomo, tetapi untuk melarikan dirinya dari perasaan kehampaan dan kesepian.
36) Jawaban cinta Supomo di jawab Tuti melalui sepucuk surat dan Keputusan Tuti menolak cintanya. Kutipan : “….sedih saya memikirkan saya mesti menolak cinta yang semulia dan susuci cintamu, tetapi saya tiada boleh menipu dirimu dan diri saya sendiri.” Tampak bahwa Tuti mengambil keputusan yang sudah benar. Kalau ia harus memaksa hatinya menerima Supomo, maka ia akan akan amat durhaka membohongi Supomo dan terhadap hati dan perasaannya sendiri. Tuti tak mau mengambil resiko yang amat besar tersebut, maka ia pun harus menolak cinta Supomo dan semua itu ia tidak akan menyesalinya, bahkan ia mengucapkan syukur akan keputusannya tersebut. Karena ia telah jujur akan hati dan perasaanya.
37) Kerinduaan Maria terhadap keluarga dan orang yang di kasihinya selama ia di rawat di rumah sakit Pacet. Kutipan : “….Dan apabila orang-orang sedang berjalan-jalan sekitar rumah sakit itu, melayanglah pikirannya kepada sekalian orang yang dikasihinya: kekasihnya,ayah, dan saudaranya….”
38) Perasaaan takut Maria akan kematian mulai menghampirinya ketika ia ingat akan ibunya yang telah meninggal dunia karena menderita penyakit yang serupa dengannya kini. Kutipan: “….kadang-kadang teringat ia akan bundanya yang telah beberapa tahun berpulang. Dalam waktu yang demikian amat terasalah kepadanya kemalangan dirinya di rumah sakit yang sepi di lereng gunung itu.”
39) Pikirkan Tuti terhadap kongres yang baru di tinggalkan guna menjenguk adiknya yang tinggal sendiri kesepian di rumah sakit. Kutipan: “…sedang kereta api berjalan Tuti terus melamun tentang cita-citanya tentang perkumpulannya, tentang kongres tahunan yang baru ditinggalkannya…”tetapi tidak,liburnya tinggal hanya seminggu lagi dan yang seminggu itu hendak dipakainya utnuk menggirangkan hati Maria…..”
40) Rasa kasihan Tuti terhadap adiknya yang tinggal kesepian di rumah sakit dan jauh dari keluarga serta teman-temannya. Kutipan: “Kasihan kepada Maria! Alangkah ingin hatinya hendak bersua dengan adiknya yang hanya seorang itu. Ia tidak menyesal meninggalkan kongres, meskipun masih sebanyak itu soal yang penting-penting akan dicakapkannya.” Tuti yang tampaknya telah membuang egonya demi saudara satu-satunya itu. Ia telah membuat keputusan yang benar, karena begitu pentingnya saudara dari pada kegiatan apapun yang dijalaninya.
41) Perasaan Maria yang teringat kembali akan kenangan-kenangan bersama Yusuf dulu. Pada saat Yusuf mencurahkan kasih sayangnya kepada dia. Semua itu terasa bahagia apabila terbayang kembali di dalam pikirannya yang tak mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Kutipan : “Nampak lagi kepadanya masa bahagianya, ketika ia mulai bertunangan dengan Yusuf. Perjalanan mereka ke Dago, ketika mereka mencrahkan kasih mesra yang telah lama terkadung di dalam hati.”
42) Dorongan semangat yang di berikan Yusuf kepada Maria melaui surat untuk lekas cepat sembuh dan berjanji kelak apabila ia menjadi dokter ia sendiri yang akan menyembuhkannya dan dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi ia akan meraih semua itu. Kutipan: “Maria, engkau harus baik, lekas baik. Tiga bulan lagi akan selesai sekolah saya. Saya sendiri akan menjaga kekasihku. Sejak dari sekarang saya akan memepelajari penyakit tbc sedalam-dalamnya. Sebab kekasihku harus saya sembuhkan sendiri.”
43) Kesungguhan hati Yusuf yang ingin membahagiakan Maria. Bahagialah hati Maria mendengar semua yang di sampaikan Yusuf itu. Ia merasa bahwa Yusuf adalah kekasih yang setia dan tidak salah pilih ia menjadikan Yusuf sebagai kekasihnya. Namun sekilas terbayang dibenaknya, apakah ia bisa menunggu selama tiga bulan kekasihnya menjadi seorang dokter? Apakah ia bisa bertahan selama itu? Pertanyaan ini bukan tidak beralasan mengingat kondisinya sekarang makin hari makin menurun saja. Kutipan: “….Dalam perasaan bahagia sekejap itu cepat gembira naik-turun dadanya. Tetapi datang sendiri bantahan dari dalam hatinya,”Tiga bulan lagi… masih dapatkan ia menanti selama itu? Mungkinkan sebelum itu ia telah…..” Keraguan tampak di dalam hatinya yang tak bisa bertahan selama itu. Itulah yang selalu terbayang di dalam pikiran dan hatinya. Maka hilanglah perasaan bahagia didalam hatinya.
44) Kekagetan hati Maria yang melihat Tuti datang secara tiba-tiba, karena yang di jadwalkan kepadanya bahwa ia akan datang pada hari rabu. Senanglah hati Maria sekejap karena kedatangan kakaknya itu. Kutipan: “…Melihat Tuti yang tiada disangka-sangkanya itu berdiri di hadapannya itu terlompat dari mulut Maria,”Hai, Tuti, engkau datang pula.”
45) Keheranan Tuti melihat adiknya itu yang makin hari makin menurun saja keadaan kondisi pisiknya. Ia tidak menyangka penyakit itu ternyata telah memakan seluruh badanya. Tampak kekawatiran di dalam hati Tuti, ia merasa kasihan terhadap adiknya itu. “…Tetapi dalam ia berbicara itu tiada berhenti-henti mengamat-amati rupa adiknya itu. Jika dibandingkan dengan dua bulan yang lalu, jangankan ia agak sembuh, badannya bertambah kurus dan mukanya bertambah pucat.”
46) Pertanyaan kepada adiknya mengenai perasaannya sekarang yang di jawabnya dengan pasrah yang tak kuasa ia menahan rasa kesebalan hatinya memikirkan keadaannya. Kutipan: “Berbagai-bagai pertanyaan Maria kepada Tuti tentang hal rumah, tentang hal kenal-kenalannya di Jakarta. Segala yang kecil-kecil penting baginya. Bagaimana keadaan taman-tamannya, siapa yang menggantikannya pada sekolah Muhamdiyah.” O, alangkah inginya ia pulang ke Jakarta, akan melihat rumahnya, akan bertemu denganbteman-temannya.” Tampak Maria yang merasa rindu akan rumah,teman, dan tanamanya yang telah di tinggalkanya selama ia sakit. Maria yang tak sabar ingin pulang ke Jakarta. Membuatnya semakin ingin lekas sembuh secepatnya, namun apa dayanya penyakit TBC yang menggerogoti seluruh badannya.
47) Kecemasan da kekawatiran Tuti dan Yusuf melihat kondisi Maria yang makin hari makin menurun saja. Kutipan : “….Tuti menahan hatinya lagi dan berkatalah ia kepada Yusuf, “Yusuf, bagaimanakah pikiranmu, masih adakah harapan Maria akan sembuh? Rupanya sangat mencemaskan. Saya sesungguhnya takut…..”
48) Keinsafan hati,jiwa dan pikiaran Tuti terhadap kehidupan yang di jalaninya membuatnya kini mulai berubah pandangan. Kutipan : “perlahan-lahan, hampir tiada di ketahuinya tumbulah keinsafan di dalam hatinya,.” Tuti merasa dirinya menjadi manusia yang baru yang lebih lapang hati dan pikirannya.”
49) Tuti dan Yusuf memberikan dorongan semangat terhadap kekasihnya, agar ia tidak patah semangat dalam melawan penyakit dan cepat lekas sembuh. Kutipan: “sekali lagi Tuti dan yusuf memberikan nasihat kepada Maria, sekali lagi mereka mengatakan, bahwa ia mesti sembuh,”
50) Kesedihan dan kekawatiran Yusuf dan Tuti akhirnya terjadi juga. Maria meninggal dunia di usia 22 tahun. Kutipan : “Maria…Januari 193…usia 22 tahun. Maka selaku terpekurlah berdiri kedua-duanya memandang ke makam itu, tiada menggerak-gerakkan dirinya.”
51) Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf karena mereka telah bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Maka dari itu sebelum mereka melangsungkan pernikahan, terlebuh dahulu mereka berziarah ke makam Maria untuk menghormati pengorbanan dan keikhlasannya merelakan Yusuf bersanding bersama Tuti yang notabene kakak kandungnya sendiri. Kutipan : “lima hari lagi akan berlangsung perkawinan mereka di Jakarta. Sebelum perkawinan mereka berlangsung, pergi dahulu mereka ziarah ke kuburan orang yang sama-sama di cintainya.”…’’Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaannya yang berkecamuk dalam hatinya, katanya mesra berbisik sebagai menyambung. “tetapi Yusuf, hidup kita adalah kerja.” Maka mereka meninggalakan tempat itu kembali pulang.
A. Latar belakang
Novel yang berjudul layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana mengangkat kisah kehidupan dua orang gadis yang penuh lika-liku menjalani hidup. Di dalam cerita novel tersebut banyak mengangkat unsur psikologis tokoh-tokohnya atau konflik batin pada setiap tokohnya.
Yang melatar belakangi saya mengkaji novel sastra ini adalah selain ceritanya menarik untuk di baca, di dalamnya juga banyak di angkat mengenai proses bagaimana menjalani kehidupan serta konflik yang terjadi sepanjang cerita. Tokoh utama yang terdapat dalam cerita ini adalah seorang gadis bernama Tuti,ia mempunyai adik bernama Maria dan Ayahnya yang bernama R. Wiriatmaja,namun ibundanya telah tiada,karena terkena penyakit dan meninggal dunia dua yang lalu. Mereka asli orang Banten,namun sejak kecil mereka di boyong ayahnya untuk tinggal di Jakarta, mereka tinggal di jalan cidengweg, di ujung gang Hauber.
Novel ini juga banyak mengandung nilai-nilai sosial di dalamnya. Terutama pada tokoh utamanya yang mempunyai jiwa sosial tinggi terhadap kaumnya, maka terpanggil hati dan jiwanya untuk membela kaumnya. Oleh karenanya untuk merealisasikan keinginannya itu ia banyak berkecimpung di dalam organisasi wanita (emansipasi wanita) dengan tujuan memerdekakan kaumnya dari segala bentuk penindasan baik itu fisik ataupun moral. Dia selalu berpidato di depan umum menyampaikan aspirasinya mengenai hak perempuan-perempuan negeri ini untuk hidup merdeka dan bebas dari segala macam penindasan, Karena pada masa dahulu perempuan selalu di anggap remeh terutama oleh para lelaki,sehingga mereka selalu di tindas dan di perlakukan dengan tidak adil. Sehingga alur cerita yang coba ingin di bangun oleh penulis di dalamnya adalah alur campuran yang di mana banyak kisah-kisah yang berbentuk cerita di dalam cerita dan penulis berada di luar cerita atau dia sebagai peninjau yang menceritakan satu persatu watak dari tokoh-tokoh yang ada serta alur dan bagian klimaknya.
Di dalam novel ini terdapat beberapa latar tempat kejadian, yakni di Jakarta, di sumatera, sindanglaya dan Bandung. Tempat-tempat ini selain unik, juga banyak menyimpan kekayaan alam yang telah di gambarkan penulis melalui cerita tokoh-tokohnya yang sekali-kali memuji alam semesta tempat ia berkunjung di manapun itu. Inilah yang menjadi daya tarik pembaca untuk memahami betapa indahnya kekayaan alam di negeri ini. Yang menarik juga yaitu kondisi sosial dari masing-masing tokoh yang tentunya berbeda-beda pula.
Oleh karenanya banyak sekali kita dapat memetik sebuah pelajaran dalam novel ini yaitu mengenai bagaimana menjalani sebuah kehidupan, pemikiran dalam memutuskan untuk lepas dari suatu masalah yang melilit kita,membahas mengenai aspek pendidikan yang begitu penting dalam kehidupan ini dan juga lingkungan di sekitar kita yang selau luput dari pandangan kita.
B. Rumusan masalah
Bagaimana mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin antar tokoh yang terdapat dalam novel berjudul Layar terkembang karya St.Takdir Alisjhabana.
C. Tujuan penelitian
Mendeskripsikan nilai-nilai psikologis atau konflik batin yang terkandung dalam novel Layar terkembang karya St. Takdir Alisjhabana.
D. Landasan teori
1) Teori struktural yaitu unsur-unsur fiksi karya sastra yang di bangun penulis melaluin unsure-unsur psikologis dari setiap tokoh-tokohnya. Di dalam kajian ini di angkat berbagai alur, latar, pelukisan tokoh, dan niali-nilai psikologis atau konflik bantin antar tokoh.
2) Di dalam makalah ini di gunakan pendekatan instristik dan ekstrinstik mengenai kondisi psikologis, karena dalam novel ini banyak mengandung unsur-unsur kejiwaan dan konflik batin antar tokohnya.
Bab II Pembahasan
A. Unsur-unsur instristik novel Layar terkembang.
1) Alur ( Plot )
Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini di awali dengan tahap perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh utama) : mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat di antara mereka.
Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia-nyiakan amanah yang di berikan adiknya serta kesempatan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai kehidupan yang akan di jalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan ingin menjadi istrinya.
2) Penokohan (pelukisan tokoh)
Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a) Tuti (tokoh utama) mempunyai usia 25 tahun, ia seorang guru pada sekolah H.I.S. Arjuna di petojo. anak tertua dari dua bersaudara, Ia mempunyai watak yang kuat, pendirian yang tegas, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, segala sesuatunya selalu di pertimbangkan dengan matang-matang sebelum di kerjakannya. Pendidikan selalu di utamakan termaksud organisasi eman spasi wanita yang di gelutinya. Namun ia baik hati, pengertian, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah terharu atau sedih pada saat di timpa masalah. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama.
b) Maria adiknya baru berusia 20 tahun. ia tengah mengemban pendidikan di H.B.S. Carpentier Alting Stichting kelas . Ia memiliki watak yang periang, baik hati kepada siapapun, selalu bertindak sesuai perasaannya sehinnga ia mudah tersinggung, mudah terharu hingga menangis pada saat di timpa masalah. Perbedaan yang sangat bertolak belakang dengan kakaknya. seperti tampak pada kutipan berikut: “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.
c) R. Wiriaatmaja adalah ayah Maria dan Tuti. Pensiunan wedana Banten ini, kini hidup dengan pensiunannya bersama kedua anaknya di Jakarta, ia memboyong kedua anaknya itu sejak ia pensiun. Wataknya baik, sayang pada keluarga, dan selalu memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka masing-masing, terutama Tuti yang sedikit keras pendiriannya di banding adiknya. Seperti pada kutipan berikut : “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
d) Yusuf adalah pemuda yang di kenal Tuti dan Maria pada saat mengunjungi akuarium. Ia telah hampir lima tahun belajar pada sekolah Tabib Tinggi atau kedokteran dan ia juga putra Demang Munaf di Martapura Sumatera utara. Wataknya baik hati, tidak sombong, dan mudah bergaul dengan siapapun.
e) Partadiharja adalah ipar dari R. Wiriaatmaja (paman Tuti dan Maria). Memiliki watak yang kuat, mudah di kecewakan, namun hatinya baik sehingga ia mau membiayai pendidikan adiknya hingga bekerja. Seperti tampak pada kutipan berikut : “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
f) Istri partadiharta adalah adik kandung R.Wiriaatnaja yang berusia 32 tahun. Seorang ibu rumah tangga, ia memberikan tiga anak kepada suaminya yakni iskandar yang berusia 10 tahun, Ningsih 9 tahun dan Rukmini yang masih Balita. Memiliki watak baik hati dan tidak mudah marah.
g) Rukamah adalah saudara sepupu Tuti dan Maria. Wataknya baik hati dan sangat akrab dengan Tuti dan Maria, namun orangnya sedikit jail,suka ngerjain orang. Seperti tampak pada kutipan berikut : “….Maria,Maria itu ia datang!” kata Rukamah Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
h) Saleh dan Ratna adalah saudara sepupu dan teman Tuti yang kini tinggal di desa Sindanglaya. Kini mereka hidup bersahaja, tidak lagi hidup mewah seperti dahulu di kota yang suka berfoya-foya. Seperti pada kutipan berikut : “Alanhkah banyaknya Ratna berubah Nampak kepadanya dalam setahu sejak ia bersuami.”
3) Latar/setting (fisik dan sosial)
Di dalam novel layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di Jakarta, yang merupakan ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedung-gedung tinggi, padat kendaraan, dan memiliki penduduk yang cukup padat. R.Wiriaatmaja dan kedua anaknya tinggal di jalan Cidenweeg,gang hauber. Kedua di sumatera, tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf yang kini tinggal di Jakarta, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana alam Martapura sangat nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di penuhi oleh pohon-pohon dan pegunungan yang indah serta belum terusik oleh tangan manusia. Ketiga di Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena terkena penyakit dan harus di rawat di sana. Sindanglaya juga tempat kediaman Saleh dan Ratna yang kini hidup bersahaja dan bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cerita ini berlangsung selama dua tahun, karena pada saat kisah di ceritakan Maria baru berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya ia berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.
4) Sudut pandang pengarang
Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut.
B. Nilai-nilai psikologis (konflik batin antar tokoh) dalam novel layar terkembang.
1) Kekecewaan Maria terhadap keadaan sekitarnya. Terlihat pada Kutipan berikut : “lekas benar kita sampai ini”,kata maria agak kecewa,”lihatlah belum seorang juga lagi.”
2) Ketegaran hati Tuti terhadap keadaan sekitar yag tidak mudah kecewa. Tampak pada Kutipan berikut : Bukankah lebih baik serupa itu?” sahut kakaknya dengan suara yang tidak peduli , dan agak tetap sedikit disambungnya,”sekarang kita dapat melihat segalanya sekehendak hati kita, tak diusik-usik orang.”
3) Rasa pengertian dan tanggung jawab Tuti terhadap diri dan keluarganya, setelah di tinggal ibundanya. Tampak pada kutipan berikut : “Tuti berusaha sedapat-dapatnya menggantikan kedudukan dan pekerjaan bundanya. Sekalian pekerti dan kelakuan adiknya itu dicoba menerimanya dan menyesuaikan dengan hatinya meskipun hal itu tidak dapat dalam segala hal,dalam hal hidup bersama-sama. Usahanya itu jelas membawa ketenangan dan kerja sama. Bagi Maria sendiri yang masih anak burung mengepak-ngepakkan sayap, belum dapat tempat bertengger, pimpinan Tuti yang tiada dinyatakan benar kepadanya itu terasa sebagai aman.”
4) Kondisi psiklogis pikiran yang dialami Tuti pada saat mereka tengah berada di perjalan rumah mereka dipenuhi oleh kongres putri sedar yang diketuainya ini menandakan bahwa Tuti adalah orang yang aktif baik itu sebagai guru maupun dalam berorganisasi.Tampak pada kutipan berikut. “………telah berhari-hari ia tiada pernah diam. Kalau tiada berjalan untuk mengunjungi orang-orang yang lain yang harus mengurus kongres itu, ia asyik membaca dan menulis dirumah untuk menyiapkan pidatonya…..”
5) Pemikirkan Tuti yang selalu terfokus pada masyarakat khususnya para perempuan-perempuan dinegerinya,untuk tidak selalu menurut kehendak laki-laki, mereka harus berjuang dan mempertahankan dirinya untuk menyetarakan dirinya dengan kaum laki-laki. Hal ini tampak pada kutipan berikut : …..“ia yakin benar-benar, bahwa keadaan perempuan bangsanya amat buruk. Dalam segala hal manusia yang tiada mempunyai kehendak dan keyakinan, manusia yang terikat oleh berates-ratus ikatan, manusia yang hanya harus menurut kehendak laki-laki.” Ini menandakan hati dan pikiran Tuti sudah benar-benar kuat dan penuh keteguhan untuk membela dan mempertahankan harga diri kaumnya dari segala bentuk penindasan kaum pria untuk tidak tunduk dibawah telapak tangannya dan harus mandiri serta bisa bertahan hidup tanpa mereka.
6) Kebijaksanaan R.Wiriaatmaja dalam mendidik anak-anaknya, ia memberikan kebebasan sepenuhnya dalam pergaulan. Namun masih ada sedikit beban pikiran terhadap anaknya khususnya Tuti yang sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya dengan Maria adiknya. Perbedaan itu tampak pada kutipan berikut: “……..ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. Sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,…….” “…….. terutama payah sekali ia mengkaji sikap dan pendirian Tuti yang lain benar kepadanya dari Maria. Apakah gunanya ia sebagai perempuan siang-malam membuang tenaga dan waktu untuk perkumpulan, .….” “….dan sampai sekarang belum dapat ia menduga, mengapa Tuti memutuskan pertunangannya dengan Hambali,…….”
7) Tanggapan sikap Tuti terhadap pertanyaan ayahnya. Kutipan berikut : “…….sering ia mencoba berbicara dengan Tuti untuk mengetahui kata hatinya, tetapi hal itu sedikit tak menjadi terang baginya : ia tiada mengerti apa tujuan ucapan Tuti yang mengatakan, bahwa tiap-tiap harus menjalankan penghidupannya sendiri,…….”
8) Kepasrahan R.Wiriaatmaja terhadp sikap dan pendirian Tuti yang benar-benar kuat dan tak bisa di ubah lagi. Tampak pada kutipan: “Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya. Sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkat-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. Dengan tiada insafnya, dalam dua tahun yang akhir ini sejak Tuti mengurus rumah dan dirinya, perlahan-lahan tumbuh dalam hatinya sesuatu perasaan hormat kepada kekerasan hati dan ketetapan pendirian anaknya yang tua itu.”
9) R.Wiriaatmaja menyimpan rasa percaya, hormat, dan menghargai segala sikap dan pendirian Tuti dengan apa yang selalu dikerjakannya. Mungkin semua itu adalah pilihan hidup yang harus dijalaninya. Semua itu tampak pada kutipan berikut : “….dan hal itu mendamaikan hatinya sebagai ayah terhadap kepada berbagai-bagai pekerti dan perbuatan anaknya itu yang tidak sesuai dengan pikirannya. Dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan percaya, yang lahir oleh perasaan kuasa untuk menunjukkan yang lebih baik,”Ah, Tuti tentu tahu sendiri, apa yang baik bagi dirinya.”
10) Setelah pertemuan dan perkenalan mereka di Akuarium pasar ikan tadi ternyata pikiran Yusuf terpaut pada salah satu dari kedua bersaudara itu yaitu Maria. Seperti pada kutipan berikut: “…… perkenalan yang sebentar itu meninggalkan jejak yang dalam di kalbunya…..” tetapi tidak ,tertutama sekali menarik hatinya ialah Maria. Mukanya lebih berseri-seri, matanya menyinarkan kegirangan hidup dan bibirnya senantiasa tersenyum menyingkapkan giginya yang putih.”
11) Keakrapan dan rasa kagum Yusuf terhadap Maria. Tampak pada kutipan : “….sebentar Yusuf mengikuti Maria dengan matanya dan hainya timbul lagi pengakuan akan kecantikan gadis itu.”…….sepanjang jalan bahkan sepagi-pagi itu perawan jelita yang baru dikenalnya itu tiada meninggal-ninggalkan pikirannya lagi. Sekali-sekali nikmat ganjil rasa perasaannya, seolah-olah seluruh dirinya dilanggar gelora perasaan yang belum pernah dirasanya seumur hidupnya.” Jelas bahwa Yusuf kini telah terpaut hatinya pada Maria karena perasaan yang tak karuan ketika berjumpa dengan gadis itu. Ia baru merasakan hal tersebut seumur hidupnya dan kini perasaan itu telah timbul setelah bersua dengan Maria si gadis periang itu.
12) Kekecawaan dan kekesalan hati parta terhadap adiknya tersebut yang telah menyia-nyiakan masa depannya tersebut dengan meninggalkan pekerjaan yang cukup baik itu. Tampak parta yang belum menerima keputusan adinya itu untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Tampak pada kutipan berikut: “…..Saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta dengan tiada berbicara lagi dengan family.”…tetapi itu dibuangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan…..”
13) Konflik antar Tuti dengan Pamannya. Tuti tak sependapat dengan Pamannya,ia lebih cenderung sepadan dengan sikap dan pendirian Saleh yang memilih keluar dari pekerjaannya tersebut. Pamannya pun tak terima dan menyela semua pendapat yang disampaikan Tuti. Tampak pada kutipan berikut: “…..kalau pendapat Saleh itu paman anggap omong kosong semata-mata, kalau Paman tidak dapat merasakan perasaan dan perjuangan di dalam hatinya, tentulah Paman tidak dapat mengerti akan perbuatanya…”parta pun menimpa,”Ya, engkau mudah berkata saja, tetapi engkau tidak tahu, betapa kesalnya hati saya…..”
14) Sikap Ayahnya yang pasrah akan sikap dan perilaku anak-anak muda sekarang dan kedua putrinya. Tampak pada kutipan berikut: “Ya, payah benar kita dengan anak-anak muda sekarang,”kata wiriaatmaja sebagai seorang yang menerima akan nasibnya.”Mereka hendak menurut kehendak hatinya saja, sering tambak dikerasi, tambah payah. Kita orang tua-tua tiada diacuhkannya.”
15) Keprihatin Tuti terhadap perempuan-perempuan sekarang tidak berharga sedikit jua pun di mata masyarakat. Maka dengan suara yang nyaring keluar dari mulutnya selaku protes : “…dan dari perempuan yang telah dimatikan semangatnya serupa itu, orang masih berani berharap lahirnya keturunan yang kuat. Adakah, saudara-saudara, permintaan yang lebih gila dari pada itu?”
16) Tuti memberikan suntikan semangat terhadap semua kaum hawa di gedung tersebut untuk tidak terlindas oleh orang-orang yang ingin memperdaya dan mempermainkan mereka. Seperti pada kutipan pidatonya: “…tetapi lebih-lebih dari segalanya haruslah kaum perempuan sendiri insaf aka dirinya dan berjuang untuk mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih layak. Ia tiada boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan yang lain ,apalagi golongan laki-laki yang merasa akan kerugian, apabila ia harus melepaskan kekuasaannya yang telah beradap-adap dipertahankannya.”
17) Kegelisahan hati dan pikirannya Yusuf yang tengah berlibur di kampung halamanya yang selalu tertuju ke Jakarta. Seperti kutipan berikut: “…senantiasa ia gelisah, pikirannya berbalik-balik ke Jakarta juga, seakan-akan ada sesuatu yang menariknya di sana. Tetapi sekarang tentulah ia belum dapat kembali ke Jakarta sebab ibunya yang amat sayang kepadanya karena ia anak tunggal, pasti tiada akan melepaskannya selekas itu meninggalkan pula.”
18) Yusuf selalu termenung ketika membaca surat dari Maria. seperti kutipan berikut:”….setelah habis surat itu dibacanya, termenunglah ia beberapa lamanya menurutkan arus pikiran dan kenang-kenangannya yang tak tentu arah…”
19) Perasaan Yusuf yang ingin sekali berjumpa dengan Maria di Bandung tempat Maria sekarang. seperti kutipan berikut: “…di dasar jiwanya terdengar kepadanya Bandung memanggil…”
20) Yusuf mengungkapkan isi hatinya kepada Maria yang tak mampu lagi ia bendung. Semua itu terlontar seperti pada kutipan berikut: “….pada mata Maria Nampak kepadanya berlinang air mata dan mesra dan meminta menggemetarlah suaranya untuk pertama kali seumur hidupnya,” Maria,Maria,tahukah engkau aku cinta padamu?”
21) Maria tak bisa menolak hati Yusuf yang kini sudah berada dalam pelukannya tampah pasrah Maria dengan ciuman yang diberikan Yusuf. “Badan Maria jatuh melemah ke tangan Yusuf dan seraya menengadah dengan pandangan penyerahan, keluar dari mulutnya bisik lesu hampir-hampir tiada kedengaran,”Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu….”
22) Jadilah mereka sepasang kekasih yang begitu mesra dan Maria adalah cinta pertama Yusuf begitupun sebaliknya Yusuf adalah cinta pertama bagi Maria. Kutipan :“…..tak bisa lagi ia meneruskan ucapannya sebab Yusuf menunduk menutupkan bibirnya ke atas bibir Maria. Dan dalam curahan cinta pertama, yang mengemetarkan badan mereka yang muda remaja itu, menjauh mengaburlah keinsafan akan tempat dan waktu.”
23) Kekecewaan Maria kepada Rukamah dengan mengerjainya yang menurutnya sungguh tega dan susah untuk ditolerir lagi kutipan. “….Maria,Maria itu ia datang!” Maria tiada menyangka suatu apa jua pun menggelompar dari tempat tidur dan dalam sekejap ia sudah ke luar kamar menuju depan….” “…tak berapa lama antaranya, kembalilah Maria kedalam kamar, muka pucat mengerut. Dengan suara yang gemetar,” Engkau jahat benar, Rukamah, menipu saya serupa itu….”
24) Permintaan maaf Rukamah terhadap maria. Kutipan : “….lalu didekatinya Maria dan dibelai-belainya rambutnya seraya berkata,” jangan marah Maria, tidak sekali-kali maksud saya menyakiti hatimu. Saya terlanjur dan kurang pikir tadi. Diamlah! Tidak lagi saya akan mengganggu serupa itu.”
25) Konflik antar Tuti dan Maria, Tuti protes terhadap sikap Maria. Tampak pada Kutipa : “…Maria mengapa engkau sebodoh itu? Rukamah hanya berolok-olok. Masakan oleh serupa itu saja sudah menangis, engkau bukan anak-anak lagi!”
26) Sikap pembelaan Maria terhadap protes kakaknya. Tampak pada kutipan : “cinta engkau barangkali cinta perdagangan, buruk-baik hendak engkau timbang sampai semiligram. Patutlah pertunanganmu dengan Hambali putus.” “patutlah putus, patutlah putus….”
27) Tekanan batin yang di alami Tuti ketika mengingat kata-kata Maria yang mengejeknya, selalu terbayang di dalam pikirannya, sehingga membuatnya teringat kembali akan putusnya hubungan tunangannya bersama Hambali dulu. Kutipan : “…..itu perselisihan yang pertama! Hambali tidak pernah senang, apalagi ia datang di Jakarta. Katanya, Tuti sedikit benar memperdulikannya, ia selalu saja bekerja untuk perkumpulannya. Perhubungan mereka tiada sedikit juga pun seperti perhubungan orang bertunangan.” Ini membuatnya tak bisa berkonsentrasi dalam mempersiapkan pidatonya dalam kongres putri sedar.
28) Perasaan kagum Tuti terhadap sandiwara teater di dalam kongres pemuda yang di ikuti yusuf dan Maria sebagai pemeran utamanya. Tampak pada kutipan : “…indah benar,belum pernah saya melihat pertunjukan seindah ini,” keluar dengan tulus dari mulut Tuti yang jarang memuji itu. “Engkau berdua baik benar bermain. Terutama percakapan Damar Wulan dan Wisynu sangat meresap ke dalam hati saya. Bagus benar percakapan-percakapan sandiwara itu tadi.”
29) Sedikit ketidak puasan Tuti terhadap cerita tersebut, sehingga menimbulkan konflik antar Maria. Tampak pada kutipan: “…sandiwara tadi bagus, sebenarnya bagus. Tetapi kebagusannya itu melemahkan hati dan tenaga….” Ujar Tuti, ,…”melemahkan hati? Ada-ada saja pikiranmua. Tak pernah engkau melihat perbuatan orang yang tiada tercela. Coba engkau menyusun sendiri sandiwara, supaya engkau puas benar….”, “kalau tiada mengerti,baiklah engkau diam saja, Maria….” Tetapi Maria tiada gentar dan menjawab,”baikku bagus, ya bagus, tidak banyak cincong seperti engkau!”
30) Kekesalan Maria terhadap kakaknya yang terus saja memprotes akan pertunjukan yamg mereka perankan. Kutipan: “…Ya suruh Tuti membuatnya,”kata Maria yang sebenarnya agak mulai mengerti mendengar maksud kakaknya itu,tetapi masih juga hendak melepaskan panas hatinya akan celaan saudaranya itu.”
31) Perasaan was-was hati Tuti mengenai Supomo rekan kerjanya yang selalu mendekati dan menarik perhatiannya. Kutipan : “Dalam arus pikiran dan perasaannya itu, tiba-tiba terkilat pertanyaan dalam hatinya. Bagaimanakah kalau pada suatu hari Supomo memintanya menjadi istrinya? Adakah hatinya tertarik kepada teman sekerjanya itu?”
32) Perasaan Tuti yang terkejut pada saat Supomo yang baru saja mengatakan cinta padanya. Selalu terpikir dalam hati dan benaknya, dan menanti jawabannya. Kutipan : “….tetapi meskipun demikian, ketika perkataan yang penting itu keluar dari mulut Supomo tadi, ia terkejut tiada dapat berkata-kata. Perkataan itu tiada dijawabnya,teidak terjawab olehnya, meskipun berulang-ulang Supomo menyatakannya dan meminta jawaban darinya.”
33) Dilema yang terjadi pada Tuti. Memikirkan jawaban yang akan di berikan terhadap pertanyaan Supmo nanti. kutipan “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selam-lamanya.”
34) konflik batin di jiwa Tuti tentang perasaannya terhadap Supomo. Apakah ia akan menerima atau menolak cinta Yusuf. Terjadi gejolak jiwa pada perasaan Tuti yang tak karuan dan tak menentu itu. Kutipan: “…bagaimana, akan diterimanyakah atau tiada permintaan Supomo itu….? Kalau tiada diterimanya, apabila lagikah ia akan bersuami? Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun. Siapa tahu, kesempatan ini ialah kesempatan yang terakhir baginya. Kalau dilepaskan pula, akan terlepaslah untuk selama-lamanya.”
35) Pikiran Tuti yang masih bimbang akan cintanya kepada Supomo. Apakah kalau ia menerimanya hanya sebagai pelarian karena mengingat usianya yang sudah du puluh tujuh tahun itu. Kutipan: ”Berlalu-lalu datang pertanyaan membanjiri pikirannya; sekejap terkilap kepadanya, bahwa kenikmatan pergaulannya dengan Supomo waktu yang akhir ini ialah usaha jiwanya melarikan dirinya dari perasaan kengerian akan usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun.” “….kalau ia menjadi istrinya, maka perbuatan itu bukanlah oleh cintanya kepada Supomo, tetapi untuk melarikan dirinya dari perasaan kehampaan dan kesepian.
36) Jawaban cinta Supomo di jawab Tuti melalui sepucuk surat dan Keputusan Tuti menolak cintanya. Kutipan : “….sedih saya memikirkan saya mesti menolak cinta yang semulia dan susuci cintamu, tetapi saya tiada boleh menipu dirimu dan diri saya sendiri.” Tampak bahwa Tuti mengambil keputusan yang sudah benar. Kalau ia harus memaksa hatinya menerima Supomo, maka ia akan akan amat durhaka membohongi Supomo dan terhadap hati dan perasaannya sendiri. Tuti tak mau mengambil resiko yang amat besar tersebut, maka ia pun harus menolak cinta Supomo dan semua itu ia tidak akan menyesalinya, bahkan ia mengucapkan syukur akan keputusannya tersebut. Karena ia telah jujur akan hati dan perasaanya.
37) Kerinduaan Maria terhadap keluarga dan orang yang di kasihinya selama ia di rawat di rumah sakit Pacet. Kutipan : “….Dan apabila orang-orang sedang berjalan-jalan sekitar rumah sakit itu, melayanglah pikirannya kepada sekalian orang yang dikasihinya: kekasihnya,ayah, dan saudaranya….”
38) Perasaaan takut Maria akan kematian mulai menghampirinya ketika ia ingat akan ibunya yang telah meninggal dunia karena menderita penyakit yang serupa dengannya kini. Kutipan: “….kadang-kadang teringat ia akan bundanya yang telah beberapa tahun berpulang. Dalam waktu yang demikian amat terasalah kepadanya kemalangan dirinya di rumah sakit yang sepi di lereng gunung itu.”
39) Pikirkan Tuti terhadap kongres yang baru di tinggalkan guna menjenguk adiknya yang tinggal sendiri kesepian di rumah sakit. Kutipan: “…sedang kereta api berjalan Tuti terus melamun tentang cita-citanya tentang perkumpulannya, tentang kongres tahunan yang baru ditinggalkannya…”tetapi tidak,liburnya tinggal hanya seminggu lagi dan yang seminggu itu hendak dipakainya utnuk menggirangkan hati Maria…..”
40) Rasa kasihan Tuti terhadap adiknya yang tinggal kesepian di rumah sakit dan jauh dari keluarga serta teman-temannya. Kutipan: “Kasihan kepada Maria! Alangkah ingin hatinya hendak bersua dengan adiknya yang hanya seorang itu. Ia tidak menyesal meninggalkan kongres, meskipun masih sebanyak itu soal yang penting-penting akan dicakapkannya.” Tuti yang tampaknya telah membuang egonya demi saudara satu-satunya itu. Ia telah membuat keputusan yang benar, karena begitu pentingnya saudara dari pada kegiatan apapun yang dijalaninya.
41) Perasaan Maria yang teringat kembali akan kenangan-kenangan bersama Yusuf dulu. Pada saat Yusuf mencurahkan kasih sayangnya kepada dia. Semua itu terasa bahagia apabila terbayang kembali di dalam pikirannya yang tak mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Kutipan : “Nampak lagi kepadanya masa bahagianya, ketika ia mulai bertunangan dengan Yusuf. Perjalanan mereka ke Dago, ketika mereka mencrahkan kasih mesra yang telah lama terkadung di dalam hati.”
42) Dorongan semangat yang di berikan Yusuf kepada Maria melaui surat untuk lekas cepat sembuh dan berjanji kelak apabila ia menjadi dokter ia sendiri yang akan menyembuhkannya dan dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi ia akan meraih semua itu. Kutipan: “Maria, engkau harus baik, lekas baik. Tiga bulan lagi akan selesai sekolah saya. Saya sendiri akan menjaga kekasihku. Sejak dari sekarang saya akan memepelajari penyakit tbc sedalam-dalamnya. Sebab kekasihku harus saya sembuhkan sendiri.”
43) Kesungguhan hati Yusuf yang ingin membahagiakan Maria. Bahagialah hati Maria mendengar semua yang di sampaikan Yusuf itu. Ia merasa bahwa Yusuf adalah kekasih yang setia dan tidak salah pilih ia menjadikan Yusuf sebagai kekasihnya. Namun sekilas terbayang dibenaknya, apakah ia bisa menunggu selama tiga bulan kekasihnya menjadi seorang dokter? Apakah ia bisa bertahan selama itu? Pertanyaan ini bukan tidak beralasan mengingat kondisinya sekarang makin hari makin menurun saja. Kutipan: “….Dalam perasaan bahagia sekejap itu cepat gembira naik-turun dadanya. Tetapi datang sendiri bantahan dari dalam hatinya,”Tiga bulan lagi… masih dapatkan ia menanti selama itu? Mungkinkan sebelum itu ia telah…..” Keraguan tampak di dalam hatinya yang tak bisa bertahan selama itu. Itulah yang selalu terbayang di dalam pikiran dan hatinya. Maka hilanglah perasaan bahagia didalam hatinya.
44) Kekagetan hati Maria yang melihat Tuti datang secara tiba-tiba, karena yang di jadwalkan kepadanya bahwa ia akan datang pada hari rabu. Senanglah hati Maria sekejap karena kedatangan kakaknya itu. Kutipan: “…Melihat Tuti yang tiada disangka-sangkanya itu berdiri di hadapannya itu terlompat dari mulut Maria,”Hai, Tuti, engkau datang pula.”
45) Keheranan Tuti melihat adiknya itu yang makin hari makin menurun saja keadaan kondisi pisiknya. Ia tidak menyangka penyakit itu ternyata telah memakan seluruh badanya. Tampak kekawatiran di dalam hati Tuti, ia merasa kasihan terhadap adiknya itu. “…Tetapi dalam ia berbicara itu tiada berhenti-henti mengamat-amati rupa adiknya itu. Jika dibandingkan dengan dua bulan yang lalu, jangankan ia agak sembuh, badannya bertambah kurus dan mukanya bertambah pucat.”
46) Pertanyaan kepada adiknya mengenai perasaannya sekarang yang di jawabnya dengan pasrah yang tak kuasa ia menahan rasa kesebalan hatinya memikirkan keadaannya. Kutipan: “Berbagai-bagai pertanyaan Maria kepada Tuti tentang hal rumah, tentang hal kenal-kenalannya di Jakarta. Segala yang kecil-kecil penting baginya. Bagaimana keadaan taman-tamannya, siapa yang menggantikannya pada sekolah Muhamdiyah.” O, alangkah inginya ia pulang ke Jakarta, akan melihat rumahnya, akan bertemu denganbteman-temannya.” Tampak Maria yang merasa rindu akan rumah,teman, dan tanamanya yang telah di tinggalkanya selama ia sakit. Maria yang tak sabar ingin pulang ke Jakarta. Membuatnya semakin ingin lekas sembuh secepatnya, namun apa dayanya penyakit TBC yang menggerogoti seluruh badannya.
47) Kecemasan da kekawatiran Tuti dan Yusuf melihat kondisi Maria yang makin hari makin menurun saja. Kutipan : “….Tuti menahan hatinya lagi dan berkatalah ia kepada Yusuf, “Yusuf, bagaimanakah pikiranmu, masih adakah harapan Maria akan sembuh? Rupanya sangat mencemaskan. Saya sesungguhnya takut…..”
48) Keinsafan hati,jiwa dan pikiaran Tuti terhadap kehidupan yang di jalaninya membuatnya kini mulai berubah pandangan. Kutipan : “perlahan-lahan, hampir tiada di ketahuinya tumbulah keinsafan di dalam hatinya,.” Tuti merasa dirinya menjadi manusia yang baru yang lebih lapang hati dan pikirannya.”
49) Tuti dan Yusuf memberikan dorongan semangat terhadap kekasihnya, agar ia tidak patah semangat dalam melawan penyakit dan cepat lekas sembuh. Kutipan: “sekali lagi Tuti dan yusuf memberikan nasihat kepada Maria, sekali lagi mereka mengatakan, bahwa ia mesti sembuh,”
50) Kesedihan dan kekawatiran Yusuf dan Tuti akhirnya terjadi juga. Maria meninggal dunia di usia 22 tahun. Kutipan : “Maria…Januari 193…usia 22 tahun. Maka selaku terpekurlah berdiri kedua-duanya memandang ke makam itu, tiada menggerak-gerakkan dirinya.”
51) Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf karena mereka telah bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Maka dari itu sebelum mereka melangsungkan pernikahan, terlebuh dahulu mereka berziarah ke makam Maria untuk menghormati pengorbanan dan keikhlasannya merelakan Yusuf bersanding bersama Tuti yang notabene kakak kandungnya sendiri. Kutipan : “lima hari lagi akan berlangsung perkawinan mereka di Jakarta. Sebelum perkawinan mereka berlangsung, pergi dahulu mereka ziarah ke kuburan orang yang sama-sama di cintainya.”…’’Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaannya yang berkecamuk dalam hatinya, katanya mesra berbisik sebagai menyambung. “tetapi Yusuf, hidup kita adalah kerja.” Maka mereka meninggalakan tempat itu kembali pulang.
Jumat, 15 Juli 2011
drama singkat "umar bin khatab"
Judul drama : Umar Bin Khattab
Sutradara/penulis skenario : Hasbun.H
Para pelaku :
1) Hasbun.H sebagai Umar Bin Khattab
2) Devi sintia sebagai Fatimah
3) Aliyudin sebagai Zaid
4) Murni Sebagai kawan 1
5) Raslian sebagai kawan 2
6) Suprayogi sebagai Malaikat
Kisah ini menceritakan tentang Umar bin khattab yang awalnya menentang ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama islam. Namun, berkat perjuangan Fatimah , Zaid dan kawan-kawannya, akhirnya Umar pun sadar.
(Fatimah,Zaid dan dua orang kawannya sedang mengaji,tiba-tiba Umar muncul)
Umar : Fatimah….!!! Apa yang kau lakukan disini?
Bukankah sudah kukatakan,tak perlu kau mengikuti ajaran Muhammad, terkutuklah kau Fatimah karena telah meninggalkan ajaran Latta dan Uzza.
Fatimah : sadarlah, Umar tak perlu kau marah seperti itu tidakkah kau lihat kami sedang mengaji. Jangan kau berkata seperti itu. Ajaran Muhammad adalah ajaran yang paling benar.
Umar : tidak, cukup . . . cukup. Aku tak mau mendengar semua itu.
(lalu meninggalkan tempat tersebut )
Fatimah : Ya Allah, yang maha pengampun dan maha penyayang ampunilah dosa kakakku, Umar. Bukankah pintu hatinya, agar ia memilih jalan yang benar ysitu sgsms ysng diridhoi.
Zaid : sudalah, Fatimah …. Serahkan semua kepada Allah sekarang, lebih baik kita mencari tempat lain yang aman untuk beribadah.
Kawan 1 dan
kawan 2 : (serempak) benar Fatimah
(keluar,tak lama kemudian ,masuk kembali)
(Fatimah , zaid dan dua orang kawan wanitanya sedang mengaji, umar muncul lagi )
Umar : kenapa lagi kalian berada disini?
Buku apa yang kau baca itu Fatimah?
Fatimah : ini bukan buku Umar, tapi ini adalah kitab suci Al’Quran, merupakan kalamullah dari Allah dan jika kau ingin membacanya , maka kau harus membersihkan diri terlebih dahulu yaitu berwudhu.
Umar : demi Latta dan Uzza, Tuhan nenek moyangku. Aku tak tertarik dengan semua itu, buat apa membersihkan diri hanya untuk membaca sebuah buku.
(sementar itu Fatimah dan kawan-kawannya masih mengaji, mereka tak memperdulikan Umar)
Umar : Fatimah hentikan…..!!! dasar orang-orang bodoh yang melampaui batas.
Kawan 1: Astagfirullahaladzim, sadar umar . kau yang telah melampaui batas kau tersesat Umar, tersesat!
Umar : apa…? Berani kau yaa…!! (menampar)
(zaid berusaha menahan tapi terlambat )
Zaid : Umar, sadar…sadar…!!! Dia adalah kawan adikmu, tak sepantasnya kau berbuat seperti itu kepadanya.
Fatimah : Umar, kakakku ingat…!! Meskipu kau bunuh aku sekalipun, aku ikhlas. Aku akan melepaskan keyakinanku. Aku akan terus mengikuti ajaran Muhammad. Mudah-mudahan kau segera mendapatkan hidayah, Umar
Kawan 2 : benar Umar, kami takkan mengikuti ajaran nenek moyangmu itu…hanya hidayah Allah yang akan menolongmu.
Fatimah : (Fatimah mengaji surat Tooha : 1-7)
(Terdengar suara dari langit menggema)
Malaikat : wahai Umar, sadarlah engkau!
Umar : Fatimah…! Zaid…! Suara apa itu? Apakah kalian mendengarnya?
Malaikat : Umar, segerahlah bertaubat. Bukankah telah dating peringatan padamu untuk tidak menyekutukanNya, tapi mengapa kau menyia-nyia peringatan itu Allah itu Maha Esa, ia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tak ada satupun yang menyamainya. Janganlah kau berpaling, sesungguhnya Allah Maha penyayang lagi maha pengampun.
(umar ketakutan dan terduduk lemas sambil berdoa)
Umar : Ya Tuhan, ampunilah aku yang hina dan sombong ini hamba melampaui batas. Selam ini hamba telah menyekutukanmu.
Selesai


OLEH
KELOMPOK 6 :
1) HASBUN.H
2) SUPRAYOGI
3) DEVI SINTIA
4) ALIYUDIN
5) MURNI
6) RASLIAN
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
2010/2011
Langganan:
Postingan (Atom)