Nama : Suprayogi
Nim : 209 502 038
Sinopsis novel layar terkembang karya st.takdir alisjhabana
Bagian pertama
Tuti adalah anak tertua dari dua bersaudara yang telah berusia dua puluh lima tahun,sedang Maria adiknya berusia dua puluh tahun. Mereka adalah anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di Banten, yang kini hidup dengan pensiunnya di Jakarta bersama kedua anaknya itu. Maria tengah mengemban pendidikan di H.B.S. Carpentier Alting Stichting dan Tuti seorang guru pada sekolah H.I.S. Arjuna di petojo dan peminpin pergerakan dari Organisasi eman sepasi wanita yang diberi nama Putri sedar.
Mengawali hari mereka, Tuti bersama adiknya pergi mengunjungi Akuarium di pasar ikan. Ketika mereka tiba di lokasi tampaknya belum ada seorang pun disana kecuali mereka berdua, tampak kecewa hati Maria melihat kondisi tersebut, ini menandakan bahwa Maria adalah anak yang memiliki kondisi psikologis yang sensitif akan keadaan disekitarnya,mudah kagum,yang mudah memuji dan memuja, berbeda dengan Tuti kakaknya yang bukan orang yang mudah kagum,kecewa dan sensitif akan keadaan atau sesuatu hal, baik yang dilihat atau dirasakannya.
Maria adalah anak yang baru tumbuh dewasa dan masih perlu banyak bimbingan dari orang-orang terdekatnya khususnya Ayahnya dan kakaknya, namun rasa pengertian dan penuh tanggung jawab Tuti membuatnya tampak lebih dewasa mengingat juga usianya yang sudah matang, yang mampu untuk mengerti akan segala tingkah laku adiknya itu. Ia selalu memikirkan masyarakat khususnya para perempuan-perempuan dinegerinya,untuk tidak selalu menurut kehendak laki-laki, mereka harus berjuang dan mempertahankan dirinya untuk menyetarakan dirinya dengan kaum laki-laki. Hati dan pikiran Tuti sudah benar-benar kuat dan penuh keteguhan untuk membela dan mempertahankan harga diri kaumnya dari segala bentuk penindasan kaum pria untuk tidak tunduk dibawah telapak tangannya dan harus mandiri serta bisa bertahan hidup tanpa selalu dibayangi mereka.
Setelah mengunjungi Akuarium,pulanglah mereka. Setibanya dirumah, Tuti dan Maria disapa oleh Ayahnya. Langsung Ayahnya bertanya pada mereka tentang pria yang mengantarkan mereka dan jawaban mereka tidak tahu benar karena baru berkenalan tadi di akuarium. Disitulah awal perkenalan mereka dengan Yusuf, Setelah itu Ayahnya kembali melanjutkan membaca Koran. R.Wiriaatmaja adalah orang tua yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya, ia memberikan kebebasan sepenuhnya dalam pergaulan, namun masih ada sedikit beban pikiran terhadap anaknya khususnya Tuti yang sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya dengan adiknya. Wiriaatmaja yang tak habis pikir akan sikap dan pendirian Tuti terhadap kehidupan yang dijalaninya selama ini. Semua sikap dan pendirian Tuti itu ia selalu coba mempertanyakannya. Tuti yang selalu mengelak atas pertanyaan Ayahnya itu dan Tuti yang begitu kuat idealisnya membuat Ayahnya tak mampu membendung sikap dan pendiriannya. Ia pasrah terhadap pandiriannya yang terus ia pertahankan.
Ayahnya yang hormat dan menghargai segala sikap dan pendirian Tuti dengan apa yang selalu dikerjakannya. Mungkin semua itu adalah pilihan hidup yang harus dijalaninya. Kepercayaan Wiriaatmaja terhadap Tuti sangatlah besar, Ia sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya,mengingat usianya yang kini menginjak usia matang dalam berbagai hal seperti sikap dan pendiriannya.
Yusuf ialah putra Demang Munaf Martapura, ia telah hampir lima tahun belajar pada sekolah Tabib Tinggi. Setelah pertemuan dan perkenalan mereka di Akuarium pasar ikan tadi ternyata pikirannya terpaut pada salah satu dari kedua bersaudara yaitu Maria. Yusuf ternyata mulai ada perasaan terhadap Maria, ini disebabkan pesona Maria yang telah memikat hatinya, membuatnya kagum akan pisik. Sangat berbeda dengan Tuti yang pendiam serta segala ucapanya yang teliti perbedaan inilah yang membuat hati Yusuf lebih cenderung ke Maria yang periang dan selalu berseri-seri wajahnya. Setelah perkenalan dan mereka berdua sudah mulai akrab,tampaknya Yusuf begitu kagum akan Maria, hatinya selalu terpaut akan Maria, karena perasaan yang tak karuan ketika berjumpa dengan gadis itu, Ia baru merasakan hal tersebut seumur hidupnya dan kini perasaan itu telah timbul setelah bersua dengan Maria si gadis periang itu.
Ketika Tuti dan Maria asyik duduk-duduk ditamannya datanglah Emangnya (Pamannya) yaitu Partadiharja,sedang asyik berdiskusi keluarlah Wriaatmaja lalu menyapa Parta iparnya itu dengan hati yang gembira, Parta kemudian ditanya mengenai adiknya Shaleh yang bekerja dikantor justisi sebagai ajus komis. Tampak kekesalan pada parta yang belum menerima keputusan adiknya itu untuk keluar dari pekerjaannya tersebut, sekilas bahwa tampak kekecawaan hati parta terhadap adiknya tersebut yang telah menyia-nyiakan masa depannya dengan meninggalkan pekerjaan yang cukup baik itu.
Setelah mendengar semua pembicaraan Pamannya itu, nampak Tuti tak sependapat dengan Pamannya, ia lebih membela sikap dan pendirian Saleh yang memilih keluar dari pekerjaannya tersebut. Pamannya pun tak terima dan menyela semua pendapat yang disampaikan Tuti. Namun sikap Ayahnya yang pasrah akan sikap dan perilaku anak-anak muda sekarang dan terutama pada kedua putrinya.
Tibalah saatnya Tuti untuk berpidato pada kongres putri sedar yang dibuka oleh ketukan palu dari Sukamti teman Tuti yang selaku ketua organisasi. Gedung itu telah dipadati oleh banyak orang yang mengikuti kongres tersebut. Didalam pidato Tuti yang menghimbaukan tentang bagaimana cita-cita Putri sedar tentang kedudukan perempuan dalam masyarakat. Didalam pidato Tuti tersebut juga terdapat dorongan jiwa untuk membangun dan mempertahankan jiwa-jiwa perempuan dinegeri ini untuk tidak lemah dalam suatu bentuk penindasan moral khususnya terhadap pria. Inilah yang menjadikan Tuti prihatin terhadap perempuan-perempuan sekarang tidak berharga sedikit jua pun di mata masyarakat, maka dengan suara yang nyaring keluar dari mulutnya selaku protes. Pernyataan Tuti yang mengambarkan sosok perempuan yang lemah,namun dituntut untuk memberikan keturunan yang kuat dan tangguh, menjadi pertanyaan apabila perempuan selalu dianggap lemah ,apakah ia bisa untuk melahirkan anak yang kuat untuk masa depan kelak? Kalau terus-terusan ditekan untuk menurut kehendak pria, Tuti pun memberikan suntikan semangat terhadap semua kaum hawa di gedung tersebut untuk tidak terlindas oleh orang-orang yang ingin memperdaya dan mempermainkan mereka. Jelas bahwa Tuti sangatlah berharap adanya perubahan sikap dan pendirian kaum perempuan sekarang dan dimasa depan kelak untuk tidak diperdaya oleh golongan lain khususnya kaum laki-laki yang selama ini selalu menguasai dan mengendalikan kaum perempuan sesuka hati dan kehendak mereka. Setelah panjang lebar ia berpidato menyerukan kebangkitan sikap dan pendirian kaum perempuan. Tibalah saatnya ia mengakhirinya dan semua orang pun lekas-lekas menuju pintu keluar.
Yusuf kini telah berada di Martapura. Ia libur setelah mengikuti ujiannya untuk doctoral pertama dan kedua berturut-turut, meskipun ia senang berada disana karena dapat berkumpul dengan kedua orang tuanya namun hati dan pikirannya selalu menuju ke Jakarta. Keraguan hati Yusuf untuk kembali atau tidak ke Jakarta karena masih ada kerinduan hatinya terhadap keluarganya. Ibunya pu tak akan melepaskannya begitu saja karena ia amat di sayang dan merupakan anak tunggal. Keesokan harinya dia bersama sukarto temannya di kampungnya itu yang bekerja sebagai doctor, mereka pergi ke Keroi. Diperjalanan yang begitu indah, hati Yusuf begitu terpesona akan keindahan alam disekitarnya tampak gunung, pepohonan dan sungai-sungai terhampar jauh nan indah. Perasaan jiwa Yusuf yang tenang dan damai di alam yang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia sangat berbeda dengan suasana dikota yang dipenuh dengan gendung-gedung yang berdiri tegak,kendaraan-kendaraan yang lalu lalang, sehingga begitu berbeda kondisi alam antara kota dan pedesaan.
Setibanya kembali kerumahnya di Martapura, Ia mendapatkan kiriman surat dari Maria yang menceritakan tentang semua pengalaman dan perjalanannya bersama Rukamah, saudara sepupunya. Setelah membacanya Yusuf pun termenung memikirkan Maria, Ia merasa ingin sekali bertemu dengan Maria di Bandung tempat Maria sekarang, tak sabar hatinya ingin berjumpa dengannya disana, maka berangkatlah ia ke Bandung guna menemui dan melepas rindu pada Maria.
Setibanya disana ia disambut oleh sepupu Maria yaitu Rukamah, Mereka pun berbicang-bincang banyak mengenai kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan masing-masing. Keesokan harinya Yusuf mengajak Maria pergi berjalan-jalan, mereka berdua rekreasi mengunjungi air terjun Dago yang begitu indah dan mempesona. Disanalah Yusuf mengungkapkan isi hatinya kepada Maria yang tak mampu lagi ia bending, Maria pun tak bisa menolak hati Yusuf yang kini sudah berada dalam pelukannya tampak pasrah Maria dengan ciuman yang diberikan Yusuf. Jadilah mereka sepasang kekasih yang begitu mesra dan Maria adalah cinta pertama Yusuf begitupun sebaliknya. Semua perihal itu Maria telah menceritakannya kepada Tuti tentang hubungannya dengan Yusuf yang niatnya ingin menjadi istri Yusuf di kemudian hari dan Tuti pun turut senang atas kebahagiaan adiknya itu.
Bagian kedua
Istri partadiharja adalah adik wiriaatmaja yang muda sekali, ada kira-kira tiga puluh dua tahun usianya,badannya gemuk dan besar, mukanya bundar seperti buah penuh,tiada berdagu. Meskipun air mukanya agak angkuh, rupanya dan kata-katanya teliti tertahan-tahan seperti seringnya perempuan priayi yang merasa harga dirinya,tetapi matanya yang kecil sedikit nampak pada mukanya yang lebar itu, terang menyinarkan kasih sayang. Mereka mempunyai tiga orang anak yakni Iskandar yang berusia sepuluh tahun umurnya, Ningsih berusia Sembilan tahun dan adiknya yang bungsu Rukmini yang masih balita. Keluarga Partadiharja menyambut makan malam keluarga Wiriatmaja. Terjadi diskusi yang membahas tentang pertunangan Maria dan Yusuf. Tuti pun tak bisa mengelak saat disinggung mengenai kapan ia akan menyusul adiknya itu, ia pun selalu mencari-cari alasan untuk menghindar dari pertanyaan itu.
Kongres pemuda Baru yang kelima dan diikuti Yusuf, kembali digelar dan di adakan pertunjukan drama untuk memeriahkannya. Yusuf dan Maria ikut terlibat di dalam naskah dan mereka ialah tokoh utamanya. Setelah pertunjukan selesai Tuti yang menunggu mereka, terlihat sangat terpesona akan cerita rakyat atau dongeng yang di kemas dalam bentuk drama yang disajikan tadi. Memujilah ia kepada mereka akan ceritanya baru ditontonnya itu, namun sekali-kali ia menyela akan cerita tersebut. Setelah memuji pertunjukan Tadi, ternyata hati Tuti belum puas, Ia sempat berdebat dengan Maria yang tak terima dengan pendapatnya tersebut. Maksud dari Tuti ialah pertunjukan yang mereka mainkan itu hanya memperlihatkan bagaimana kelemahan seseorang kalau sudah bermain dengan perasaannya, perempuan yang selalu berpikir menggunakan perasaan bukan logika, Sehingga cerita yang disajikan membuat penonton menjadi lemah perasaannya. Maria yang tidak terima akan pernyataan Tuti tersebut, ia pun membantah dan tidak menerima semua kata-kata kakaknya itu.
Tuti yang merasa di dekati moleh Supomo yang berminat kepadanya dan ia pun merasa akan hal tersebut. Sedikit khawatir di dalam hatinya, apakah ia bisa menerimanya menjadi suaminya kelak? Supomo adalah orang yang baik hati,lemah lembut dan sopan dalam pergaulan, orang tuanya pun kaya raya dan dapat mengongkosinya bersekolah di Belanda. Bukankah semua itu sudah cukup bagi mereka untuk berkeluarga, namun Tuti yang belum yakin akan hal tersebut dapat diterimanya begitu saja.
Keesokan harinya, Yusuf dan Maria pergi menuju laut. Mereka kembali bersantai menikmati indahnya pemandangan di laut, tiba-tiba terbesik di pikiran Maria tentang Tuti yang akhir-akhir ini mengalami sedikit perubahan. Disana mereka membahas tentang peri hal perubahan sikap Tuti yang akhir-akhir ini agak aneh menurut mereka. Menurut Yusuf usia Tuti sudahlah matang untuk memikirkan perkawinan, namun dengan pendirianya yang kuat itu maka tiada semudah itu ia melakukanya dengan orang yang sembarang. Setelah membahas hal tersebut, mereka langsung menikmati pemandangan yang ada sejenak melupakan segala masalah yang ada.
Seminggu lebih telah berlalu Maria terbaring di tempat tidur dalam kamarnya, letih hampir tiada bergerak-gerak. Demam malaria selama sepuluh hari,telah membuat mengurus badan dan memucat mukanya. Sekarang pun ia masih belum sembuh, tetapi oleh karena panasnya sedang turun, dapatlah ia telelap sebentar. Ketika dilihatnya tidur,Tuti mencoba menemani sambil membaca buku, namun tidak bisa juga. Ia terus terpikirkan oleh Supomo yang tadi mengantarkanya pulang. Supomo yang baru saja mengatakan cinta padanya, selalu terpikir dalam hati dan benaknya, dan Supomo menanti jawabannya. Terlihat Supomo yang sudah lama memendam perasaannya terhadap Tuti dan sejak lama pun mereka berkenalan, ia terus mendesak Tuti untuk menjawab cintanya, bahkan kelak mau menerima dan menjadi istrinya. Apakah ia akan menerima atau menolak cinta Yusuf, terjadi gejolak jiwa pada perasaan Tuti yang tak karuan dan tak menentu itu. Pikiran Tuti yang masih bimbang akan cintanya kepada Supomo. Apakah kalau ia menerimanya hanya sebagai pelarian karena mengingat usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun itu? Supomo adalah rekan kerja Tuti disekolah. Supomo seorang yang baik hati,penuh kasih sayang, Ia juga lulusan disalah satu Universitas di Belanda. Akhirnya ia pun menjawab pertanyaan Supomo melalui sepucuk surat, di dalam surat itu berisikan tentang perasaan sesungguhnya Tuti terhadap Supomo dan ia pun menolak akan cinta Supomo. Tampak bahwa Tuti mengambil keputusan yang sudah benar, kalau ia harus memaksa hatinya menerima Supomo, maka ia akan akan amat durhaka membohongi Supomo dan terhadap hati dan perasaannya sendiri. Tuti tak mau mengambil resiko yang amat besar tersebut, maka ia pun harus menolak cinta Supomo dan semua itu ia tidak menyesalinya, bahkan ia mengucapkan syukur akan keputusannya tersebut, Karena ia telah jujur akan hati dan perasaanya.
Maria sudah dua hari dirumah sakit. Penyakit Malarianya dan batuk berdarahnya membuat ia harus dirujuk ke RS Pacet di sindanglaya, untuk bisa menerima perawatan yang lebih baik lagi. Tampaknya Maria sangat parah penyakitnya, membuat Ayah,Tuti dan Yusuf merasa sangat sedih akan hal yang menimpanya. Sudah sebulan Maria dirumah sakit Pacet, namun penyakitnya belum sembuh-sembuh juga. Apabila semua orang sedang berjalan-jalan maka tinggallah ia sendiri merenungi nasibnya dan merindunkan akan keluarga serta kekasihnya, kondisi Maria yang makin hari makin menurun serta jiwanya pun merasa sangat lemah, Ia terkadang ingat akan ibunya yang telah meninggal dunia karena menderita penyakit yang hampir serupa dengannya kini, rasa takut akan kematian mulai menghampirinya. Di suatu saat ia sangat rindu akan kekasihnya dan di ambilah secarik kertas dan di tulislah untuk mencurahkan segala perasaannya untuk kekasihnya sambil meneteskan air mata penuh kesedihan.
Pada sabtu petang Tuti yang dari Bandung menuju Cianjur menggunakan kerata api untuk menjenguk Maria di rumah sakit. Ia terus memikirkan kongres putri sedar yang baru saja ia tinggalkan, namun ia harus menjenguk adiknya yang tengah menderita di rumah sakit karena penyakitnya yang belum sembuh-sembuh juga. Tampak disini Tuti yang harus membuang dulu egonya mengenai kongresnya, Ia harus memikirkan dan menghibur adiknya yang tinggal sendiri kesepian di rumah sakit, Maka dimanfaatkan hari liburnya untuk manjenguk Maria.
Maria yang tengah sakit, kembali teringat akan kenangan-kenangan bersama Yusuf dulu. Pada saat Yusuf mencurahkan kasih sayangnya kepada dia. Semua itu terasa bahagia apabila terbayang kembali di dalam pikirannya yang tak mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Untuk mengingatkan kembali ia akan masa lalunya itu, Ia berulang-ulang membaca surat dari Yusuf yang sehari dikirimkannya sebelum ia datang menjenguknya. Isi surat dari kekasihnya itu selalu memberikan dorongan kepadanya untuk lekas cepat sembuh dan berjanji kelak apabila ia menjadi dokte, ia sendiri yang akan menyembuhkannya dan dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi ia akan meraih semua itu. Tampak kesungguhan hati Yusuf yang ingin membahagiakan Maria, maka bahagialah hati Maria mendengar semua yang di sampaikan Yusuf itu, Ia merasa bahwa Yusuf adalah kekasih yang setia dan ia tidak salah pilih menjadikan Yusuf sebagai kekasihnya, namun sekilas terbayang dibenaknya, apakah ia bisa menunggu selama tiga bulan kekasihnya menjadi seorang dokter? Apakah ia bisa bertahan selama itu? Pertanyaan ini bukan tidak beralasan mengingat kondisinya sekarang makin hari makin menurun saja, keraguan tampak di dalam hatinya yang tak bisa bertahan selama itu, itulah yang selalu terbayang di dalam pikiran dan hatinya, maka terkadang hilanglah perasaan bahagia di dalam hatinya.
Tampak kaget Maria yang melihat Tuti datang secara tiba-tiba, karena yang di jadwalkan kepadanya bahwa ia akan datang pada hari rabu, senanglah hati Maria sekejap karena kedatangan kakaknya itu. Tuti yang tampak heran melihat adiknya itu yang makin hari makin menurun saja keadaan kondisi pisiknya, Ia tidak menyangka penyakit itu ternyata telah memakan seluruh badanya sehingga ia makin kurus saja. Tampak kekawatiran di dalam hati Tuti, ia merasa kasihan terhadap adiknya itu. Pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan kepada adiknya mengenai perasaannya sekarang? di jawabnya dengan pasrah yang tak kuasa ia menahan rasa kesebalan hatinya memikirkan keadaannya. Berbincang-bincanglah mereka, nampak Maria yang merasa rindu akan rumah,teman, dan tanamanya yang telah di tinggalkanya selama ia sakit. Maria yang tak sabar ingin pulang ke Jakarta, membuatnya semakin ingin lekas sembuh secepatnya, namun apa daya penyakit yang menggerogoti seluruh badannya tampaknya harus menahan egonya itu untuk berjumpa dengan keluarga,teman dan taman-tamannya yang selalu dirindukannya.
Permintaan Maria kepada dokter untuk tiap hari dikunjungi kekasih dan kakaknya diizinkan, mengingat ia butuh dorongan semangat agar cepat sembuh, maka tiap harilah selama liburan Tuti dan Yusuf pergi menjenguk Maria, nampak bahagia hatinya ketika dikunjungi oleh dua orang yang dikasihinya itu. Dipacet mereka berdua tinggal dirumah teman Tuti yaitu Shaleh dan Ratna yang merupakan sepasang suami istri, mereka hidup dengan bercocok tanam di belakang rumahnya. Betapa bahagianya hidup mereka,sehingga membuat Tuti merasa heran, bukan tanpa alasan,Ratna yang dulunya seorang gadis yang genit,glamor dan penuh dengan kemewahan, kini berubah menjadi perempuan desa yang kerjanya tiap hari turun kekebun dan sawah untuk bercocok tanam. Sekali-kali Yusuf dan Tuti berjaln-jalan mengelilingi desa sebelum pergi menjenguk Maria, betapa indahnya pemandangan di sekitar Sindanglaya. Shaleh dan Ratna selalu melayani dan menyiapkan kebutuhan makan dan minum mereka, mengambarkan sosok keluarga yang baik dan bersahaja. Banyak percakapan dan tukar pikiran yang mereka lakukan selama tinggal disana dan membuka mata hati Tuti tentang kehidupan yang sesungguhnya.
Tibalah saat hari dimana liburan mereka sudah usai dan pamitlah mereka kepada Shaleh dan Ratna dan tidak lupa juga kepada Maria untuk kembali ke Jakarta melanjutkan aktifitas seperti biasa. Nampak kesedihan di dalam hati Maria yang belum ingin ditinggalkan oleh kedua orang yang dikasihinya itu. Sekali-kali Tuti yang kawatir akan kondisi Maria yang makin hari makin turun,begitu pun hati Yusuf yang pesimis melihat penyakit Maria yang mulai parah. Maria yang merasa hidupnya tak akan lama lagi telah disampaikannya kepada Yusuf dan Tuti, permintaannya yang mengiginkan agar kelak ia meninggal dunia nanti, ia ingin Yusuf dan Tuti jadi sepasang kekasih, namun mereka mengelak dan membantah pikiran Tuti yang mulai ngelantur atau tak karuan tidak jelas itu. Sesungguhnya mereka tidak ingin kehilangan Maria,karena Maria yang telah membuka mata hati Tuti bahwa peghidupan ini sangatlah luas dan dialah pula yang selalu memberikan warna dirumah mereka, Tuti harus membuka hatinya untuk pria yang ingin datang mengisi hatinya kelak. Sebelum pulang mereka memberi nasihat kepada Tuti untuk lekas sembuh dan kumpul kembali bersama-sama mereka. Pulanglah mereka dengan gejolak jiwa yang kacau tak karuan memikirkan kondisi Maria.
Penutup
Akhirnya kekawatiran mereka terjadi juga. Maria berpulang Januari 1993 pada usia 22 tahun, Ia dimakamkan didekat rumah sakit Pacet tempat ia dirawat. Sebelum perkawinan Yusuf dan Tuti yang akan dilaksanakan di Jakarta,mereka sempatkan waktunya untuk melayat kekuburan Maria. Yusuf dan Tuti bertunangan setelah Tuti yang beberapa kali menolak jodohnya, kini akhirnya luluh ditangan Yusuf yang juga pernah menjadi kekasih adiknya itu. Semua itu permintaan adiknya juga sebelum ia berpulang. Duka cita kembali terbayang dibenak mereka,perasaan haru di kalbu membuat mereka sedikit terdiam dan terpaku memandangi disekitar pekuburan, namun Yusuf mengingatkan Tuti untuk segera kembali pulang, Dan berjalanlah mereka menuju mobil ynag dikendarai Yusuf,berjalan terus-terus tanpa henti melewati sawah, pegunungan dan lembah-lembah tempat kerja manusia yang penuh perjuangan dengan sedih dan senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar