Jumat, 15 Juli 2011

analisis puisi "salju"


NAMA: SUPRAYOGI
KELAS: III/A
STAM: 209 502 038                                               SALJU           New York, Media Desember 67
                                                                                          Dari : Majalah BASIS februari 1969
                                                                                                                                   
Batang-barang itu adalah dalam kenangan
Yang semakin kurus
Dan akhirnya hilang dibalik salju
Cemara yang biasa gaduh dalam canda

Dengan angin tenggara
Kini bungkam dalam derita
Menunduk berat ditindih salju
Pucat dan semakin berat

Dalam kenangan cinta
Tiada hati buat gaduh

Pucat,putih, dan semakin putih
Lenyap segala kenangan
Lenyap duka dan sedih

Putih rinduku putih cintaku
Adalah cinta dalam kenang dan rindu

Puisi diatas mengambarkan Susana musim salju, pohon yang batangnya tinggal sendiri,kurus kering  disalju,menimbulkan kenangan kepada cinta dan membangkitkan rindu.
Setelah membaca baris demi baris,kita mencoba menankap kesan yang muncul barulah kita memperoleh gambaran keseluruhan. Dari keseluruhan ini kita dapat menafsirkan gambaran apa yang terdiri dibalik puisi itu sendiri.
Dalam puisi diatas penyair melukiskan cemara yang tinggal batangnya saja. Disekitarnya terpampang alam yang pucat dilipuiti salju.juga dilukiskan kesunyian.disitu digambarkan cemara yang kesepian, padahal biasanya cemara itu tak pernah mengenal sepi,karena hembusan angin tenggara.
Setelah kita bayangkan puisi tadi dalam batin kita,maka seolah-olah tampak cemara itu. Tinggi meranggas,setelah daunnya luruh. Pohon itu tegak sendiri ditengah padang salju. Dengan demikian timbulllah kesan “dingin”.
Semua hal diatas memancing kita untuk menerima sugestinya terdapat pada baris-baris selanjutnya. Kerinduan dan Didalam puisi ini penyair coba mengangkat tema tentang kerinduan dan  kehangatan cinta yang mendalam dalam dirinya terhadap keluarganya,mungkin teringat kepada keluarga yang tinggal ditanah air. Tergambar perasaan yang mencekam penyair seperti yang dilukiskannya sendiri dinegri orang pada musim dingin. Kerinduan yang semakin hebat karena cuaca yang sejuk. Kesepian seorang diri seperti cemara yang kehilangan daunnya.
Pemilihan kata pada yang dilakukan penyair diatas mengambarkan gaya  bahasa hiperbola yaitu gaya bahasa yang berupa ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan: jumlahnya,ukurannya,atau sifatnya. contohnya pada bait pertama: “Batang-barang itu adalah dalam kenangan,Yang semakin kurus,Dan akhirnya hilang dibalik salju,Cemara yang biasa gaduh dalam canda”.
Pemilihan kata yang dilakukan penyair disini tidak semata-mata hanya berdasarkan kemauan sendiri tetapi penyair juga memperhatikan bagaimana kata-kata itu dapat menarik pembaca untuk membaca hasil karyanya dan bisa untuk dikaji lebih dalam oleh pembaca. Dengan demikian seorang penyair akan terus berkarya menghasilkan karya-karya yang lebih bagus lagi.
Pesan yang ingin disampaikan penyair pada puisinya diatas ialah kita tidak boleh lupa pada keluarga kita,ketika kita berada jauh dari mereka karena suatu saat kita akan merindukan mereka,kita akan teringat saat-saat kita berkumpul bersama dengan mereka,maka pada saat itu pula kita akan merasakan kerinduan yang sangat mendalam pada mereka.
Dengan contoh di atas jelaslah bila kita membaca puisi kita akan memperoleh kesan dan gambaran tentang puisi yang kita baca itu. Tetapi harus diingat gambaran yag kita peroleh setelah kita membacanya puisi tadi tiap-tiap orang tidak sama. Karena pemahaman tentang puisi itu juga didasarkan pengalaman hidup tiap orang.

2 komentar: